13| Impian manis Dega

8.9K 1.2K 249
                                    

*di vote dulu ya para pemirsa..

.

.

.

"Makasih ya maaas... Semoga dilancarkan rezekinya, cepet ketemu sama jodoh nya yaa..." ucap wanita renta yang ambil sembako paling akhir.

"Amin mbah. Mbah juga sehat-sehat ya."

Gue salim sama simbah itu. Menunjukkan hormat gue kepada orang yang lebih tua. Gue tersentuh, akhirnya gue bisa membaur lagi sama masyarakat seperti biasanya.

Dega cukup menyita waktu. Tapi gue seneng, karena dia pula gue dapat motivasi lebih.

Jadi jika di suruh milih, Dega atau dunia nyata? Gue pilih kedua nya.

Dega adalah dunia nyata gue untuk mendapatkan kebahagiaan. Hadirnya gak cuma memberi warna tapi juga memberi rasa. Rasa manis yang belum pernah gue rasain sebelum nya.

Sayang nya dia belum cukup berani untuk gabung ikut kegiatan bagi-bagi sembako hari ini. Lagipula ini juga anak-anak mapala lain yang nyiapin segala kebutuhan nya. Termasuk belanja semua sembako. Gue agak gak enak karena gue pertama kali nya gak ikut andil prepare. Tapi seenggaknya gue bisa gabung lagi hari ini.

"Minum Al?" Irsyad ngasih gue sebotol teh kemasan.

"Makasih!" Gue langsung buka dan minum karena kebetulan lagi haus banget.

"Dega mana? Katanya lu ajak!"

"Dia masih belum cukup berani, syad. Kasian. Daripada terjadi apa apa biar dia di rumah dulu aja."

"Kapan-kapan gue main yak ke rumah lo! Udah lumayan lama juga gue gak kesana." seru Irsyad antusias.

"Mau main doang apa pengen liat Dega?" ejek gue karena gue tau dia mau ketemu sama Dega.

"Ah elu pelit banget. Cuma pengen kenal lebih deket doang."

"Doi gue tuh. Gue tampol juga lu lama-lama."

"Ya lagian lu beruntung banget dapet pacar spek bidadari. Tapi sayang nya punya batang aja sih."

"Biarin. Daripada lu Jones dari orok."

Kami beristirahat sejenak meluruskan kaki. Tim kami ada 8 anggota yang tergerak dalam kegiatan hari ini. Termasuk gue, Irsyad sama Linda. Tapi ada yang beda, tumben banget Linda duduk nya gak gabung sama gue dan Irsyad. Dia lebih milih mojok sendirian sambil make headset. Gue gak tau kenapa tapi rasanya beda aja.

Setelah istirahat, kami bareng-bareng beresin semua perlengkapan sekaligus tempat yang di buat pembagian sembako tadi. Beresin semua peralatan dan kumpulin beberapa sampah ke kresek gede.

Sembari beberes, kami juga ngobrol seru soal persiapan H-1 acara ini. Mereka saling bertukar pengalaman lucu pas mereka belanja kemarin katanya. Ketawa bareng sampe gak kerasa kerjaan nya cepet kelar.

Sebelum Linda berseru bilang, "ya lu mah enak di rumah ngurus bayi gede. Kita disini capek-capek muter cari bahan tapi malah leader nya absen."

Dia bilang kaya gitu tanpa liat gue sama sekali. Dia masih sibuk nyapu dengan muka tanpa ekspresi. Gue paham, dan gue yakin dia pasti bakal bilang kek gini. Eh ternyata bener.

Jujur gua gak enak hati, tapi apa boleh buat, dia sahabat gue juga. Gue harus bilang baik baik sama dia.

"Lin. Maafin gue. Gue gak ada maksud..."

"Lo gak salah Al!" Linda memotong kalimat gue. Dengan terus nyapu dia sama sekali gak mau lihat gue.

Gue gak biasa lihat Linda kek gini. Dia salah satu sahabat gue yang care sama gue.

DEGA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang