•31•

1.5K 35 1
                                    

HAPPY READING GUYSSS














Waktu kian berjalan dengan sangat cepat, tak terasa juga bahwa sebentar lagi di keluarga kecil Intan dan Erda akan hadir sosok malaikat kecil, buah cinta mereka. Kini usia kandungan Intan sudah memasuki bulan kesembilan, tinggal menunggu waktu untuk melahirkan saia.

Memasuki trimester ketiga ini perut Intan sangat membuncit, bahkan untuk duduk saja sangat susah dirinya juga sering mengeluh sakit pinggang, dibalik itu semua ada rasa bahagia dalam diri Intan. Ia bahagia walaupun nyawanya esok yang menjadi taruhannya.

Terlihat Intan yang tengah berdiri dihadapan sebuah cermin, dirinya hanya memakai daster rumahan karena menurut Intan pakaian itulah yang paling nyaman ia kenakan saat ini. Intan merasa badannya sangat membengkak dirinya jadi sering merasa insecure.

" Sayang! Kamu lagi apa hm?" Panggil sekaligus tanya Erda yang baru saja memasuki kamar mereka.

Intan menoleh menatap Erda, " engga lagi ngapa-ngapain kok, kan yang larang mas Erda kalo mas Erda lupa," jawabnya sembari memberikan sedikit sindiran.

Intan terkadang jengah dengan sifat posesif Erda yang menurut Intan itu sedikit berlebihan, contohnya dirinya sama sekali tak diizinkan untuk melakukan tugasnya sebagai seorang istri. Dari mulai memasak, cuci baju, bahkan membereskan tempat tidur saja tak boleh.

Erda berjalan mendekati sang istri, Erda memeluk Intan dari belakang dan mengelus perut buncit Intan.

" Aku jadi jelek banget sekarang," celetuk Intan dengan menyenderkan kepalanya pada pundak Erda. Erda paham pasti Intan merasa bahwa dirinya bertambah gemuk dan menjadi jelek. Namun tak berlaku untuk Erda dia malah menyukai apapun keadaan Intan, toh bukannya itu hal yang wajar jika sedang hamil.

" Engga, kata siapa kamu jelek. Mas ga pernah ngomong kaya gitu," balas Erda.

" Badan aku jadi bengkak-bengkak, terus lihat pipi aku juga jadi kaya gini," imbuh Intan yang memperlihatkan pipi juga lengannya lewat cermin.

" Kan kamu lagi hamil , sayang."

Intan menundukkan kepalanya, " nanti mas Erda ga cinta lagi sama aku," cicitnya dengan suara memelen.

Erda membalikkan tubuh Intan untuk menghadap kearah nya, kemudian Erda memegang pundak Intan, " Intan tatap mata saya!" Perintahnya dan Intan mulai mendongakkan kepalanya menatap erda.

" Kenapa ngomong kaya gitu? Mas itu cinta sama kamu apa adanya. Mas ga merasa kamu jelek sama sekali karena bagi mas kamu itu cantik apa adanya. Mas ga masalah mau kamu gemuk kurus mas ga masalah toh kamu kaya gini juga karena mengandung anak aku, paham!"

" Lagian setelah baby A lahir badan kamu pasti bisa berubah seperti semula," lanjut Erda.

Intan mengangguk.

" Good," Erda mencium kening Intan.

" Mas ga kekantor?"

Erda menggeleng.

" Kenapa?"

" Kan usia kehamilan kamu udah 9 bulan kan hpl nya juga tinggal 1 Minggu lagi. Mas ga bakal biarin kamu dirumah sendiri. Nanti kalo anak kita mau lahir kan bahaya sayang," ucap Erda kembali memeluk Intan.

INTAN (End!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang