Extra chapter(1)

2.4K 46 4
                                    

Gitarelin's Pov

Dia berjalan mengikuti seorang perempuan, Dia- dia adalah kak Al, Mantan Kak Gracella jika kau lupa.

Dan tentu saja perempuan yang sekarang sedang diikutinya adalah kak Ara. Pacarnya. Oh, enggak bukan Kak Ara pacarnya. Aku. Aku pacarnya,

Tapi rasanya beda,

Cara kak Al natap mataku, sama Cara dia lihat ke Kak Ara itu beda.

Lah? Beda? Harusnya seneng dong.

Hahaha. seneng? duh? Gimana bisa seneng kalo matanya Pacarmu itu cuma bercahaya waktu lihat cewek lain.

Oke, Hari ini Harus putus!.

Buat apa sih pacaran tapi nggak ada perasaan satu sama lain.

Dulu, aku suka Kak Al.

Kufikir, rasaku ini akan tumbuh dan berkembang menjadi cinta. Enggak, bukan itu sekarang yang aku rasain.

Karena perasaan bisa berubah setiap saat.

Kita nggak tau, detik keberapa kita akan berpaling dari orang yang kita cintai sekarang, mungkin tahun depan, bisa jadi juga bulan depan, atau kalo enggak minggu depan, kalo enggak minggu depan ya besok, kalo nggak besok ya jam keberikutnya, kalo enggak ke-jam berikutnya ya ke detik begitunya.

Kita nggak akan tau.

Kadang, aku mikir, Kalo nggak semua orang yang dihadirkan ke dunia kecilku ini nggak semuanya bakalan nemenin aku sampe mati nanti. Kadang orang itu cuma diberikan waktu singkat, untuk memberikanku proses pendewasaan diri.

Itu kata Papa.

Oh, ngomong ngomong. Papa sama mama rujuk lagi. mereka nikah lagi loh! mereka balikan! Yeeey. sayangnya, nggak ada Kakak.

duh kan, rasanya mau nangis lagi.

"Kak, Aku mau ngomong sebentar boleh?" Tanyaku sambil menggenggam lengannya.

Mata Kak Al masih berkeliaran mengikuti kemana Kak Ara dan Kak Bagas berjalan.

"Apa seh! Jangan sekarang!" Bentaknya lalu melepaskan kaitan tanganku dan terus berjalan mengikuti Kak Ara.

Rasanya Hatiku bener bener sakit, waktu dibentak kayak gini. Ini pertama kalinya aku dibentak. Oke. cukup curhat alaynya.

"Aku, sama kamu putus ya kak?" Tanyaku padanya yang masih berjalan dengan cepat, aku masih mengekor di belakangnya dengan berlari, kalau kau tau, kak Al benar benar tinggi. Langkah kakinya bahkan seperti gajah.

Lah aku malah jelek jelekin dia ya?

Dia menoleh cepat, Dia menghentikan aktifitas mengejar Kak Ara-nya. Aku yang tadi berlari terlalu kaget dengan reaksinya Kak Al. dan akhirnya nabrak dia.

"Kamu bilang apa?" Tanyanya dengan nada melembut, tapi nggak lebih lembut dari yang tadi, cuma turun satu atau setengah oktaf.

"Aku, Kamu putus ya kak?" Ulangku lagi dengan wajah tertunduk.

Duh, malu maluin, aku yang mutusin, aku juga yang nangis. Oh iya, meski aku bilang tadi perasaanku udah berubah sama Kak Al, emang sih, tapi apa ya, rasanya tetep sakit. udah sih gitu aja.

Aku menundukkan wajahku takut, Aku hanya berani menatap sepatu kak Al.

Plis. Jangan keluar dulu.

"Kenapa?" Tanyanya dengan nada bener bener lembut sekarang.

Duh, jangan bikin aku pengen nangis. mending bentak bentak kayak tadi aja deh. Nah loh tadi gamau dibentak sekarang malah minta dibentak. maunya apaan sih? Kok aku ribet ya?

"Percuma kalo dilanjutin, Kakak cuma sayang kak Ara." ucapku sambil menggigit bibirku, siapa tau dengan cara gini nggak jadi keluar air mataku.

"Kamu kok mikir gitu" ucapnya lalu menaikkan wajahku agar dapat melihat matanya. Oh jangan. aku sudah terlalu banyak terperangkap dengan pesona matanya kak Al.

"Udah kelihatan." ucapku berjeda" Yang sakit disini aku kak. Aku udah nyoba sabar buat 6 bulan-nya aku sama kamu. Tapi kamu nggak pernah lihat aku kak, Kamu gak lihat aku." ucapku dengan nada bergetar.

Tangan kak Al masih setia dengan memegangi daguku. Air mataku sudah tumpah dari tadi. Aku mencoba menghapus kasar air mataku.

Tapi udah keduluan tangannya kak Al. Aku memalingkan mukaku, meskipun kepalaku diangkat, seenggaknya aku nggak harus natap mata indahnya itu.

"hey, denger aku." ucapnya lalu membenarkan mukaku agar mataku menatap matanya.

Dia menarik nafasnya lagi,"Aku, Aku. Maaf, nyakitin kamuu segininya. Maaf. Aku tau aku gapantes buat kamu, tapi plis. Jangan berakhir dulu" ucapnya.

"Kenapa? Kalah taruhan sama Kak Ara buat longlast hubungan hm?" ucapku ngasal.

Tapi dia diam seketika itu juga. dia mematung untuk beberapa saat.

Dia membuka mulutnya lalu menutupnya lagi, dia menghela nafas dengan berat. Mungkin tebakan ngasalku tadi bener?

"Plis. Bantu aku"

"Buat apa aku bantu? Kalo kakak sendiri nggak pernah bantu aku sedikit aja bales apa yang aku perbuat ke kakak" ucapku.

Aku melepaskan tangannya yang masih ada di daguku.

"Kakak Jahat! Aku benci" ucapku lalu reflek menampar pipinya.

Aku mundur tiga langkah, berlari kearah berlawanan dengan kak Al yang tadi berlari untuk mengikuti kak Ara yang mungkin diantar pulang sama Kak Bagas.

Coba kalo ada kakak.

Aku nggak kuat kak, mencintai orang apa selalu sesakit ini?. Kak, coba deh ada kamu, mungkin aku bakalan jadi sekuat kamu.

Aku masih berlari keluar dari sekolah, melihat Kak Jane yang jalan sama tunangannya yang namanya kak Gefred, atau apalah, aku lupa.

Aku berlari, meskipun kak Edo nggak ngejar aku.

Aku emang bisa lari, tapi aku nggak Bakal selamanya lari dari masalah ini.

Suatu saat nanti, pasti bakalan aku selesein

"Gita?" Sapa dia.

Siapa? Kayak pernah kenal? "Siapa?"

"Kamu lupa sama aku?. Kamu kenapa nangis?"

"Siapa?" Tanyaku mengernyitkan kening.

"Aku Dimas, kamu nangis?"

*

Grace's LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang