Episode 5 : Decision

24 3 0
                                    

Ayunda Mavis Olivia, gadis berparas cantik itu melangkahkan kakinya menuju rumah mewah old money yang diketahui milik ayahnya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayunda Mavis Olivia, gadis berparas cantik itu melangkahkan kakinya menuju rumah mewah old money yang diketahui milik ayahnya sendiri. Sudah setahun lamanya ia tidak menginjakkan kaki di tempat ini lagi sebelum akhirnya memutuskan untuk tinggal bersama sang kakak di rumah tua yang sering dianggap kosong itu.

Rindangnya masih sama. Mavis harap yang telah hancur bisa utuh kembali. Namun bagaimana caranya? Semua sudah terlalu lebur hingga dirinya tidak sanggup bahkan untuk berharap saja.

Ayah dan ibunya tidak memiliki tujuan yang sama sejak lama, hingga pada akhirnya memutuskan untuk berpisah. Alasannya si ayah tidak ingin si ibu berkecimpung lagi pada dunia gelapnya, namun si ibu masih mempertahakan darah dinginnya.

Ya, Mavis dan Noma adalah keluarga keturunan gengster berbahaya. Si ibu lah yang memiliki darah itu. Sedangkan si ayah adalah warga sipil biasa. Ia hanya tidak ingin anak-anaknya bergelut pada dunia yang sama dengan sang istri.

Namun setelah berpisah, Noma dan Mavis ternyata juga memiliki perbedaan. Si anak laki-laki memilih mengikuti jejak sang ibu, dan begitu pula sebaliknya dengan si anak perempuan. Ayah adalah sosok yang sempurna bagi si gadis kecil waktu itu.

Semakin dewasa, semakin paham. Ayah Mavis memiliki hiburan baru setelah sekian lama berpisah dari sang istri lama. Mavis kian dilupakan oleh cahayanya. Hingga gadis itu tidak tau lagi harus kemana selain mencari sang kakak. Noma Claire.

Rupanya ada perbedaan yang drastis dari sang kakak. Laki-laki itu memiliki sikap yang sama dengan sang ibu. Dingin dan tidak memandang siapa lawannya. Keji.

Setidaknya Mavis mendapat tamparan di wajah empat kali dalam sebulan. Hingga si ibu dikabarkan telah tak bernyawa dan ditemukan di bawah kolong jembatan dengan luka tembak di kepala. Diduga saat itu sang ibu tewas seketika.

Semenjak hari itu Noma berhenti bertindak kasar. Ia lebih merawat ketimbang melukai sang adik. Meski menganggap Mavis tidak terlalu berharga, tapi ia masih berpikiran bahwa gadis itu adalah adiknya. Setidaknya memberikan fasilitas tempat tinggal sudah cukup untuk Mavis dapatkan. Perkara uang jajan dan melindungi diri itu urusan si gadis sendiri. Noma hanya bertindak seperlunya.

Kedatangan Mavis disambut oleh wanita yang pernah ia lihat sebelum memutuskan untuk pergi dari rumah. Wanita pengganti segalanya di hidup sang ayah. Fiona Laura.

"Ayahmu menunggu di ruang tamu," ujarnya lembut seraya mendekap ramah calon anak tiri.

Mavis menuju ruang tamu seperti yang dikatakan Fiona. Sepertinya laki-laki itu tampak lebih bahagia dari sebelumnya. Mavis percaya bahwa ayahnya telah bahagia bersama wanita yang tengah berjalan di sampingnya ini.

"Mavis, kamu sudah datang. Bagaimana keadaanmu, Nak?" ujar sang ayah selaras dengan pelukan yang diberikan. Hangat namun terkesan berbeda. Senyuman Mavis juga begitu hambar dirasa.

"Ayah mau bicara apa sama Mavis?"

Ternyata si anak perempuan belum mengizinkan lukanya dibuka kembali. Bukan enggan menjawab, tapi Mavis memang tidak ingin saja. Sang ayah memaklumi.

EXTRA;VAGANZA || Park SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang