Yeonjun sangat menyukai air. Di masa mudanya yang menyenangkan, bermain air dan berenang adalah sesuatu yang dia sukai selama duduk di bangku SMA.
Tetapi momen ini adalah sebuah pengecualian.
Tubuhnya terikat, bibirnya di sumbat menggunakan sebuah kain. Ketakutan tanpa batas, kain basah di bibirnya mulai mempersulit dirinya untuk berteriak meminta pertolongan.
Dia tahu bagaimana caranya untuk bertahan saat sekelompok pria yang memegangi dirinya menenggelamkan dirinya ke kolam. Dengan segala usahanya, dia menahan keinginannya untuk bernafas tetapi dia tidak yakin berapa lama dia akan bertahan.
Tetapi 5 menit saja tidak sampai. Akan selalu ada saat ketika oksigen telah habis.
Akhirnya, saat dunia berputar di sekelilingnya, dia tanpa sadar menarik napas, membuat gumpalan air yang telah menunggu, masuk ke dalam dirinya dengan semangat yang membara.
Pertama, tersedak. Kemudian semakin ingin dia bernapas, semaki tersedak tenggorokannya.
Bernapas, yang beberapa menit lalu masih menjadi cara dia bertahan hidup, sekarang menjadi tidak berharga. Dia bisa merasakan kesadarannya dengan cepat meninggalkan dirinya dan perlahan tubuhnya tenggelam ke dasar kolam.
Brak!
Itu adalah suara pintu yang di dobrak dengan paksa.
Dan tepat pada saat itu, seseorang melesat masuk, dengan cepat menghabisi sekelompok pria asing yang berada di sana, menembaki orang-orang itu dengan pistol kecil di tangannya. Peluru demi peluru ditembakkan guna membunuh para bajingan tidak bermoral itu.
Saat dia selesai menghabisi sekelompok pria tersebut dengan cepat ia melompat ke dalam kolam. Dia segera menarik tubuh Yeonjun, kemudian membawanya kembali ke darat. Dia segera mengulurkan tangan untuk melepaskan kain yang menyumbat mulutnya, lalu menekan hidungnya, tangan yang lain memeluk lehernya dan memiringkannya ke belakang. Yang segera terjadi adalah sesuatu yang lembut menempel ke bibir Yeonjun. Tanpa ragu orang itu mulai memompa udara.
Dalam kekacauan dan kesakitan yang tubuhnya rasakan, kesadaran Yeonjun perlahan mulai kembali dan dia mencoba untuk membuka kedua matanya.
Itu adalah kali pertama dirinya mendapati Choi Soobin menyelamatkan dirinya.
Menyadari bahwa Yeonjun sudah sadar dan memastikan tidak ada bahaya yang mengintai di sekitarnya, tangan panjang dan besarnya menopang di belakang leher Yeonjun dan mencengkram rambutnya.
"Sudah kubilang..." Pria jangkung itu, masih terengah-engah lalu mengencangkan cengkramannya pada rambut Yeonjun. "Sudah kubilang untuk tetap ditempatmu dan tidak memberontak atau lari. Kau berani untuk bertindak, apa kau ingin mati?!"
Pria mungil yang masih terbatuk itu mendongak lemah, "Maaf..."
Satu kata itu mengejutkan Choi Soobin untuk melonggarkan cengkeramannya tanpa sadar. Dengan kekuatan yang diturunkan, pria mungil itu jatuh ke dalam pelukannya seperti sekantong tulang, dan secara refleks Soobin segera memegangi tubuhnya yang lemas.
Yeonjun bersandar di dadanya, suaranya tercekik. Tangan mungilnya terarah menyentuh darah yang mengalir dari pelipis hingga leher pria jangkung itu.
"Kau berdarah...Apa...kau baik-baik saja..?" Lirih pria mungil itu.
Setelah itu, dalam pelukan Choi Soobin yang luas, Yeonjun kembali jatuh pingsan. Pria jangkung itu mempertahankan posisinya, dagunya menempel pada rambut lembut pemuda itu, dan untuk sementara tidak bergerak.
"Fuck."
Dia menutup matanya yang terasa kering.
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Over The Moon [Soobin x Yeonjun]
Fanfiction[On Going] Ini adalah kisah hubungan terlarang milik Choi Soobin dan Choi Yeonjun yang didasari oleh kesalahan. Choi Soobin sangat membenci Choi Yeonjun, dan ingin sekali menghancurkan pria itu. Dan Choi Yeonjun tidak akan pernah bisa mengalahkanny...