Gigi's Pov
Aku akan mencoba.
Aku harus bisa keluar Dari lingkaran dunia aneh ini.
Aku, gabisa ngebiarin Mama khawatir sama aku.
Tuhan. Aku minta perlindunganmu. Apapun yang akan terjadi aku rela Tuhan. Yang penting biarkan aku berusaha.
Meski usahaku bisa dibilang tak ada Artinya dimatamu tuhan.
Biarkan aku berusaha semampuku.
Aku mengumpulkan keberanianku. Gigi bisa.
Ayo berjuang gigi!
Aku menampikkan kakiku menuju gerbang yang diselimuti awan kelam ini. Doakan Aku berhasil mama.
Gigi mau kembali.
Tapi Gigi takut, Mama, Berikan semangatmu untukku, ah elah bahasa gue.
Dengan keyakinan mantap Dan penuh aku berjalan menyusuri Jalanan gelap Dan Asing ini.
Doakan saja ya.
•••
Gita's POVKami Sudah berkumpul disini. Semuanya.
Lengkap tanpa celah.
Mari kita check.
Mama Adiska. Check. Mama kelihatan capek Malayan habis pulang kantor kesini.
Papa Tylerf. Check. Papa malah lebih lengkap. Papa habis Dari Melbourne masih sama Kopernya. Bahkan papa belom nyari hotel buat tempat dia nginep.
Papa sebenernya sayang sama kita.
KakJane. Check. Kak Dimas. Check. Mereka udah nangis nangis nggak jelas. Kakjane nangis guling guling waktu lihat pendeteksi Jantungnya Kakak lemah.
Kalo kak dimasnya malah ngelampiasin kemarahannya ke tembok. Tangannya babak belur noh. Sambil nangis.
Sebegitu kalapnya Kakdimas ya?
Risky. Check. Dia duduk tenang di deket Kakak. Mengelus puncak rambut kakak. Dia gak ngomong apa apa.
Tapi air matanya masih tetep ngalir dipipinya.
Ternyata, rasa sedih itu tetep nggak bisa dibohongin. Iya, kenyataannya memang gitu.
Sekeras apapun kamu menyembunyikannya akan kelihatan juga. Mata gakpernah bohong.
Kak Al. Check. Dia duduk disofa. Diem banget. Dia shock. Tangannya terkepal jadi satu. Dia pengen ngelampiasin kemarahannya.
Tapi dia coba nahan. Entah kali keberapa air matanya sekarang sudah jatuh lagi.
Mereka bener bener kehilangan.
Kak Ara. Check. Dia nenangin Kak Al Dari samping. Tapi kak Al masih ngelamun waktu dipeluk kak Ara Dari samping.
Mereka Kaku.
Gak ada pergerakan lain Dari mereka slain diem termenung.
Tit-tit-tit.
arah mata mereka semua spontan lihat ke alat itu.
Kondisinya melemah.
Papa sontak memanggil dokter Dari alat diatas tubuh kakak terbaring.
Kata papa pengunjungnya disuruh keluar semua.
Perlahan kami semua beranjak keluar dari ruangan dimana kakak dirawat.
Oh iya lupa adaaa--
Kak Sarah. Check. Dia barusan nangis nangis Dan minta maaf ke keluarga.
Mama menenangkan Papa. Yang hendak men-hajar kak Sarah.
Wajar Papa marah,
Papa memeluk mama. Akhirnya mereka menangis.
Risky yang melihat adegan itu hanya dapat diam mematung.
Begitu pula dengan yang lainnya.
Asik memeluk pasangan mereka masing masing. Hanya aku yang sendirian.
Oh, aku lupa. Aku Jones sama Risky.
Mungkin. Aku yang akan memberikannya semangat.
"Ris,"
Dia menoleh kepadaku.
Dimatanya ada sorot kecewa, Dan sedih.
"Kuat ya" ucapku lalu menepuk bahunya.
"Lo juga." Ucapnya lalu menghambur memelukku.
"Gimana dok? Anak saya?" Ucap papa.
Ekspresi dokter. Berubah muram.
Tuhan secepat inikah.
Semua menyesali kepergiannya.
Semua menangis beraung raung.
Papa-Mama.
Begitu pula dengan Kakjane-Kakdimas.
Kami semua kembali masuk Dan melihat sister menutupi jasat kakaku dengan kain putih.
" mbak?" Panggil suster itu.
"Apa mbak?" Balasku.
"Mas dimas. Yang mana ya mbak. Tadi sebelum meninggal nama Dimas terus disebut,"
Kak dimas.
Hanya dia yang ada difikiran kakaku?
Kak dimas kembali menangis meraung raung mendekati jasat kakaku Dan menggoyang nggoyangkan tubuh kakaku.
Tapi tak merubah apapun.
Kakaku masih terbujur kaku disana.
Ini sudah akhir. Bagi kakakku.
Baginya untuk berjuang.
Terimakasih Tuhan, kau telah memberikannya waktu yang cukup panjang.
Terimalah ia disismu. Amin
•••
An
End ya, Alhamdulillaaaaahh :v
Ambil napas buang ambil napas buang.
Masih ada epilog sabar nak yaa :D
Surabaya, 14 May 2015
Love regrets
A

KAMU SEDANG MEMBACA
Grace's Lie
Teen FictionAku yang tak berjuang dengan sungguh sungguh, atau kamu yang memang tak pantas untuk kuperjuangkan? -Gracella Shalooferine -