Ponsel yang terus bergetar akhirnya terhenti ketika Nicholas menggeser tombol hijau di layarnya. "Sebaiknya ini berita penting, David, karena aku sedang meninggalkan Sophie sendiri di tengah-tengah keluarga besarku."
"Kau bisa menentukan penting atau tidaknya nanti, Nick. Nara sumber mengatakan bahwa target terlihat baru keluar dari Hotel Lenghton dengan seorang pria. Mereka kemudian meninggalkan lokasi dengan sebuah sedan hitam. Nara sumber sedang mencari tahu siapa pemilik mobil tersebut dan siapa pria itu. Akan kuhubungi kembali jika sudah ada update terbaru."
Nicholas menurunkan ponselnya dengan ekspresi wajah kecewa. Ini bukan kali pertama, namun sepertinya juga bukan yang terakhir. Meski ia telah berulang kali mencoba memahami dan memakluminya, namun hatinya tetap merasa terluka. Ia tertunduk lesu sambil berjalan kembali masuk ke lokasi ballroom.
Sesampainya di tempat duduknya, ia sama sekali tidak melihat Sophie. Ia berusaha mencari-cari Sophie di seluruh ruangan namun tetap tidak menemukannya.
"Paman," panggil Angela tiba-tiba, seorang gadis kecil berusia lima tahun yang tidak lain adalah keponakan Nicholas.
Nicholas menunduk untuk menyapa keponakan tersayangnya itu. "Hei, Nona Peri! Kau tampak cantik sekali."
"Temanmu juga cantik, Paman. Aku menyukainya," sahut Angela polos.
"Temanku?" ulang Nicholas tidak mengerti.
Angela mengangguk pelan, "tapi dia sedih, dia menangis. Kau harus menghiburnya." Seketika itu juga Nicholas menyadari bahwa teman yang dimaksud Angela adalah Sophie.
Nicholas berlutut sambil memegangi kedua sisi tubuh kecil Angela, "kau melihat teman Paman? Ia menghilang."
Angela menunjuk ke pintu keluar di sebelah kirinya. Nicholas menoleh untuk memastikan.
"Angela, jangan berlarian lagi, Nak! Aku tidak kuat mengejarmu. Nick, tolong tahan dia," Gretha terengah-engah mengejar Angela yang telah berlarian sejak tadi.
"Gretha, apa kau melihat Sophie? Wanita yang datang bersamaku tadi," Nicholas tidak yakin Gretha mengetahui wanita yang ia maksud.
Gretha masih berusaha mengatur nafasnya agar kembali normal, "ah, maksudmu wanita cantik dan baik hati itu! Tadi aku melihatnya keluar bersama seorang pria."
"Pria? Kau tahu siapa pria itu?"
"Kalau aku tidak salah, pria itu adalah putra dari keluarga Hamilton."
Tanpa banyak bicara, Nicholas langsung melesat keluar untuk mencari Sophie.
***
Sophie sedang menikmati alunan musik yang mendayu-dayu itu sambil mengamati setiap gerakan luwes yang dilakukan oleh Julia. Meski bukan seorang penari namun ia bisa melihat dengan jelas bahwa semua gerakan Julia itu bukanlah gerakan yang mudah untuk dilakukan bahkan oleh wanita muda sekalipun. Oleh karena itu, ia menaruh rasa kagum pada kemampuan dan semangat yang dimiliki oleh Julia.
"Sophie?" panggil seseorang.
Sophie menoleh ke samping untuk melihat ke arah suara yang memanggilnya. Ia terkejut bukan main, jantungnya tersentak. Tubuhnya kembali gemetar karena rasa kesal, marah sekaligus takut.
"Bisa kita bicara sebentar?" George Hamilton, pria yang paling dihindari oleh Sophie selama lima tahun terakhir ini, tiba-tiba dengan sengaja muncul di hadapannya dan berbicara kepadanya.
Sophie sempat diam mematung sejenak karena masih tidak menyangka bahwa apa yang ia khawatirkan akhirnya benar-benar terjadi. "Tidak ada yang perlu dibicarakan," jawabnya setelah berhasil menguasai pikirannya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days With Mr. Perfect(ionist)
RomanceNicholas Greyson, seorang pewaris tahta kerajaan bisnis keluarga Greyson yang terkenal tampan dan single harus bertemu dengan Sophie Harper, seorang personal stylist sekaligus matchmaker yang ironisnya tidak beruntung dalam dunia percintaannya sendi...