*vote
..
.
Hari masih cerah kala gue sama Dega menghabiskan waktu berdua di pesisir pantai. Tangan saling bergandengan sambil gue ayun-ayunkan menuju ke suatu tempat yang pengen gue kenalin ke Dega.
Lalu suara alunan gamelan terdengar jelas ketika gue sama Dega berhenti di sebuah joglo yang terletak di sebelah barat pantai yang gue kunjungi kali ini.
Dega menghentikan langkah. Tatapan nya persis kalo dia berada di tempat umum yang banyak orang, Dega seketika pucat.
"Dek?"
"Mas? Ini tempat apa? Mereka yang nari itu bukan hantu kan mas?" tanya Dega dengan mempererat genggaman tangan gue.
"Bukan dek. Mereka manusia kok. Ini sanggar Madukoro. Sanggar nya om Aryo, sepupu nya ayah. Yok!" Gue ajak lagi dia supaya mendekat. Dan setelah nya Dega mau mengikuti arahan gue untuk mendekat ke arah Sanggar.
Tampak seperti dulu, sanggar ini masih aktif di pake buat latihan maupun pertunjukan. Bertepatan pula sore ini ada pertunjukan tari gandrung yang dimana ada sosok dua penari. Satu pria dan satu wanita.
Meliuk, melenggang dengan apik mengikuti alunan tabuhan gamelan yang mengiringi tarian mereka serasa lebih hidup.
Gue ajak Dega duduk berdampingan di kursi paling belakang.
"Dek? Gak papa. Jangan takut. Biasakan diri mu. Oke?
"O oke mas."
Lalu gue ambil sapu tangan dan mengusap keringat yang mengucur di antara kening Dega. Mungkin aneh, tapi pelan-pelan gue tekankan pada Dega bahwa dunia tak seburuk yang dia kira.
Kita berdua duduk manis. Melihat pertunjukan Tari gandrung yang menceritakan tentang cinta Gatotkaca dengan putri Arjuna yang bernama Pergiwa.
Gue liat sosok pria muda yang berperan sebagai Gatotkaca disana. Dia gagah kaya gue, tapi sorot mata nya lebih tajam dan berkharisma.
Siapa sih dia? Walaupun gue hanya penikmat seni bukan pelaku seni, tapi jujur gue kagum sama pesona pria muda itu.
Bukan hanya yang berperan sebagai Gatotkaca, si pemeran Pergiwa pun nampak cantik dengan tarian anggun nya. Batin ku menelaah mereka masih muda seusia Dega.
Iya bener. Mereka masih sekolah kayanya. Persis kaya Dega.
Lalu, omong-omong soal Dega, pas gue lirik ternyata Dega menikmati pertunjukan Tari di bangsal pendopo itu. Senyum nya terulur dengan iklhas ketika tarian kedua peraga itu nampak indah dengan alunan gamelan yang mengiringi nya.
"Dek?"
Dega gak nyaut. Dia masih senyum-senyum liat tarian itu.
"Dek? Dega? Dek?"
"Eung? Dalem mas?" baru lah Dega noleh ke arah gue.
"Suka ya sama tarian nya?"
"Suka mas. Indah banget. Baru pertama kali Dega liat tarian seindah itu."
"Itu tarian Gatotkaca Gandrung."
"Bercerita tentang apa?" tanya Dega yang sesekali liatin gue, kadang kali liatin ke tarian. Gapapa, gue seneng kalo Dega seneng.
"Tentang Gatotkaca yang udah lama cinta sama anak Arjuna, yaitu Pergiwa. Gatotkaca ingin menikahi Pergiwa tapi tak mendapat restu dari ayah nya dan paman nya, Arjuna, karena Pergiwa sudah di lamar lebih dulu sama anak Duryudana atas bantuan resi Durna."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEGA ✔️
Teen FictionSuara lembut nya yang selalu sukses bikin senyum gue merekah sepanjang hari. Dega, cowok tercantik yang mengubah cara pandang gue mencintai manusia. Seperti ucap nya kala itu, "mas Al jangan bunuh diri ya. Dega disini sayang mas Al." Sejak saat itu...