"Aku harus apa??" ulang Sophie.
Mereka sedang menikmati makan siang bersama di sebuah restoran klasik Amerika. "Seperti yang tertulis pada poin kedua, kau wajib menghadiri semua acara yang mengharuskan kehadiranku. Jadi besok kau harus ikut hadir di acara ulang tahun Nenekku."
"Memangnya sebesar apa pesta itu nanti? Dan siapa saja yang akan menghadirinya?"
Nicholas tampak berpikir sejenak. "Selain keluarga besar Greyson dan para pekerja, semua kolega Greyson Company juga akan datang, begitu juga dengan beberapa orang penting dan selebritis yang berkaitan dengan keluarga Greyson. Jangan khawatir, acara ini bersifat pribadi jadi tidak akan ada media yang meliput." Nicholas memberikan jeda sebentar untuk mengamati ekspresi Sophie yang tampak tidak puas mendengar jawabannya. "Kurasa pertanyaanmu kurang spesifik. Mungkin kau ingin memastikan apakah George Hamilton juga akan hadir di acara itu."
"Jangan berasumsi semaumu! Aku sudah tidak ada hubungan dengan Si-Anak-Mama itu! Untuk apa aku memperdulikan kehadirannya!" celetuk Sophie ketus dipenuhi dengan rasa kesal.
Seulas senyum usil tersungging di bibir Nicholas, "memangnya seburuk apa hubunganmu dengannya hingga kau tampak begitu membencinya? Kupikir ia pria yang cukup baik."
"Oh, jangan coba-coba memulainya, Nick!" ancaman Sophie itu hanya terdengar seperti raungan macan kecil bagi Nicholas. "Omong-omong apa yang harus kulakukan di acara itu?"
"Tampil sebagai kekasihku tentu saja. Yang terpenting adalah kau harus bisa meyakinkan Nenek bahwa kita benar-benar pasangan."
"Well, kurasa itu semua bergantung pada peran kita berdua," jawab Sophie ragu. "Sekarang, mari kita coba lakukan simulasi. Anggap saja aku adalah relasimu atau siapapun yang mungkin akan bertanya. Kau harus bisa menjawab semua pertanyaan spontan yang kulontarkan."
Nicholas hanya mengangkat pundaknya acuh, seolah tidak menganggap itu sebagai masalah besar.
"Dimana kita bertemu?" tanya Sophie.
"Nenek mengaturkan sebuah kencan buta untukku dan di sanalah aku bertemu denganmu. Tidak kusangka aku akan jatuh hati pada seorang pemilik perusahaan matchmaking di area Malcolm Boulevard," jawab Nicholas dengan alami dan lancar.
Sophie tersenyum puas, "Luar biasa! Kau tampak alami, Nick. Bahkan aku hampir saja mempercayainya. Baiklah, mari kita coba lagi. Siapa yang memulai pendekatan terlebih dahulu?"
Nicholas mengerutkan kedua alisnya, "apakah itu perlu?"
Sophie berkacak pinggang sambil melontarkan wajah cemberut, "kali ini kau kurang peka, Nick! Bagi wanita, hal semacam ini sangat penting. Ini berkaitan dengan harga dirinya!"
Nicholas tampak berpikir sejenak, "baiklah, kalau begitu. Setelah kencan buta itu, aku mengajakmu makan siang bersama dan kau langsung menerimanya?"
"Wow, kau membuatku terdengar agak desperate dan sedikit terlalu mudah menerima ajakanmu, tapi baiklah, pertanyaan selanjutnya. Apa yang membuatmu menyukaiku?"
Nicholas kembali mengernyit, "kau pikir mereka akan ingin tahu sampai sedetil itu?"
"Tentu saja, Nick! Kau pikir kenapa acara gosip selalu sukses?" Sophie mencondongkan tubuhnya ke depan. "Jadi begini, Tuan Nick yang polos! Entah sadar atau tidak, kau adalah salah seorang pria yang diidamkan oleh seluruh wanita khususnya di Manhattan. Kau popular! Dan percayalah, ketika wanita-wanita itu mendengar berita bahwa kini kau telah memiliki seorang kekasih, maka mereka pasti akan... menghabisiku!" Sophie tampak terkejut dengan perkataannya sendiri. Ketika menerima tawaran Nicholas tersebut, ia tidak berpikir sejauh itu. "Itu artinya aku akan dihujat, dimaki, dihina dan segala kemungkinan terburuk lainnya," wajah Sophie tampak semakin ngeri membayangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days With Mr. Perfect(ionist)
RomanceNicholas Greyson, seorang pewaris tahta kerajaan bisnis keluarga Greyson yang terkenal tampan dan single harus bertemu dengan Sophie Harper, seorang personal stylist sekaligus matchmaker yang ironisnya tidak beruntung dalam dunia percintaannya sendi...