20. (19 KBM,

844 119 22
                                    

Arkam mengusahakan banyak hal untuk Ruhi, selama Aya pergi, dia diam-diam mengawasi Ruhi di rumahnya. Anak itu tertekan. Dia tidak diperlakukan dengan baik.

Meskipun demikian, Junet adalah ayah kandungnya, Ruhi akan tetap memilih orang yang dikenal dibandingkan orang baru. Membuat Arkam takut.

Persidangan itu cukup alot memperebutkan Ruhi, setelah mendapat warisan, Junet kaya. Dia mampu menghidupi Ruhi. Dia juga punya istri yang bisa mengurus Ruhi.

Sementara Aya, dia juga di posisi yang sama. Dia juga menciptakan keluarga harmonis dengan menikahi Arkam.

Untuk pertama kalinya Arkam menggunakan koneksinya, sebelum menjemput Aya kemarin, dia mengajak Pak Hakim makan malam.

"Apakah anda ingin menyuap saya? Atau mengancam untuk menurunkan jabatan saya lewat koneksi anda?" tanya Pak Hakim. Tidak ada basa-basi sedikitpun. Dia santai dan berwibawa, seolah tidak akan memenuhi undangan Arkam. Tapi langsung datang ketika Arkam panggil.

Arkam melonggarkan dasinya, dia menyandarkan punggungnya di kursi, bibirnya tersenyum.

"Saya tidak akan berbuat hal memalukan seperti itu," jawabnya.

Arkam memakan steak di meja, sementara Pak Hakim diam sejenak.

"Lalu?"

Arkam selesai mengunyah, kembali memandang Pak Hakim.

"Saya hanya ingin bilang, anda harus berpihak pada orang yang menguntungkan, lalu saya juga bisa berjanji akan menjaga anak itu meskipun dia bukan anak kandung saya."

Arkam memiliki posisi penting meskipun hanya DPRD, dia putra gubernur yang dicintai rakyatnya. Dia juga disegani para petinggi partai. Kalau Arkam mau, dia bisa meraih posisi paling tinggi.

"Kenapa anda ingin anak itu? Bukankah lebih enak berduaan dengan istri tanpa terikat anak tiri?" tanya Pak hakim sembari mengambil segelas air.

Arkam kembali tersenyum, memang benar seperti itu, tapi dia tidak tega. Hatinya yang seperti yupi tidak mau melihat Aya sedih. Ditambah dia tahu bahwa Junet tidak memperlakukan Ruhi dengan baik.

"Karena saya bisa memperlakukan anak itu lebih baik dari pada ayah kandungnya," jawab Arkam.

Sama seperti Ayah dan Bunda yang memperlakukan Nana dengan baik, dia juga bisa menjaga anak perempuan.

Arkam punya pengalaman tak terlupakan saat menjadi relawan di salah satu panti asuhan, dia tahu bahwa anak-anak di panti tidak semuanya yatim piatu, mereka ditelantarkan orang tuanya setelah bercerai atau pun menikah lagi.

"Mereka cerai bukan urusanku, tapi kenapa aku yang harus nanggung semuanya?" tanya anak yang baru seminggu di panti asuhan. Usianya 10 tahun, sudah paham keadaan.

Pertanyaan yang tidak bisa Arkam jawab, korban dari perceraian adalah anak. Masa depan mereka terenggut, masa kecil mereka penuh kesedihan.

"Meskipun begitu, saya tidak bisa membuat keputusan sekarang," kata Pak Hakim.

"Saya tahu anda orang yang bijak."

Tiba di hari persidangan, Pak Hakim membuka kasus perebutan hak asuh Ruhi. Dia mendengarkan penjelasan dari masing-masing keluarga yang menginginkan anak itu.

"Tidak ada yang lebih baik dari pada tinggal bersama ayah kandung, anak perempuan tidak boleh tinggal bersama ayah tiri. Kita tidak tahu apakah ayah tiri Ruhi orang yang cabul," ucap Junet menuduh Arkam. Membuat wajah Arkam emosi.

"Saya tidak akan berbuat hal rendah seperti itu, dan dengar, tidak semua ayah kandung itu baik, seperti kamu."

"Apa?" tanya Junet tidak percaya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

kamuflaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang