Malam itu, para tamu undangan sudah datang dan berkumpul di ballroom hotel Greyson. Mulai dari keluarga, para pekerja Greyson Company, para kolega hingga beberapa selebritis terkenal seperti yang telah dijelaskan oleh Nicholas sebelumnya.
Ruangan megah itu telah didekorasi sedemikian rupa menjadi sangat cantik dan mewah. Meja-meja bulat untuk para tamu telah dihiasi dengan rangkaian bunga Krisan dan mawar putih serta dedaunan hijau di tengah. Piring-piring porselen putih beralaskan piring rose gold bulat berbahan metal telah ditata mengitari meja, dihiasi oleh serbet putih yang tergulung rapi di dalam cincin serbet berbentuk angsa yang juga berwarna rose gold. Lilin di setiap meja telah dinyalakan, membuat ruangan tampak bernuansa champagne, senada dengan warna lampu yang menyinari.
Di tengah ruangan terdapat meja berbentuk persegi panjang dengan sebuah kartu bertuliskan "The Greysons" di atasnya. Meja yang khusus disiapkan untuk anggota keluarga Greyson, berhiaskan pot bunga tinggi berbahan kaca yang diletakkan di tengah-tengah meja didampingi oleh beberapa aksesoris cantik lainnya.
Perasaan Sophie tiba-tiba tidak enak, ia merasa tidak nyaman berada di dalam lingkungan terdekat Nicholas mengingat bahwa hubungan mereka tidak nyata. Kenapa aku tiba-tiba merasa terlibat terlalu dalam dengan keluarga Greyson? Ternyata ini tidak sesederhana bayanganku.
"Duduklah di sini, aku akan segera kembali!" Nicholas mengantar Sophie ke salah satu kursi di meja keluarga.
Ia bahkan menyuruhku untuk duduk di meja keluarga! Bagus sekali, Soph! Apa yang harus kulakukan jika mereka mengajakku berbicara?
"Selamat malam kepada para undangan sekalian! Terima kasih telah menyediakan waktu untuk ikut hadir di acara ulang tahun Mrs. Julia Moore yang ke tujuh puluh tahun. Tanpa berlama-lama, mari kita undang Mrs. Julia untuk memberikan kalimat sambutan!" MC mengajak para tamu untuk memberikan sambutan berupa tepukkan tangan.
Julia maju ke depan diantar oleh Nicholas yang menyodorkan lengannya untuk digandeng oleh Neneknya tersebut. "Sekali lagi kuucapkan terima kasih karena telah hadir di malam yang spesial bagiku. Tidak setiap hari seseorang berusia tujuh puluh tahun dan tetap bersemangat untuk berpesta dan berdansa bukan?" Para tamu undangan tertawa mendengar pernyataan Julia tersebut.
"Dan malam ini menjadi semakin spesial karena harapan terbesarku mulai terkabul. Aku selalu berharap bahwa suatu hari Cucuku satu-satunya, Nicholas Greyson, akan membawa seorang wanita, calon istri, untuk diperkenalkan kepadaku. Dan malam ini, ia benar-benar membawanya untuk bertemu denganku sekaligus memperkenalkannya kepada kalian semua. Wanita cantik yang telah berhasil memenangkan hati Nicholas-ku adalah Sophie Harper!" Sontak semua mata mencari-cari sosok Sophie Harper yang disebutkan oleh Julia.
Calon istri?? Apakah ia sedang menyebutku?
Lampu sorot tiba-tiba mengarah ke tempat duduk Sophie, menerangi dirinya bak bintang di acara tersebut. Ia tidak bisa melihat dengan jelas, namun ia bisa merasakan semua mata memandanginya. Ya, Tuhan! Kenapa jadi begini? Apa yang Julia lakukan barusan?
Julia bisa melihat ekspresi terkejut pada wajah Nicholas. Senyum kemenangan terukir di wajah Julia. "Kembalilah ke sisi wanitamu, Nick!" suruhnya kemudian diiringi oleh gemuruh tepuk tangan para tamu undangan.
Nicholas pun patuh dan langsung berjalan menuju ke tempat duduk Sophie. Ia mengajak Sophie bangkit berdiri sejenak, para tamu undangan pun memberikan tepuk tangan yang lebih meriah lagi. Dalam sekejap telinga Sophie menjadi kedap, ia serasa tidak mendengar apapun. Wajahnya panik, detak jantungnya sudah tidak terkendali, hingga sedikit lagi mungkin ia bisa pingsan. Namun genggaman tangan Nicholas membuatnya tetap berdiri tegap dan bersikap tetap tenang.
Sorak-sorai para tamu berlangsung sekian lama, ada yang bersiul, ada yang bertepuk tangan, dan ada pula yang meneriakkan kalimat-kalimat yang tidak jelas. Namun Sophie tidak bisa berkonsentrasi pada semua keramaian itu. Dinginnya ruangan ditambah tingginya heels yang ia kenakan, membuat kaki Sophie terasa seperti kesemutan dan hampir mati rasa. Yang ia inginkan saat ini hanyalah keluar sejenak dari ruangan itu untuk menghangatkan diri dan menenangkan pikirannya.
Setelah menunggu sekian lama, akhirnya mereka pun dipersilahkan untuk duduk kembali. Makan malam pun dimulai, diiringi oleh alunan musik dan diramaikan oleh beberapa acara yang telah dipersiapkan.
"Maaf membuatmu terkejut, aku pun begitu," bisik Nicholas pelan.
"Jujur saja, aku tidak membayangkan publikasi semacam ini, Nick. Kupikir kita hanya akan tampil menjadi sepasang kekasih biasa saja, namun nyatanya Julia malah dengan bangga mengumumkan hubungan kita seolah seperti pasangan yang akan menuju ke jenjang pernikahan dan kau sama sekali tidak memberikan sanggahan. Ini sama sekali tidak seperti yang kubayangkan sebelumnya. Aku khawatir pada apa yang akan terjadi kelak ketika masa kontrak kita habis. Kita telah terlalu dalam membohongi semua orang terdekatmu terutama Julia, Nick!" ungkap Sophie khawatir.
"Nenekku tidak sebodoh dan sepolos itu. Ia pasti menggunakan trik ini untuk membuatku tidak dapat berkutik." Nicholas seolah melingkarkan lengannya ke bahu Sophie untuk menenangkan Sophie, sekaligus agar lebih mudah untuk berbisik di telinganya.
"Percayalah padaku, aku tidak akan melakukan hal ini jika tidak tahu bagaimana mengakhirinya. Aku sudah merencanakan segalanya dengan baik, kau harus percaya padaku."
Sophie merasa semakin tidak nyaman, "oh ya? Kau sudah merencanakan semuanya? Apa kau jugalah yang merencanakan pengumuman tentang aku sebagai calon istrimu?" sindir Sophie sambil memberikan penekanan pada kata semuanya. Namun akhirnya ia menyadari bahwa ia telah berbicara terlalu keras pada Nicholas.
"Lalu menurutmu bagaimana akhir dari semua ini?" tanyanya lagi sambil mengusap rambut yang menjuntai menutupi matanya.
Nicholas kembali mendekat untuk berbisik, "Setelah tiga bulan menjalin hubungan, ternyata kita berdua merasa kurang cocok, lalu kita terpaksa berpisah. Kelak kau boleh mengatakan bahwa aku yang terlalu egois atau apapun, tidak masalah, aku pasti akan menyetujui dan mengiyakan apapun alasanmu. Karena dalam hal ini, kau memang lebih perlu untuk menjaga nama baikmu. Dan percayalah, dalam waktu sekitar satu atau dua bulan, cerita kita akan dilupakan oleh masyarakat. Semudah itu."
"Semudah itu?" Sophie memberikan tatapan seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Kau seorang Nicholas Greyson, sementara aku hanyalah seorang wanita biasa yang mencari uang untuk bertahan hidup. Kau pikir mereka akan membelaku dan menyalahkanmu? Kau terlalu naif, Nick!" Ia menggertakan giginya karena merasa kesal. Bukan pada Nicholas melainkan lebih kepada dirinya sendiri.
Ketika setuju untuk menandatangani kontrak tersebut ia tidak berpikir panjang. Ia sama sekali tidak membayangkan bahwa kontraknya dengan Nicholas akan melibatkannya terlalu dalam seperti ini. Ia hanya memikirkan tentang peluang emas yang ditawarkan padanya, peluang yang tidak akan pernah ia dapatkan kembali dan memang sangat ia butuhkan.
Namun setelah kejadian hari ini, ia mulai mengkhawatirkan adanya kemungkinan terbongkarnya kebohongan mereka, terlebih lagi kebohongannya sendiri. Ia merasa sangat tidak enak karena telah membohongi semua orang di dalam ruangan tersebut, dimana mereka adalah orang terdekat Nicholas sendiri, khususnya Julia yang telah menaruh kepercayaan padanya. Dan ia tidak dapat membayangkan reaksi mereka terhadapnya jika itu memang terjadi. Terlebih lagi, ia tidak ingin kejadian buruk di masa lalunya ikut terseret karena itu akan sangat menyakitinya. Setelah memikirkan semua kemungkinan terburuknya, kini ia menyesali keputusannya tersebut. Andai kau tidak memerlukan uang itu, Soph! Maka kau tidak perlu melakukan hal-hal yang akan menyeretmu ke dalam masalah rumit seperti ini!
"Aku ingin keluar mencari udara segar sejenak. Permisi!" Sophie bangkit dari tempat duduknya.
"Kau ingin aku mengantarmu?" tawar Nicholas.
"Tidak perlu, aku hanya sebentar," tolak Sophie, ia langsung berjalan menuju ke toilet wanita setelah mendapatkan petunjuk dari salah seorang pelayan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days With Mr. Perfect(ionist)
RomanceNicholas Greyson, seorang pewaris tahta kerajaan bisnis keluarga Greyson yang terkenal tampan dan single harus bertemu dengan Sophie Harper, seorang personal stylist sekaligus matchmaker yang ironisnya tidak beruntung dalam dunia percintaannya sendi...