16

752 73 14
                                    

"...Oh..." gumam Yeonjun saat melihat ke arah seseorang yang duduk di sampingnya dengan ekspresi terkejut.

Yeonjun tidak mengenal siapa pria yang tiba-tiba duduk disampingnya itu. Dia tidak mengenal siapapun yang berada di pesta itu, dan kini Choi Soobin belum juga kembali.

"...Yeonjun..." Kata pria itu dengan tenang, "Jadi, kau mainan kecil Choi Soobin, ya?"

Cukup.

Ekpresi Yeonjun membeku, otaknya berputar. 

Tetapi pria di depannya tidak bereaksi.

Yeonjun bangkit dari kursinya dan hampir dengan gerakan yang tak terbaca, pria di hadapannya itu menarik lengannya dan membuatnya kembali terduduk di kursinya. 

"Shhh... Tidak perlu khawatir, aku tidak akan menyakitimu..." Sebuah jari bersandar pada bibirnya, dengan mata menyipit menatap ke arah Yeonjun.

Tubuh Yeonjun bergetar ketakutan. Merasa cukup tertekan, Yeonjun mengedarkan pandangannya ke aula besar yang dipenuhi dengan para tamu undangan, tetapi beberapa orang mulai menatap dirinya dan berbicara tentang dirinya.

"Pria itu, sungguh... Choi Soobin benar-benar membawa pria itu kemari?"

"Lalu apa yang kau lihat sekarang, bodoh?"

"Bagaimana itu bisa terjadi? Bukankah dia seharusnya pergi dengan calon istrinya? Apakah dia benar-benar telah membatalkan pernikahannya?"

"Sungguh, dia benar-benar membatalkannya. Mereka bilang perempuan itu lebih memilih kekasihnya ."

"Apa? Sungguh bodoh..."

"Benarkan? Biarkan aku memberitahumu...."

Bisikan-bisikan itu tetap berlanjut namun kini seuara mereka menjadi lebih lembut, hampir tidak terdengar. Berpura-pura bahwa itu bukanlah masalah besar, tatapan pria asing di sampingnya itu menempel di wajah Yeonjun.

"Berita menyebar dengan cepat, Yeonjun." Ucap pria asing itu kemudian bangkit dari duduknya. "Sampai bertemu lagi..." 

Kemudian pria asing itu beranjak pergi meninggalkan dirinya.

••••

Soobin pergi ke toilet setelah selesai berbincang dengan para sahabat bisnisnya, pria itu berdiri di depan cermin untuk mencuci kedua tangannya, kedua matanya diam-diam memperhatikan pantulan seorang pria dengan tubuh besar yang juga tengah memperhatikan dirinya. Tatapan pria itu menghina, setiap jengkal ototnya dalam balutan setelan menyatakan niat yang tidak bersahabat.

Pria asing itu memperhatikan Soobin sejak ia memasuki kamar mandi. Di sini, tanpa kekuatan apapun dan penjagaan apapun biasanya akan sangat merugikan. Soobin menghela nafas pelan seraya mematikan keran air yang semula menjadi alibinya, menunggu pria itu berbicara lebih dulu sementara Soobin tetap tenang dan tidak terganggu.

Soobin tidak menghiraukan pria itu kemudian berjalan ke arah pintu, tetapi dengan satu cengkraman kuat pada bahunya, Soobin tersentak. "Lepaskan." ucap Soobin.

Pria asing itu mencibir, "Kau pikir kau memiliki kekuatan untuk melawan?" 

Kemudian hal yang tak terduga terjadi ketika pria itu hendak menjatuhkan Choi Soobin. Pria jangkung itu mengantupkan rahangnya, dan melangkah maju dengan gigih lalu meninju wajah pria asing itu dengan keras. Pukulan yang sangat mengejutkan itu menyebabkan pria asing itu jatuh ke samping, dan sebelum ia bisa bangkit, Soobin memberikan dua tinjuan keras lagi namun kali ini pria asing itu berhasil menghindar.

Pria asing itu mengusap wajahnya, menyeka darah yang keluar dari ujung bibirnya dan mengangkat kepalanya, kebencian bersinar di kedua matanya. Dia mendongak menatap Soobin, seringaian berbahaya terukir di wajahnya. Dengan amarah yang membara di kedua matanya, dia bangkit dari lantai dan melayangkan pukulan serupa ke perut Soobin. 

"Aku ingin menyelesaikan pekerjaan ku dengan cepat malam ini." Pria itu meringis seraya mencengkram bahu soobin dan melemparnya hingga kepala pria jangkung itu membentur meja wastafel dan jatuh ke lantai. "Tetapi sepertinya kau ingin mengulur waktu lebih banyak, ya?"

Soobin jatuh tengkurap, darah mengalir deras ke wajahnya dan kedua telinganya berdenging. Pria asing itu tampak seperti akan menginjak-injak pria jangkung itu sampai mati. Dia dengan ketidakpeduliannya meraih Soobin yang masih dalam proses memulihkan penglihatannya dan kembali membenturkan kepalanya ke lantai. 

"Ada perkelahian di dalam kamar mandi!"

Sebuah teriakan terdengar dari depan pintu kamar mandi dan seseorang mencoba untuk mendobrak pintu kamar mandi yang terkunci. Pria asing itu terdiam, bingung sesaat, dan memutar kepalanya. Soobin bangkit kemudian meraih vas bunga yang berada di meja wastafel untuk memukul pria asing itu. Dia dengan kejam membenturkan vas bunga itu ke kepala pria asing itu, suara pecahan kaca yang terdengar membuat orang-orang yang berada di depan kamar mandi semakin menggila.

Soobin merasa bahwa benturan vas bunga itu tidak cukup membuat pria asing itu menyerah. Dengan gerakan yang sangat cepat Soobin menikam leher pria asing itu dengan pecahan vas bunga yang ia genggam, sementara satu tangannya membungkus leher pria asing itu dan menariknya dengan sekuat tenaga. 

Suara robekan terdengar dari leher pria asing tersebut. Arterinya pecah, darah berceceran dan mengalir di mana-mana, membasahi pakaian Soobin hingga ujung kakinya. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun, dan semakin mengeratkan tarikannya hingga pria asing itu menghembuskan nafas terakhirnya. 

Kemudian dia terengah-engah, Soobin melepaskan mayat itu dan berjongkok seolah semua energi di dalam tubuhnya telah habis terkuras. Pintu kamar mandi berhasil di dorong dengan paksa, menampilkan ekspresi terkejut yang ekstrem dari para orang-orang yang sejak tadi berkerumun di depan pintu kamar mandi. 

Wajah dan tubuhnya yang berlumuran darah segar, terlihat mengerikan hingga salah satu pria yang menontonnya memuntahkan isi perutnya ke lantai, sementara pria lainnya berteriak dengan keras. "Pembunuhan! Telah terjadi pembunuhan di dalam kamar mandi!"

Kedua mata Soobin mengikuti teriakan menjijikan itu, dan yang pertama kali ia lihat ada wajah pria tua yang sangat ingin dia habisi.

Park Taesin. 

Bajingan tua gila, itu menyeringai ke arahnya.

•••• TBC ••••


Halo, aku akhirnya kembali dengan bab baru. Maaf membuat kalian menunggu lama, aku harap bab ini dapat membuat kalian merasa senang! 

Maafkan aku karena menelantarkan buku ini terlalu lama, ada banyak sekali kegiatan yang harus ku lakukan beberapa bulan terakhir. Kemudian aku akan memasuki semester baru di universitas. Aku harap kalian tetap bersemangat menjalani hari-hari! 

Terima kasih untuk tetap menunggu bab baru pada buku ini, terima kasih untuk tetap mendukung buku ini, terima kasih untuk tetap berkomentar pada buku ini. 

Aku membaca semua komentar yang kalian tinggalkan! Terima kasih, itu sangat menyenangkan saat aku membacanya!

Sampai jumpa di bab selanjutnya, jagalah kesehatan kalian!

P.s: Kalian bebas membaca jika ingin mendengarkan lagu yang telah tersedia di atas.. aku merasa bahwa lagu itu cocok untuk bab ini..

Over The Moon [Soobin x Yeonjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang