"Bagaimana menurutmu?" tanya Amanda sambil memandangi dirinya di depan kaca yang berdiri tepat di hadapannya.
Martha memasang wajah cemberut ketika melihat ibunya sedang asyik sendiri mencoba pakaian barunya, ia meneguk segelas penuh wine. "Sebenarnya yang menikah aku atau Ibu?"
"Oh, Sayangku, kau harus memperbaiki kelakuanmu itu! Apa aku salah karena ingin selalu tampil cantik?" omel Amanda Higgins, ibu Martha West.
"Kau terlalu sibuk memikirkan dirimu sendiri padahal aku sendiri belum menemukan gaun pernikahan yang cocok!" protes Martha seperti anak kecil.
Amanda hampir saja tersandung pakaiannya sendiri ketika memutar tubuh menghadapi anak manjanya itu, "lantas kenapa kau tidak segera mencarinya? Pernikahanmu akan segera berlangsung kurang dari dua bulan, Martha!"
"Bagaimana mungkin aku bisa berkonsentrasi mencari gaun sementara aku masih merasa kesal pada wanita tidak tahu diri itu! Ia tidak hanya menampar, ia bahkan berani mengatakan padaku bahwa George akan membatalkan pernikahan kami asalkan wanita pengganggu itu mau kembali padanya. Aku sangat membenci wanita itu, Bu! Aku sangat membencinya!" Teriak Martha kesal sambil menghentak-hentakkan kedua kakinya seperti anak kecil yang marah karena keinginannya tidak dituruti. "Dan kau malah lebih fokus pada pakaian-pakaian itu! Bagaimana aku tidak kesal?!" Jerit Martha. Lagi-lagi ia meneguk wine-nya lalu menaruh gelasnya dengan kasar di atas meja. Jika saja ia meletakkan gelasnya sedikit lebih keras, maka gelas itu sudah pasti akan pecah.
"Astaga Martha, kata-katamu semakin terdengar tidak karuan! Hentikan kebiasaan minummu itu! Siapa bilang aku tidak peduli padamu dan hanya memperdulikan pakaian-pakaianku? Bukankah sudah kukatakan padamu bahwa aku sudah pergi menemui Nicholas di kantornya, khusus untuk membicarakan tentang masalahmu dengan wanita itu. Kau harus belajar bersabar, Nak!" ujar Amanda berusaha tetap bersabar menghadapi Martha, putri tunggalnya.
"Bukankah kau mengatakan padanya untuk menemuimu dalam dua hari, tapi nyatanya? Ini sudah hari ke dua, tapi tidak ada tanda-tanda kedatangannya sama sekali! Bagaimana aku bisa bersabar lagi, Bu?" tukas Martha seolah sama sekali tidak menghormati wanita yang telah melahirkannya tersebut.
Amanda memegangi kepalanya karena pusing menghadapi sikap anaknya. Kadang-kadang ia sendiri menyadari betapa manja anak semata wayangnya itu. Namun ia tidak bisa berbuat banyak karena boleh dibilang Martha adalah satu-satunya hal paling berharga dalam hidupnya.
Amanda pernah diancam akan diceraikan bila tidak bisa memberikan keturunan untuk Paul West. Pada tahun ke enam pernikahannya, Amanda sempat hamil seorang bayi laki-laki yang kemudian meninggal di dalam kandungan karena kondisi kesehatannya yang tidak menunjang kehamilannya. Dokter sempat menyatakan bahwa akan sulit baginya untuk hamil lagi namun pada tahun ke delapan tiba-tiba keajaiban terjadi, ia dikarunia seorang putri yang tidak lain adalah Martha. Sejak itu, Paul tidak jadi menceraikannya dan hidupnya menjadi jauh lebih baik. Ia sadar bahwa ia terlalu memanjakan Martha, namun ia merasa bahwa ia tidak punya pilihan lain kala itu.
"Permisi, Mrs. Amanda, ada seseorang yang ingin menemui anda," panggil seorang pelayan di rumah tersebut.
"Menemuiku?" ulang Amanda ragu. "Siapa?"
"Seorang wanita muda dan cantik bernama Sophie Harper," sontak Amanda dan Martha saling bertatapan. Kedua mata Martha membelalak lebar diikuti perasaan takjub terhadap keberhasilan ibunya membuat wanita itu menuruti permintaannya. Senyum kemenangan menghiasi bibirnya yang sedari tadi cemberut.
"Baiklah, suruh ia masuk," perintah Amanda.
"Apa kubilang, kau harus belajar bersabar! Aku akan berganti pakaian dulu," Amanda berusaha membuka resleting gaunnya ketika Martha beranjak berdiri untuk keluar dari kamar Ibunya. "Kau mau kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days With Mr. Perfect(ionist)
RomanceNicholas Greyson, seorang pewaris tahta kerajaan bisnis keluarga Greyson yang terkenal tampan dan single harus bertemu dengan Sophie Harper, seorang personal stylist sekaligus matchmaker yang ironisnya tidak beruntung dalam dunia percintaannya sendi...