BAB'26 : Rungokno aku

20 3 0
                                    

Setelah mendapat wejangan dari sang teman, sekarang Azar tengah berada di depan pintu ruangan dimana Dhea dirawat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mendapat wejangan dari sang teman, sekarang Azar tengah berada di depan pintu ruangan dimana Dhea dirawat. Berdiri dengan gugup, tangan kanan yang menenteng plastik berisi buah ia remas.

"Tarik napas sampe kritis, yok bisa yok" Saat akan membuka pintu, pintu sudah terbuka lebih dulu dari dalam dan muncullah sosok bunda Anin.

"Ada nak Azar, mau jenguk Dhea? Kebetulan bunda mau ke kantin kamu jagain Dhea ya, bunda percaya sama kamu. " Ujar bunda Anin dengan tersenyum dan berlalu dari sana.

Dengan perlahan Azar membuka pintu dan terpampang sosok yang beberapa hari ini tak pernah ia temui bahkan ia beri kabar. Mendengar pintu terbuka yang Dhea kira sang bunda, namun salah.

"Ngapain lo kesini?nanti ayang lo marah" Ujar sarkas Dhea melirik sejenak lelaki yang masih memakai seragam lengkap berdiri diambang pintu.

"Lo selama ini cuma salah paham Dhe" Balas Azar lembut, meletakkan kantong plastik yang berisi buah kesukaan sang gadis di nakas samping ranjang.

Mendudukkan dirinya di kursi yang berada disamping brankar. "Gue bisa jelasin semuanya," Mengenggam salah satu tangan Dhea yang tak terpasang infus.

"Jelasin apa lagi? Semuanya udah jelas Azar! " Menatap nyalang lelaki yang pernah menjadi pelangi dihidupnya.

"Semua yang kamu lihat itu salah! Kamu selama ini cuma salah paham, " Entah kenapa kosakata lo—gue menjadi aku—kamu.

"Salah paham apanya?! Jelas jelas lo gandeng cewe lain didepan mata gue Azar! Mana janji lo yang katanya akan selalu ada di sisi gue?!mana Azar?!" Ujar Dhea menggebu-gebu dengan mata yang mulai memanas.

"Rungokno aku sek Dhe,rungokno penjelasanku sek! Aku koyo ngunu yo enek alesane!" Bentak Azar menggoyangkan bahu Dhea.

[Dengerin aku dulu Dhe, dengerin penjelasanku dulu! Aku kaya gitu juga ada alasannya!]

Bentakan itu mengingatkan kembali tentang masa lalunya yang kelam, kakak dari Shera langsung datang ke sekolah setelah mendengar adik kesayangannya jatuh dari undakan tangga. Mengguncang, menampar, bahkan hampir membunuhnya dengan cara menjedotkan kepalanya di tembok lorong.

"Dasar anak sialan! Gara-gara lo adek gue mati bangsat!! "

"Anjing lo! "

"Anak pembawa sial!! "

Dengan tangan yang tremor ia menjambak rambutnya sendiri, memukul tubuhnya bahkan hingga berteriak histeris. Penyakit yang baru diketahui saat ia dibawa kerumah sakit kambuh lagi, PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) gangguan stres pascatrauma adalah kondisi kesehatan jiwa yang dipicu oleh peristiwa traumatis.

Azar yang melihat itupun panik, dengan segera menahan tangan itu untuk menyakiti dirinya sendiri dan memeluknya, memberikan kata penenang walau diawal Dhea melakukan penolakan.

"Ustt, tenang, ada aku disini, " Hanya terdengar suara sesenggukan dari sang empu yang menyembunyikan wajahnya di perut Azar karena posisinya saat ini sedang berdiri memeluk Dhea.

"Sekarang kamu maukan dengerin penjelasan aku? " Ujar Azar lembut, melihat wajah gadisnya yang sembab dan hidung merah walau rambut acak acakan namun tetap cantik.

Dengan tangan yang memeluk erat sang mantan, Dhea mengangguk.

Perlahan tangan berurat itu mengelus pipi sang gadis yang lembut, dengan sesekali mengecup pucuk kepalanya, Azar mulai menjelaskan kesalahan pahaman Dhea.

"So, sekarang udah taukan apa yang buat aku gabisa ngabarin bahkan ketemu kamu? "

"Heem" Jawab Dhea.

Sedangkan diluar ada bunda Anin dan ayah Dewa yang melihat kemesraan dua sejoli itu melewati kaca yang berada di pintu.

"Kok dulu kita ga gitu ya yah? " Tanya bunda Anin mendongak menatap sang suami.

"Kamu dulu aku gombalin kata kata manis aja udah muak, katanya basi basi kaya nasi dua minggu ga dimakan" Jawab Ayah Dewa.

Sebenarnya tadi bunda Anin pergi bukan untuk ke kantin tapi memberikan waktu untuk mereka berdua dan saat dilobi berpapasan dengan ayah Dewa yang ingin menjenguk sang anak dan berakhirlah mereka disini.

"Dih, kapan? Kamu aja yang gak romantis" Sungut bunda Anin.

"Kamunya aja yang kaku,kamu inget nggak waktu kita aniversary ke satu bulan pacaran? Aku kasih bunga malah kamu buang ditambah kamu nampar aku karena langsung aku ajak nikah" Jelas ayah Dewa.

"Hehe"

"Crigis"

Vote, komen, and share gessss

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote, komen, and share gessss

KIRANA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang