Bab 7: Convincing

29 3 0
                                    

Sophie tampak gelisah, ia terus membenarkan posisi duduk sambil sesekali merapikan pakaiannya. Wajahnya terus menghadap ke jalanan yang ia lalui, namun nafasnya terasa berat dan temponya tidak beraturan. Pikirannya sama sekali tidak tenang, dipenuhi oleh banyak pertanyaan dan kekhawatiran. Dan hal itu dapat terlihat jelas oleh Nicholas.

"Ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Nicholas yang sesekali meliriknya.

Sophie menoleh dengan wajah tegang namun seolah berusaha untuk tetap tenang, "aku jadi ragu apakah ini size yang tepat untukku, karena aku merasa susah bernafas."

Nicholas berusaha menenangkannya karena tidak ingin Sophie menjadi panik hingga mempengaruhi penampilannya pada momen yang sangat krusial ini. "Kau tampak sempurna, Soph! Bernafaslah dengan tenang, kupastikan George akan benar-benar menyesal karena telah kehilangan wanita sempurna sepertimu!" Dan di luar dugaan, ucapan Nicholas tersebut mampu menurunkan ketegangan yang Sophie rasakan.

Sebenarnya ada banyak hal yang sedang bergelut di dalam pikiran Sophie saat ini, salah satunya adalah apa yang harus ia katakan pada Julia tentang kedatangannya bersama Nicholas. Karena telah tertulis secara terang-terangan di kontrak bahwa ia tidak boleh memiliki perasaan terhadap cucu kesayangan Julia itu. Namun siapa yang sangka kini ia malah datang sambil menyandang status sebagai kekasih Nicholas dan muncul di hari spesial Julia seolah sengaja ingin membuatnya murka dengan melanggar perjanjian tertulis tersebut. Yah, tentu saja itu karena Julia tidak tahu-menahu tentang kontrak yang telah ia tanda tangani dengan Nicholas.

Kontrak ini merupakan rahasia kita berdua. Jangan sampai ada pihak lain yang mengetahuinya, terutama Nenekku. Permintaan Nicholas untuk tidak membocorkan perihal kontrak mereka tersebut terdengar sudah tidak asing di telinga Sophie.

Pasalnya, Julia juga telah memintanya berjanji untuk tidak memberitahukan kepada siapapun perihal surat perjanjian mereka tersebut. Nicholas sendiri sama sekali tidak tahu tentang perjanjian yang telah Sophie sepakati dengan Neneknya tersebut. Alhasil, dilema hebat membayangi pikiran Sophie. Karena tuntutan kebutuhan, ia terpaksa dengan nekat menandatangani dua kontrak yang melibatkan dua orang yang saling berkaitan dengan isi kontrak tersebut. Ini sama halnya seperti mengantongi perjanjian dengan dua perusahaan yang saling bersaing. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi bila dua orang tersebut mengetahuinya. Jika mereka sampai murka, mungkin tidak hanya uang namun ia juga akan kehilangan pekerjaan dan mengalami hal buruk lainnya. Tiba-tiba saja ia menyesal karena telah membohongi mereka. Namun ia tidak bisa mundur sekarang, karena kontrak telah disepakati dan kebutuhan akan uang tetap mendesaknya.

Belum lagi kekhawatirannya akan kemungkinan dirinya bertemu dengan pria yang telah membuat hidupnya berubah, yang membuatnya menjadi manusia hedonis. Mantan kekasih yang membuatnya membenci komitmen, yang membuatnya bersumpah untuk menjadi wanita kaya dan sukses, dan yang membuatnya menjadi wanita yang sama sekali berbeda dengan dirinya di masa lalu.

Jantungnya berdebar semakin kencang ketika ia menyadari mobil yang dikendarai oleh Nicholas tersebut telah berhenti di halaman hotel Greyson ̶ salah satu lini usaha keluarga Greyson ̶ sementara ia belum mendapatkan satu alasan pun yang bisa ia gunakan untuk menjelaskan keadaannya pada Julia.

"Ayo, kuantar kau bertemu Nenek!" Tiba-tiba Nicholas telah membukakan pintu untuk Sophie.

Nicholas tampak sangat tampan dan gagah dibalik setelan tuxedo hitam yang tampak formal dan mahal. Sementara Sophie mengenakan gaun hitam panjang dengan atasan tube berbentuk hati di area dada dengan aksen drapping dua tumpuk, membuat Sophie tampak sangat anggun, elegan, dan mempesona tentunya. Sangat cocok dengan rambutnya yang diangkat ke atas bak puteri-puteri kerajaan.

Nicholas mengangkat lengan kirinya seolah menunggu Sophie untuk melingkarkan lengan kanannya, lalu berjalan berdampingan sambil diantar oleh salah satu pelayan hotel. Mereka diminta untuk menunggu di sebuah ruangan serba guna yang digunakan sebagai tempat persinggahan sementara oleh Julia untuk menyambut tamu-tamu yang masih ada hubungan keluarga. Tiba-tiba langkah kaki Sophie yang beralaskan high heels Ralph & Russo berwarna hijau Jade terasa sangat berat.

"Cucuku sudah datang?" terdengar suara Julia dari kejauhan seolah sedang bercakap-cakap dengan seseorang. "Antar aku menemuinya!" Dan suara itu terdengar semakin mendekat.

Nicholas mempererat genggaman tangannya. "Aku akan menjelaskan kepada Nenekku tentang hubungan kita."

"Tidak! Jangan katakan apa-apa padanya!" Sophie spontan menghentikan niat Nicholas tersebut. Ia sadar betapa mencurigakannya dirinya, namun ia tidak punya pilihan lain, ia tidak siap untuk kehilangan dua kontrak bernilai fantastis tersebut. "Biar aku yang menjelaskannya. Percayalah, akan kupastikan bahwa ia mempercayai hubungan kita."

"Kau sudah datang, Nick. Dan, oh! Lihatlah wanita cantik yang datang bersamamu ini!" senyumnya penuh arti dan tatapannya seolah penuh pertanyaan.

"Terima kasih karena telah mengirimkan seorang wanita yang sangat mengagumkan seperti Sophie, Nek!" Nicholas memeluk neneknya lalu mencium kedua pipinya. "Aku sengaja membawanya untuk ikut menghadiri acara ulang tahunmu, Nek, sebagai hadiah untukmu tentu saja!" Nicholas meraih tangan kiri Sophie lalu menepuk-nepuknya pelan.

Sophie ingin pingsan rasanya, ia bisa melihat sorot mata tajam Julia yang seolah siap membunuhnya saat itu juga! Kedua kakinya terasa lemas, nafasnya terasa semakin berat, ia bahkan merasa kesulitan untuk menelan ludahnya sendiri. Oh, tidak! Julia pasti akan benar-benar marah padaku!

"Oh, aku meninggalkan tasku di kamar, bisakah kau mengambilkannya untukku, Nick?" pinta Julia pada Nicholas, yang menandakkan ia ingin bicara empat mata dengan Sophie.

"Tentu saja!" Nick pergi meninggalkan Sophie dengan Neneknya.

Tolong selamatkan aku, Tuhan!

Untuk meredakan ketegangan, Sophie mencoba untuk membuka percakapan terlebih dahulu. "Kau tampak sangat luar biasa menawan, Julia!"

"Terima kasih padamu untuk semua ini, Sophie! Aku tidak akan bisa tampil penuh percaya diri tanpa sentuhan tangan ajaibmu. Duduklah!"

Sophie enggan duduk berlama-lama, ia ingin segera berdiri dan pergi meninggalkan tempat itu. Namun kenyataan mengatakan bahwa ia harus segera memikirkan sebuah penjelasan yang masuk akal.

"Omong-omong, maafkan aku baru sempat menemuimu hari ini. Aku pergi menjenguk keponakanku yang baru saja melahirkan anak kembar. Ia adalah sepupu Nicholas dari almarhum Ayahnya. Tapi Thomas telah menyampaikan padaku bahwa kau sempat datang untuk menyerahkan surat kontrak. Bisa kau jelaskan padaku, kenapa surat kontraknya belum kau tanda tangani?"

Sophie kembali membenarkan posisi duduknya, rasa tidak nyaman mulai menggelayuti seluruh tubuhnya. "Jadi begini, Julia, tujuanku datang kala itu adalah untuk menyampaikan bahwa aku menyetujui isi surat kontrak itu. Hanya saja aku ingin meminta persetujuanmu karena aku akan menggunakan cara-cara yang mungkin sedikit berbeda dari cara pada umumnya."

"Seperti menjadi kekasihnya, begitu maksudmu?" sela Julia dengan nada penuh arti.

Sophie berusaha menelan ludahnya sebelum kembali melanjutkan penjelasannya. "Well, aku bisa menjelaskan semuanya, tapi nanti ketika waktunya tiba. Yang jelas kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun, aku pasti akan melaksanakan tugasku dengan baik dan tidak akan melanggar peraturan yang telah kau buat. Aku hanya meminta waktu dan kepercayaanmu."

"Dalam membina hubungan apapun, komitmen dan kejujuran adalah fondasi dasar, termasuk hubungan bisnis." Julia tersenyum sambil menggenggam kedua tangan Sophie, "aku telah memilihmu karena aku mempercayaimu, Soph!" Kali ini genggaman tangannya menjadi lebih kuat seolah seperti bersungguh-sungguh memperingatkan Sophie. "Kupercayakan Cucuku padamu."

"Tentu saja, Julia! Aku pasti akan mendapatkan pasangan yang terbaik untuk Nicholas!" Sophie memaksakan senyumannya karena sebenarnya ia sendiri tidak yakin dengan apa yang dilakukannya. Ia tahu betul bahwa keputusannya untuk menyetujui kedua kontrak itu akan sangat berisiko baginya, namun ia tidak punya pilihan lain.

***

90 Days With Mr. Perfect(ionist)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang