Bab 1: The Personal Stylist

94 6 0
                                    

"Tidak, tidak, tidak, bukan gaun itu yang kumaksud," tolak Julia sambil menghela nafas dengan gusar. "Semua akan lebih mudah jika Cindy tidak cuti di saat seperti ini!"

Julia Moore sedang sibuk memilih-milih gaun yang akan ia pakai untuk acara pesta ulang tahunnya yang genap ke tujuh puluh tahun nanti. Cindy Lewis, stylist pribadinya, harus memajukan jadwal cuti melahirkannya karena air ketubannya tiba-tiba pecah. Cindy meninggalkannya di saat ia harus menghadiri momen penting dalam hidupnya. Tentu saja, tampil cantik dan menawan merupakan suatu keharusan bagi Julia, terutama di hari ulang tahunnya tersebut.

Julia sibuk merogoh tas kecilnya untuk mengambil ponsel. Ia mencari-cari nama orang dari daftar phonebook-nya, berharap dapat menemukan orang yang tepat untuk membantu memecahkan masalahnya tersebut. Di tengah pencarian, muncullah nama seseorang yang tidak begitu familiar, namun juga tidak begitu asing. "Sophie Harper?"

"Kau ingat Sophie Harper?" tanyanya pada Thomas Chadwick, asisten pribadi kepercayaan Julia.

Thomas tampak sedang berpikir keras. "Bukankah... ia stylist yang menggantikan Cindy ketika ia cuti menikah?"

Julia seolah teringat akan sesuatu, ia kembali menggeser-geser gambar panah di ponselnya untuk mencari sebuah foto. Ia melihat foto dirinya mengenakan gaun hitam berlengan panjang dengan mantel merah panjang dipadukan dengan beberapa aksesoris mutiara. Kala itu ia menghadiri gala dinner yang diadakan oleh Maria Silva, istri dari konglomerat Brazil, Antonio Silva. Senyum kemenangan tersungging di bibir Julia. "Bingo! Antar aku untuk menemuinya sekarang juga."

Tanpa banyak bicara, Thomas langsung menghubungi kantor tempat Sophie bekerja karena ia tahu keluarga Greyson tidak suka menunggu ataupun mendengar kata tidak. Namun ternyata, ia tidak mendapatkan jawaban yang Julia harapkan. "Miss Sophie sudah berhenti dari tempat kerjanya yang lama sejak delapan bulan lalu."

***

Seorang wanita tinggi semampai berkulit putih sedang berjalan anggun di Exora, sebuah pusat perbelanjaan di Manhattan yang terkenal dengan barang-barang bermerknya. Ia tampak modis dalam balutan Midi Sheath Dress berwarna kuning cerah milik Brandon Maxwell dengan kaki beralaskan Manolo Blahnik BB 105 pumps berwarna beige sambil menenteng sebuah Mini Lady Dior berwarna beige pula.

Beep. Beep.

"Sophie Harper di sini." Jika ada panggilan dari nomor tidak dikenal, maka biasanya klien baru lah yang menghubunginya.

Benar dugaan Sophie, ia mendapat panggilan dari seorang customer baru yang artinya ia akan mendapatkan pemasukkan lagi. "Oh, baiklah, akan segera kukirimkan alamatnya. Sampai jumpa!" Sophie baru saja selesai bertemu dengan salah seorang kliennya dan kini memiliki janji temu dengan orang yang baru saja menghubunginya.

Ia benar-benar harus bekerja ekstra keras selama beberapa bulan ke depan, salah satunya karena untuk membayar semua tagihan kartu kredit dengan nominal yang gila-gilaan. Salahkan semua klien yang akhir-akhir ini terus-menerus mengundangnya ke sejumlah acara yang membuatnya semakin terjerumus ke dalam dunia sosialita. Sehingga ia harus mengeluarkan lebih banyak dana untuk memastikan dirinya tampil sempurna di setiap acara itu. Gaun, tas, aksesoris, dan tentunya sepatu!

Untuk apa? Tentu saja untuk mempromosikan dirinya ke kalangan jetset yang lebih luas di New York City, The-City-That-Never-Sleeps, begitu katanya. Lalu apakah ia menyesal karena telah membelanjakan sebagian besar uangnya untuk membeli barang-barang glamor itu? Jawabannya, tentu saja tidak!

Wanita mana yang bisa menolak Dior, Chanel, Louis Vuitton, Yves Saint-Laurent, Givenchy, dan bahkan Hermes, meski kemampuan Sophie belum sampai di sana. Baginya, membeli produk-produk bermerk tersebut bukan hanya untuk memuaskan nafsu duniawinya saja, melainkan untuk mendukung keperluan bisnisnya.

90 Days With Mr. Perfect(ionist)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang