BAB'31 : akhir?

34 3 0
                                    

"ARGHHHH, gue udah gatahan! Gue harus akhirin ini secepatnya! " Ujar seorang gadis dengan mata yang melotot dan tangan yang terkepal kuat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ARGHHHH, gue udah gatahan! Gue harus akhirin ini secepatnya! " Ujar seorang gadis dengan mata yang melotot dan tangan yang terkepal kuat.

"Secepatnya lo akan hilang dari dunia Dhea! "

Ditengah matahari pagi yang terik ditemani suara bising para siswi yang mengeluh karena teriknya matahari pagi itu seakan bisa membuat mereka menjadi abu seketika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ditengah matahari pagi yang terik ditemani suara bising para siswi yang mengeluh karena teriknya matahari pagi itu seakan bisa membuat mereka menjadi abu seketika.

Suasana menjadi hening setelah teriakan waka kesiswaan,membuat mereka seketika menegakkan tubuh.

"Jan jane awakmu kabeh ki ndue kuping ra sih? Bola bali dielengke nek apel pagi dilapangan itu memasuki barisan dan langsung berbaris rapi bukan malah ngomong sana sini! Kalau mau ngerumpi kene maju tak ngei mic sekalian ngen kabeh di krungu! "

[Sebenarnya kalian semua itu punya telinga nggak sih? Berulang kali diingatkan kalau apel pagi dilapangan itu memasuki barisan dan langsung berbaris rapi bukan malah ngomong sana sini! Kalau mau ngerumpi sini maju saya kasih mic sekalian biar semuanya mendengar!]

Setelah mendengar amanat hingga telinga yang mendengarnya menjadi penat, tanpa penghormatan bubar jalan semua murid berbalik ingin kembali ke kelas masing-masing.

Saat berbalik ingin melangkah kembali ke kelas mereka semua dikagetkan dengan suara teriakan dan pekikan dari para murid yang melihat seorang siswi menerjang siswi lainnya dengan tangan kanan yang memegang sebilah pisau lipat dan menancapkannya ke pundak kanan korban hingga terjatuh.

"ARGHHH" teriaknya sambil memegang pundaknya yang menjadi korban penusukan. Mencabut pisau itu dan melemparkannya asal, saat ingin bangkit dari posisi tengkurap karena tersungkur saat diterjang dari belakang.

"Lo harus mati!" Ujar pelaku penuh tekanan dan napas memburu mulai mendekat menaiki tubuh korban dan mencekiknya dari arah belakang hingga wajah korban menyentuh paving.

"Lo harus rasain apa yang dulu gue rasain Dheara Gayatri! Mati lo! "

"Akhh, lo aja yang mati anjing! " Dengan susah payah Dhea berujar dan membalikkan badannya mendorong Xena.

Bangkit dengan perlahan sambil memegang bahunya berharap darahnya berhenti mengalir. Mereka sebenarnya ingin menolong tapi takut dengan Xena yang kembali menggenggam pisau lipat yang berlumuran darah, ntah bagaimana bisa ia mendapatkannya kembali.

"HAHAHAHAHA" Tiba-tiba saja Xena tertawa membuat semua yang berada disana bergidik ngeri, gangguan jiwa!.

Perlahan mendekat kearah Dhea yang sedang berusaha melilit lukanya dengan sobekan kain dari rok hingga tak menyadari bahaya yang sedang mengancamnya.

Bagaikan film horor dan pembunuhan sedang diputarkan di bioskop, suasana begitu hening dan sebuah benda lancip menancap tepat di jantungnya.

Jleb

"akh" Hanya pekikan kecil yang dapat Dhea keluarkan, melirik sisi kirinya yang tertancap pisau.

Semuanya terkejut dan menjadi kaku seketika. Masih dengan sedikit kesadaran Dhea mencabut pisau itu sebelum akhirnya jatuh tak sadarkan diri dan untung saja dengan sigap Azar menahannya agar tak menghantam paving.

"Dhe!Dhea! Bangun dhe! Lo gaboleh ninggalin gue! " Ujarnya dengan mata yang mulai memerah dan tangan yang bergetar menepuk pipi Dhea berharap akan kembali membuka mata.

Xena yang melihat itu pun perlahan mengangkat kedua sudut bibirnya tersenyum lebar.

"Dhea mati? Berarti gue bebas?! Gue-gue oh senangnya hahahahaha" Seperti ODGJ Xena berjoget dan bernyanyi ria namun itu tidak lama setelah sebuah borgol melingkar di kedua tangannya.

"Hei hei. . . Apa apaan ini? Lepasin tangan gue! Lepasin ga! " Xena meronta tak terima.

"Maaf, anda ditangkap dengan kasus pembunuhan berencana yang dilakukan pasa saudari Dhea. "

"Gak! Gue gak bunuh siapa siapa! Dia mati karena ulah dia sendiri gue ga bunuh siapa siapa! LEPASIN GUE! GUE GAK BUNUH ORANG ANJING! " Perlawanan terus Xena lakukan hingga masuk ke dalam mobil polisi yang tadi dipanggil oleh Abercio.

"Woi RSJ RSJ-maksud gue RS woi darahnya udah kemana-mana ni anak ntar mati! AMBULAN COK AMBULAN! Astaghfirullah,AMBULAN TELPON AMBULAN!!PALEEE" panik Zarina berlarian kesana kemari.

"Dhe, lo harus kuat" Ujar Azar lirik terus mendekap Dhea.

Ambulan datang, korban langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat sedangkan Xena sedang diinterogasi dikantor polisi tentang sebab mengapa dan kenapa ia melakukan hal tersebut.

Didepan ruang operasi yang lampunya masih berwarna merah mereka terlihat cemas, terdapat kepsek, waka Kesiswaan dan Azar yang memaksa ikut. Untuk orang tua dan kakak pasien sudah datang setelah ditelepon oleh kepsek bahwa anak dan adik mereka mengalami kecelakaan, dan untuk biaya rumah sakit sudah ditanggung seluruhnya oleh pihak terkait.

Bunda Anin menangis sesenggukan dikursi tunggu dengan posisi dipeluk ayah Dewa, Yuganta hanya bisa tersenyum miris melihat kedua orang tuanya.

'Ya Tuhan, gue juga mau dipeluk' batinnya iri.

"Yah, Dhea yah hiks"

"Bunda tenang dulu, ayah yakin Dhea pasti baik baik aja, percaya sama ayah! "

Pintu ruang operasi terbuka memperlihatkan seorang dokter wanita yang keluar raut mukanya terlihat sendu. Dengan segera bunda Anin mendekat, "gimana anak saya dok? " Tanyanya cemas.

"Maaf, nyawa pasien. . .

Yok bisa yok 1k pembaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yok bisa yok 1k pembaca. . .

KIRANA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang