Bab 11: Past In The Present

29 3 0
                                    

Mengapa Nicholas tiba-tiba menanyakan tentang gelas kosong? Aku yakin dibalik pertanyaannya pasti ada hal sensitif yang sedang ia bicarakan. Ah, sebaiknya aku tidak ikut campur urusan pribadinya. Tapi tunggu dulu, aku juga telah berjanji pada Julia untuk mencarikan pasangan untuknya, bukankah itu berarti juga menyangkut urusan pribadinya?

"Soph, aku suka sekali dengan gaun ini! Dan benar katamu, warna coklat ini sangat cocok untukku," kata Lenny, salah seorang klien pribadinya yang ada janji temu dengan Sophie hari itu.

Pergulatan antara Sophie dan pikirannya terpaksa terhenti karena ia harus kembali berkonsentrasi pada pekerjaannya. Ia sedang berdiri di area bilik pakaian untuk mendampingi Lenny yang sedang mencoba pakaian di salah satu butik di Exora.

Sophie mengangguk setuju, "kau sudah menyiapkan aksesoris untuk melengkapi penampilanmu?"

"Aku baru saja akan menanyakannya padamu, bisakah kau membelikannya untukku? Karena aku ada urusan mendesak dan aku harus segera pergi," kata Lenny sambil membuka dompetnya. "Ini, pakai saja kartuku. Aku yakin dengan pilihanmu."

Sophie menerimanya dengan tanggap, "baiklah, kau tidak perlu khawatir. Sore ini semua akan siap di The Flair." Setelah itu Lenny segera berpamitan untuk pergi, meninggalkan Sophie sendirian untuk melanjutkan tugas berbelanjanya, tugas yang paling ia nikmati tentu saja karena ia bisa sekaligus menyalurkan hobinya selagi membantu orang lain.

Kebetulan siang itu ia memiliki janji untuk makan siang bersama dengan Nicholas di Exora. Karena masih ada waktu sebelum jam makan siang, maka ia memutuskan untuk mengunjungi sebuah toko perhiasan terlebih dahulu.

Pagi tadi Nicholas berangkat sangat awal hingga tidak sempat bertemu dengan Sophie, namun ia menawarkan untuk makan siang bersama dan Sophie menyetujuinya. Ia bermaksud untuk melanjutkan wawancaranya agar dapat menambahkan hasil analisanya tentang karakteristik dan kepribadian Nicholas.

"Sophie Harper?" panggil seorang wanita tiba-tiba.

Sophie yang sedang menunggu perhiasan pilihannya dipersiapkan, spontan membalikkan wajahnya. Ia menatap seorang wanita berambut pendek dengan tubuh sedikit lebih pendek darinya berdiri di hadapannya sambil menenteng beberapa buah paperbag bermerk. Ia tidak begitu yakin jika ia pernah mengenal wanita itu.

"Martha West, tunangan George Hamilton," lanjut wanita itu kemudian.

Apalagi ini?! Raut wajah Sophie jelas mengalami perubahan tanpa disadarinya. "Oh, hai."

Senyum sinis mengembang di bibir Martha. "Tidak kusangka setelah lima tahun kau menghilang, kita malah bertemu di toko perhiasan." Namun Sophie berusaha untuk tidak terpancing, ia hanya melemparkan senyum simpul yang setengah dipaksakan.

"Kulihat kau tampak banyak berubah sekarang," terdengar nada memancing dari suara Martha. "Tidak kusangka ternyata waktu lima tahun ini kau manfaatkan dengan sangat baik hingga berhasil memikat Nicholas Greyson." Martha kembali menghentikan kalimatnya dengan nada mengambang. Yah, ia tentu ingin melihat reaksi Sophie ketika mendengar perkataannya tersebut.

Meski telinganya mulai terasa panas karena kesal, namun Sophie tetap berusaha untuk bersikap tenang. "Kau selalu up-to-date rupanya."

Merasa tidak puas dengan reaksi datar Sophie, Martha dengan sengaja mencoba untuk menggiring pembicaraan ke topik yang lebih sensitif. "Aku datang kemari untuk membeli cincin pernikahan," kata Martha sambil memberikan undangan pernikahannya pada Sophie. "Kalau kau?"

Tidak ada yang menanyakan tujuanmu datang kemari! Tidak bisakah kau meninggalkanku?! Aku bahkan tidak mengenalmu! Jawab Sophie dalam hati sambil menghela nafas.

90 Days With Mr. Perfect(ionist)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang