10

1.1K 120 10
                                    

Yeonjun bangun ke esokan harinya. Dia tidak yakin, pukul berapa sekarang karena ruangan itu terlihat sangat gelap dan rapat. Dia perlahan-lahan membuka matanya dan bibirnya untuk menghirup udara. Dia masih dalam posisi berbaring, tidak memiliki kekuatan untuk berubah posisi menyamping atau bahkan untuk duduk.

Tubuhnya terasa kaku, dan tenggorokkannya terasa kering. Dia masih berbaring di sebuah sofa yang menjadi alas permainannya dengan Soobin semalam. Dia juga tidak tahu sudah berapa lama Soobin menatap ke arah dirinya.

Pria itu menatapnya dalam kegelapan, dengan cahaya mentari yang sedikit menembus tirai ruangan tersebut, membuat rambut hitamnya terlihat mengkilap lembut. Pria jangkung itu terlihat mengenakan kaus polos berwarna hitam, dengan rambut berantakan, bersandar pada meja kerjanya.

Tetapi, dia tetap terlihat tampan.

Dan dia terus menatap ke arah Yeonjun dengan ekspresi tidak terbaca.

"Aku yakin kau paham dengan apa yang seharusnya kita bicarakan di sini."

Karena merasa canggung, Yeonjun tidak dapat berpikir untuk mengatakan sesuatu lebih dulu. Dia berusaha menyokong tubuhnya untuk duduk, kemudian menundukkan kepalanya.

Melihat yang lebih tua terdiam, Soobin beranjak dari posisi duduknya. "Aku berpikir tentang, bagaimana jika kau bekerja di perusahaanku?" suaranya rendah dan berat, serta tatapan matanya berubah menjadi intens.

"Aku..."

"Kau hanya perlu bekerja disini untuk melunasi semua hutang-hutangmu."

"..." Yeonjun tidak tahu harus mengatakan apa, karena itu adalah hal yang sebenarnya cukup sulit untuk di putuskan.

"Apa kau yakin pekerjaanmu sebagai barista akan membantu dirimu melunasi hutangmu dengan cepat?" Soobin mengulurkan tangannya untuk mengangkat dagu milik yang lebih mungil.  Ruangan tiba-tiba terasa mencekam.

Di bawah cahaya yang minimum, Yeonjun dapat melihat wajah sengit milik Soobin. Dia menjawab dengan lirih, "Ya, aku akan memikirkannya.."

"Hmph." Soobin berdecih miris kemudian memalingkan kepalanya sebelum akhirnya melepaskan cengkraman tangan pada dagu Yeonjun. Dia melangkah mundur untuk kembali ke posisi semulanya, bersandar pada meja kerjanya.

Yeonjun tiba-tiba merasa begitu kebingungan. Keputusasaan menyembur ke hatinya, meskipun dia telah mendapatkan apa yang dia inginkan, apakah dia benar-benar harus bekerja di perusahaan milik Soobin?

"Lalu, kau bisa mulai bekerja besok pagi. Aku akan mengatur posisimu di perusahaan ini." setelah beberapa saat terdiam, pria jangkung itu berkata dengan suara yang lebih lembut. 

"....."

"Pergilah, sebelum seseorang melihatmu di sini." Sambung pria jangkung itu seraya mengambil sebuah jaket berbahan kain tebal di kursi kantornya kemudian melemparkannya ke arah Yeonjun. "Gunakan itu sebagai pengganti pakaianmu yang rusak. Kau tidak perlu mengembalikannya dengan cepat."

"....Terima kasih.." Yeonjun menjawab dengan lirih kemudian mulai mengenakan pakaiannya satu persatu. Setelah mengenakan pakaian lengkap dia berpamitan kepada pria jangkung tersebut dan pergi meninggalkan tempat itu.

••••

Saat hendak kembali ke mansion milik keluarganya. Ayahnya memerintahkan dirinya untuk memberikan berkas laporan tersebut kepada pamannya. Dia memutuskan untuk mendatangi kediaman milik rekan bisnis sekaligus adik ipar dari ayahnya dan menghampiri pria itu di ruangan kantor pribadi saat seorang wanita paruh baya yang ia yakini adalah istri dari pamannya memperbolehkan dirinya untuk masuk. Soobin memegang knop pintu dan mendorong pintu kayu itu, menampakan seorang pria paruh baya yang tengah berkutat dengan komputer di hadapannya.

Over The Moon [Soobin x Yeonjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang