Ini adalah akhirnya dari segalanya. Semua masalah yang datang dengan perlahan terselesaikan, me
ninggalkan kenangan menyakitkan yang tak layak untuk diingat.Tiga tahun telah berlalu, semua sudah menemukan jalannya masing-masing. Xena, gadis itu meninggal empat bulan yang lalu karena gantung diri, sudah tak kuat menghadapi dunia dengan mental yang terguncang.
Tentang Lolita, tak ada yang tau setelah kecelakaan itu, ia hilang bak ditelan bumi.
UGM, universitas ternama di Indonesia. Terlihat seorang gadis yang baru saja selesai kelasnya, mengambil jurusan desain menjadi cita citanya dari dulu.
"Udah nunggu lama? " tanya Dhea.
"Gak, terlalu" jawab lelaki didepannya.
Sepeda motor itu melaju membelah jalanan, menikmati sumilirangin sore, pemandangan rumah atau gedung gedung yang perlahan menyalakan cahayanya.
Memeluk pinggang Azar, menikmati momen berdua yang jarang dilakukan karena kesibukan masing-masing. Menepikan motornya di tempat makan mie pangsit yang sudah menjadi langganan mereka dalam beberapa tahun belakangan ini.
"Seperti biasa" ujar Azar pada sang penjual. Si penjual yang sudah tau langsung membuatkan pesanannya.
Mendudukkan diri di salah satu meja dengan keadaan saling berhadapan hadapan.
"Bagaimana kuliahmu? " tanya Azar mulai membuka percakapan.
"Seperti biasa,"
"Ini pesanannya, dengan bumbu khusus ditambah sedikit taburan cinta" Ujar sang penjual sedikit berdrama.
"Mamang bisa aja, " ujar Dhea sedikit terkekeh.
Disela sela acara mengisi perutnya, Azar menundukkan tubuhnya seperti tengah mencari sesuatu.
"Kamu nyari apa? " tanya Dhea.
"Perasaan aku taruh disini," dengan posisi jongkok disamping Dhea, Azar mulai merogoh kantong celana jeans nya. Mengulurkan tangannya kearah Dhea dengan menggenggam sebuah cincin polos sederhana dan berucap, "Dheara Gayatri, maukah engkau menua bersamaku? "
Dengan muka bingung, cengo, gatau apa-apa, kaget, semua campur diaduk jadi satu, "Ah, ahahahaha, " tawa canggung menguar dari mulutnya.
"Kamu nolak? " ujar Azar dengan wajah kecewanya.
"SIAPA YANG NOLAK?! AKU TERIMA KOK! " ujar Dhea semangat, seolah olah ada yang membakar sampah didalam tubuhnya hingga api itu membara. "Tapi tunangan dulu ya, soalnya belum cukup umur dan aku gamau nikah sama orang miskin. "
"Baiklah, tak apa. Aku janji, ketika nanti sudah kaya, aku akan langsung menikahimu! " Dengan sungguh-sungguh Azar berucap sambil menggenggam tangan Dhea.
Tujuh tahun telah berlalu, Dheara Gayatri kini sudah menyandang gelar S. Ds. dan sekarang sedang merintis usahanya dibidang fashion desain, Aezar Kalingga Pangestu, sudah sukses dengan usaha kuliner yang sudah mendunia hingga ke negeri paman sam.
Disebuah gedung dengan dekorasi sederhana namun mewah, ditengahnya ada empat kursi dan satu meja. Sunyi, senyap, mereka semua tak bersuara agar tak mengganggu acara sakral yang akan diadakan hari ini, sekali untuk seumur hidup.
Suara penghulu mulai menggema, membacakan beberapa bait kata dan dijawab dengan mempelai pria.
Seruan kata SAH terdengar kencang, mereka yang berada disana mengucap syukur. Dua insan Tuhan sudah dipersatukan dalam ikatan janji suci sehidup semati dan berharap tak pernah diingari hingga pati.
"Anjay, ntar malem ada yang begadang nihh!" Seru Damar.
"Hus, Saru!" Ujar Taufik menabok kencang kepala belakang Damar.
"Minal aidzin walfaidzin" ujar Zarina menyalami kedua pasutri tersebut.
"Lo kira ini kumpul keluarga minta fitrah?!Gini nih kalau kebanyakan jalan sama di ono" Kesal Melli, ia kira ini acara halal bihalal apa?.
"Samawa ya! cepet turun bikin malu! " Dorong Billa pada kedua temannya yang tak pernah berubah dari dulu, urat malunya udah ilang diikuti Vina dibelakang yang tersenyum tak enak pada keluarga kedua pengantin.
"Nggak krasa udah punya dua anak ayam" Ujar Dhea yang sedang duduk didepan rumah mengamati dua anak kembar berjenis kelamin laki-laki.
"Iya, apalagi yang satu kelakuannya kaya anak liar, "
"Hus, gaboleh gitu sama anak sendiri! " Marah Dhea menabok kencang lengan sang suami.
"NDA, ADEK MAKAN TAI AYAM! " teriak si sulung, Haidar Erlangga Pangestu.
Mendengar itu, Azar dan Dhea langsung menghampiri sang anak bungsu yang hanya diam menatap polos kedua orang tuanya yang tampak panik mengecek kedalam mulutnya, Haidir Elangga Pangestu.
Ayam gatau diri, ngeluarin muatan kok ya pinter banget dirumah orang!
Dan begitulah, hari hari pasutri yang sudah menjadi orang tua muda. Ditemani dengan tingkah ajaib Haidir dan Haidar yang akan selalu menjahili sang adik juga menjadi mata mata bagi sang bunda.
"BUNDA, HAIDIR NYEKIK KUCING TETANGGA!"
"AYAH! BANG IDAR NEMBAK CEWE PAKE PISTOL!!"
"Bang, tadi ayah bicara sama siapa didepan?"
"Tadi ayah bicara sama janda pirang yang rumahnya perempatan lampu merah, bun."
"Dek, bunda lagi telfonan sama siapa tadi?"
"Dari yang idir denger dan perkirakan dengan matang sematang samatangnnya ya, tadi bunda teleponan sama cowo"
END.
Oke, ending.
TERIMAKASIH BUAT KALIAN YANG UDAH NYEMPETIN WAKTU BUAT BACA CERITA PERTAMA KU YANG ALURNYA RAGENAH
DAN JANGAN LUPA JUGA, BACA CERITA KESEKIAN YANG PERNAH AKU PUBLIS NAMUN KARENA GA SREK AKHIRNYA DIUNPUB.
JUDULNYA BUTTERFLY
SEE YOU 👋🏼👋🏼👋🏼
KAMU SEDANG MEMBACA
KIRANA | END
Teen Fiction#ROMBAK ⚠banyak kata kasar,tidak untuk dicontoh! KIRANA yang memiliki arti sinar dan cantik. Seperti dia yang selalu menyinari kehidupannya, yang selalu menjadi sinar dikala kegelapan datang. Dia, cantik. . . Secantik bunga yang baru saja mekar se...