16| Paus Orca

6.4K 978 155
                                    

*vote dulu ya...

.

.

.

Gue puas liat senyum nya Dega yang habis jajan Yupi, Taro net, coklat dan susu kotak. Kita beli jajan nya pake motor gue ke minimarket deket perumahan.

Tapi pas udah kelar jajan dan berniat gue ajak ke Taman, Dega berinisiatif mau bawa motor.

"Mas, Dega yang bawa motor!"

Anjir. Seriusan nih anak?

"Yakin?"

"Iya mas. Dega bisa kok."

"Nyungsep gak nih?"

"Gak lah."

Dan akhirnya gue ngalah membiarkan dia yang bawa motor nya. Gue yang diposisi bonceng ngarahin dia buat ke taman perumahan.

Gak jauh. 5 menit nyampe.

Sesampainya di taman kita turun dan mendapati keadaan taman yang sepi. Tumben, tapi gapapa. Kalo sepi gini bisa gue rasakan ini taman milik gue sama Dega.

Kita jalan-jalan bareng, main ayunan juga, dan tentu nya makan jajan yang tadi kami beli. Lalu setelah puas kami duduk di bawah pohon, berhadapan dan makan jajan.

"Mas Al,"

"Dalem sayang nya mas Al."

"idiiiihh... sayang nya Mas Al!" ejek Dega sambil masukin sebiji Yupi ke mulut gue.

"Emangnya kenyapa? Ga boleh?" tanya gue sambil ngunyah.

"Boleh. Tapi agak lain." Lalu Dega ketawa lagi dengan bukain satu persatu Yupi nya dan di suapin ke mas nya.

Katanya dia lagi pengen jadi Dom. Walaupun gak ada bakat sama sekali tapi iyain aja lah. Daripada nangis ntar ni bocah ye kan. Tadi nya gue yang bukain satu persatu Yupi dan di suapin ke dia. Tapi karena mungkin dia penasaran jadi yaudah giliran gue yang gantian di suapin.

Kadang lucu, tingkah sederhana nya kaya gini aja udah bikin gue bahagia sama dia.

Dan kita punya ketakutan yang sama yaitu takut jika ini berakhir cepat. Ada kala nya mungkin gue sama Dega pasti terpisah. Tapi apa salah nya gue menghargai waktu yang ada bareng sama dia. Malaikat kecil yang di pertemukan sama Ibnu Dimas Alfarizky.

Gue coba buang semua ketakutan yang sempat singgah. Dan juga gue coba satu kan tekad dengan Dega walau kadang logika sering mengacaukan pikiran nya.

Dia pernah bilang, sesuatu yang paling dekat dengan hati adalah potensi paling tinggi untuk menyakiti. Wajar dia mengkhawatirkan hal itu. Gue pun sama, tapi gak ada salah nya juga gue memilih cara gue sendiri untuk bahagia.

Dan Dega lah alasan gue bahagia sekarang.

"Mas."

"Dalem sayang."

"Capek jadi Seme. Gak enak. Gak like!"

Tuh apa gue bilang. Dia gak punya bakat.

Gue ketawa puas liat wajah polosnya yang kesel karena ulah dia sendiri.

"Yaudah sini mas yang suapin Dega lagi ya."

"Gak mau suap."

"Kenapa?"

"Ntar di penjara."

"Ouh ngejokes nih cerita nya?"

"Ayok random talk." ucap Dega mepetin duduk nya ke pangkuan gue.

DEGA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang