•20•

1.7K 50 0
                                    

Assalamualaikum semua hai-hai

Alhamdulillah setelah sekian abad ga up, hari ini bisa up juga guyss

Okey langsung aja

Happy reading guys

                                              


    Kehilangan? Lagi dan lagi ia harus merasakan yang di namakan kehilangan. Apakah didalam hidup ia akan selamanya seperti ini? Jika ia boleh memilih, kenapa bukan dia saja yang pergi, sehingga dirinya tak harus merasakan kehilangan lagi.

Apakah hidupnya akan selalu seperti ini?

Apakah harus kehilangan sosok yang sangat berarti dalam hidupnya, apakah harus seperti ini?

Intan benar-benar tidak menyukai adegan yang menceritakan, dimana seorang ibu yang harus kehilangan anaknya, kemudian sang anak akan datang dalam mimpi ibu nya, bermain-main bersama, melihat gambaran sang anak. Namun apakah itu bisa terjadi? Ia rasa sangat mustahil.

Bukan kah itu hanya ilustrasi dongeng semata?

Mengapa Tuhan masih membiarkan dirinya untuk membuka mata? Jika ia harus terus kehilangan sosok yang berharga dalam hidupnya, harus kehilangan calon buah hatinya, permata jiwanya, serta alasan dirinya untuk masih bisa bertahan dengan kerasnya kehidupan.

Jika dirinya bisa memilih, lebih baik dirinya terlelap tidur hingga tak bangun lagi.

Namun, itu tak akan pernah bisa.

Apa yang harus ia lakukan saat ini?

Apa kehidupannya sudah benar-benar hancur?

Sekejam ini kah dunia?

Sampai membuat dirinya tak bisa bahagia?

Apa ia harus menyerah?

Atau tetap bertahan?

Banyak kata andai yang ingin Intan keluarkan, namun untuk apa? Semua andai itu sudah terjadi dan tak akan bisa terulang kembali.

Belum cukupkah penderitaannya selama ini? Atau ini adalah cara dan bentuk tuhan menghukum wanita hina semacam dirinya?
Intan sangat-sangat pemasaran. Bagaimanakah kehidupan nya jika ia masih memiliki keluarga yang utuh dan bahagia, apakah dunia nya akan lebih terasa bahagia?

Entahlah

Tak ada pilihan yang Tuhan berikan untuknya, tidak ada yang bisa merubah apa yang sudah terjadi dalam hidupnya, mau dia marah, benci, kecewa, tak akan bisa merubah kenyataan ini.

Ini sudah takdirnya

Namun sangat sulit baginya untuk menerima ini semua .

Menyerah?

Cukup menarik!

" Intan."

Yah, Kelian pasti tahu itu suara siapa, yups Erda, suami Intan dan Intan hapal betul, haruskah ia masih menganggap Erda suaminya? Suami yang tega menduakannya. Apa itu bisa dikatakan seorang suami?

Tak ada balasan sama sekali dari Intan, Intan sama sekali tak berbicara selepas bangun dari tidurnya, namun Intan rasa lebih baik dirinya tak bangun selamanya.

Intan menatap lurus dengan pandangan kosong. Erda menyadari itu, melihat sang istri seperti ini membuat rasa bersalah dalam benak Erda semakin membesar.

Akibat keegoisannya, dirinya kehilangan calon buah hatinya, bahkan calon anaknya belum sempat melihat dunia ini.

Intan merasakan tangan Erda menyentuh pipinya, nyatanya Erda menghapus air mata Intan.

INTAN (End!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang