*vote
.
.
.
"DEGA.. DEGAAAA..... "
Dada gue sesak denger isak tangis Dega tadi di telfon.
Dia kenapa? Dimana dia?
"Degaaa.... " panggil gue ke seluruh penjuru stasiun. Semua mata tertuju ke arah gue, tapi sama sekali gue gak peduli. Gue mau Dega. Dia dimana?
"Dega. Kamu dimana dek? Degaaaa?"
Suara dia manggil nama gue tadi masih terngiang dalam otak. Gue gak biasa denger suara tangis nya, gue cuma bisa denger suara manja sama tawa nya.
"Degaaa.... "
Di tengah rasa khawatir gue semakin dalam, datang lah seorang wanita berjilbab putih menghampiri gue.
"Maaf mas?" ucap wanita itu.
"Iya mbak. Ada apa ya?"
"Mas nyariin temen nya ya? Dega?"
Ya Tuhan makasih udah ngasih petunjuk.
"Iya iya mbak. Mbak tau dimana temen saya?"
Tanpa pikir panjang gue lari ke tempat yang di kasih tau sama wanita tadi. Dia mengaku segerbong dengan Dega dan sempet memberi nya minum.
Gue lari ke tempat dimana Dega berada sekarang. Setibanya gue di mushola gue melihat beberapa orang berkerumun.
"DEGA!"
Lalu semua mata tertuju ke arah gue. Langkah gue terhenti di kala kerumunan itu menyingkir dan mundur memberi jalan.
Gue lihat sosok pria kecil bersimpuh di serambi mushola memakai hoodie warna biru bertudung dan merunduk ketakutan dengan kotak kaca berisikan hamster di samping nya.
"Dega?"
Dia lalu mengangkat kepala nya menatap kearah gue. Masih menggunakan masker nya tapi terlihat mata sipit nya sembab. Dia lalu berusaha berdiri dan bangkit sejajar dengan gue.
"Ma.. Mas Al."
Hati terguncang dikala pria manis itu menyebut nama gue dengan suara khas nya.
"Dega."
Gue gak bisa nahan rindu gue yang sudah menggunung ini.
Gue lari dan gue peluk Dega dalam dekapan erat. Rasa sedih bercampur bahagia gue luapkan sejadi-jadinya dalam rengkuhan itu."Degaaaa..... Maafin mas Al ya dek.... Maafin mas Al."
Gue menangis bahagia saat itu juga. Begitu pula Dega yang begitu lemah dalam pelukan gue.
Gue gak nyangka. Gue gak nyangka hari ini akan menjadi pertemuan gue sama kesayangan nya mas Al.
Demi semesta. Terimakasih.
Terimakasih engkau telah mempertemukan Alfarizky dengan Dega.
Dega pula memeluk tengkuk leher gue kuat-kuat. Lalu pecah tangis nya menjadi bahan tontonan banyak orang disana. Gue gak peduli. Gue bawa Dega ke tempat dimana gue bisa meluapkan rasa bahagia ini.
"Degaaaa.. "
Dega duduk diatas pangkuan gue. Hati gue bergetar hebat di hadapan nya. Wajah nya pucat pasi dengan mata sayu itu gue gak sanggup melihatnya. Beberapa kali gue hapus linang air mata nya yang terus mengalir.
Perasaan hati gue kaya disayat menatap lekat wajahnya.
"Maafin mas Al. Karena mas Al, Dega jadi nyusul kesini. Maafin mas ya dek."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEGA ✔️
Teen FictionSuara lembut nya yang selalu sukses bikin senyum gue merekah sepanjang hari. Dega, cowok tercantik yang mengubah cara pandang gue mencintai manusia. Seperti ucap nya kala itu, "mas Al jangan bunuh diri ya. Dega disini sayang mas Al." Sejak saat itu...