Bab 2. Aya

880 202 24
                                    

Brak!
Aya memukul meja, membuat pria berkacamata di depannya mendongak ke atas, melihat Aya yang melotot.

"Pokoknya aku mau cerai!"

Pria itu memutar bola mata jengah, lalu menutup bukunya, berdecak melihat Aya mengotori mejanya dengan darah.

"Singkirkan tanganmu, lihat mejaku jadi kotor."

Aya mengangkat tangannya dari meja, pria itu segera mengelap mejanya dengan tissue sembari menggerutu.

Aya menyilangkan tangan di depan dada tanpa peduli bajunya penuh dengan darah. Dia sudah menyelesaikan misi menghabisi para teroris yang akan meledakkan gedung presiden. Bayarannya kali ini sangat mahal karena dia sudah senior.

Niatnya membeli pulau pribadi bisa terwujud beberapa tahun lagi.

"Aku nggak mau pulang dan ketemu Junet lagi, pokoknya aku mau cerai sama dia!"

Sudah lebih dari 6 tahun dia hidup sebagai istri Junet Mehram, pria kampret yang tidak punya rasa syukur karena sudah menikahinya.

Pria yang bekerja di kantor asuransi itu sebenarnya kaya raya, ayahnya seorang pengusaha sukses. Tapi karena dia anak dari istri kedua, jadi hidupnya terlantar. Kata ibu mertua, Junet akan kaya kalau istri pertama Bapaknya mati.

Junet sebagai anak satu-satunya akan mewarisi semuanya, tapi Aya tidak tahan menunggu saat itu, tak apalah cerai tanpa harta gono gini, baginya sekarang yang penting bisa cerai dan tidak bertemu Junet lagi.

Menghadapi Junet dan istri barunya terasa sangat memuakkan melebihi kehidupannya sebagai pembunuh bayaran. Dia bisa gila kalau terus hidup seperti ini dengan mereka.

"Kamu sudah tahu aturannya, sebelum cerai kamu harus punya kehidupan kamuflase baru."

"Fred! Please bilang sama Bos Besar, izinin aku berkamuflase sebagai janda anak satu yang jualan pop es depan rumah."

"Bos besar nggak bakal ngasih izin kamu jualan pop es, kemarin agen kita sudah melakukan itu dan tertangkap." ucap Fred.

"Kalau jualan sosis?"

Fred menggeleng.

"Jualan es tebu?"

Fred kembali menggeleng. Aya mengepalkan tangan.

"Oke, fiks, jual diri!"

Fred terbatuk, kembali menggeleng. Lalu dia mengeluarkan catatan dari laci. Diberikan pada Aya.

"Itu catatan agen wanita dengan kehidupan kamuflasenya, kamu bisa pilih salah satu dan tiru."

Aya segera mengambil catatan itu, dibuka satu persatu. Dia harus menemukan kehidupan kamuflase yang cocok supaya bisa lepas dari Junet si suami jahanam.

Kemarin dia dan Junet bertengkar hebat, hal itu terjadi karena Junet lebih memilih jalan-jalan dengan istri barunya di hari ulang tahun Ruhi, anak mereka.

Ruhi, anaknya yang baru berusia 6 tahun itu menunggu kedatangan Junet hingga kuenya dikerumuni semut. Saat dia tegur Junet, suami durjana itu malah terang-terangan bilang bahwa kebahagiaan istri barunya lebih penting dari pada Ruhi.

"Kalau Wulan bahagia, dia bisa cepat sehat, kamu jangan egois! Kamu harus lebih pengertian. Jangan mikirin diri sendiri, kamu juga harus mikirin perasaan Wulan! Apa pentingnya Ruhi sampai harus membatalkan acara jalan-jalan sama Wulan!" Bentak Junet menyalahkan Aya.

"Bangsat!"

Aya yang tidak pernah lepas kendali, untuk pertama kalinya meninju wajah Junet hingga terpental jauh. Membuat Wulan melotot saking terkejutnya.

Aya yang biasanya sabar dan lemah lembut, bahkan ketika Junet tiba-tiba membawa Wulan ke rumah sebagai istri kedua. Kini tiba-tiba berubah garang.

"Beraninya kamu memukulku? Aku ini suamimu!" Bentak Junet hingga gigi depannya terjatuh.

Tangan Aya mengepal, dia melihat Ruhi yang menangis dan kuenya berantakan. Demi Ruhi, Aya bisa menahan segalanya, termasuk hidup bersama pria jahanam.

Setelah pertengkaran itu Aya pergi menjalankan misi dengan dalih menenangkan diri, dia malas pulang dan bertemu Junet lagi.

Kalau pulang tanpa mengajukan cerai, harga dirinya bisa tambah diinjak-injak. Dia takut lepas kendali dan membunuh Junet.

"Apa cuma ini kehidupan kamuflase agen kita?" tanya Aya pada Fred.

"Iya, itu yang disetujui Bos Besar."

Padahal dia sudah bekerja sebagai pembunuh bayaran kurang lebih 10 tahun, tapi dia belum pernah bertemu dengan bos besar. Hanya Fred dan beberapa karyawan di bidang informasi yang dia kenal. Sesama agen saja mereka tidak kenal.

Moto organisasi mereka adalah melindungi dalam bayangan, merekalah polisi dunia hitam, demi mencegah pertempuran antar mafia, antar negara dan perang dunia. Organisasi mereka dibentuk dengan persetujuan dan diresmikan di London. Mereka membunuh orang-orang atas permintaan, itu juga setelah ditinjau dan memenuhi syarat.

Mereka juga menerima job dari pengusaha, persaingan para pengusaha juga menguntungkan mereka, tapi job hanya boleh diambil jika orang yang hendak dibunuh memenuhi syarat, yakni sesama jahanam.

Bos besarnya adalah ketua organisasi cabang Asia Tenggara. Aya tidak pernah bertemu, beliau juga memiliki kehidupan kamuflase seperti mereka semua. Jadi saat mereka berpasangan di jalan pun, Aya tidak akan mengenalinya.

Aya membaca daftar itu dengan seksama, keningnya semakin berkerut.

"Tukang bakso, penambal ban, model, artis, orang gila, penjaga kuburan, ibu rumah tangga, dari semua ini kenapa nggak ada yang bener? Kenapa aku nggak boleh jadi janda aja?"

Aya menaruh catatan itu ke meja. Kepalanya pusing. Dia tidak bisa jualan bakso, dia juga tidak bisa menambal ban, dia memang cantik, tapi untuk jadi model dan artis terasa sulit. Dia harus memulai karir dari nol. Itu melelahkan.

Sebelum dia jadi artis, ia sudah gila duluan karena hidup satu rumah dengan Junet.

Dia juga tidak mau pura-pura jadi orang gila, apalagi jadi penjaga kuburan, paling enak adalah ibu rumah tangga. Tapi dia malas menikah lagi.

"Jadi janda terlalu beresiko, kamu bisa ketahuan, ingat Verda? Dia dua hari jadi janda langsung mati karena ketahuan oleh musuh."

"Gila!"

Walaupun disepakati bahwa organisasi mereka adalah polisi dunia hitam, tapi tetap saja ada orang-orang yang dendam dan tidak terima.

Tidak seperti polisi yang menangkap lalu dibawa ke pengadilan, organisasi mereka langsung membunuh sebagai cara menghakimi. Lebih brutal dan gila.

"Kalau gitu carilah pria lain untuk dijadikan kamuflase," ucap Fred.

Saat ini Aya tidak dekat dengan pria manapun, tidak seperti dulu saat single. Dengan mudahnya dia mendapatkan Junet. Tapi sekarang dia sudah punya anak, usianya 24 tahun. Mencari pria baru pasti tidak mudah.

Pernikahan dengan Junet juga membuat trauma, dia jadi berpikir bahwa semua burung pria gatal hingga tidak cukup dengan satu wanita.

"Aku lelah, aku ingin istirahat dari kerjaan ini. Aku butuh liburan." Aya frustasi. Dia harus menikmati uangnya yang melimpah.

Fred memberikan formulir.

"Syarat liburan adalah bersama keluarga, kamu mau liburan bareng Junet?"

"Tidaaaaakk!" Teriak Aya.

Bersambung

kamuflaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang