Sore itu perjalanan panjang berahir disetasiun yang amat ramai lalu lalang orang. Terhitung hampir satu jam aku berada didalam kereta dari keberangkatan tadi. Dengan tergopoh-gopoh membawa koper besar juga ransel besar aku menuruni kereta. Kulihat sekeliling mencari sekiranya ada tempat duduk yang kosong, karena memang membawa barang sebanyak ini begitu ribet untuk aku yang tidak pernah berpergian kemana-mana. Setelah aku menyeret koper besar berisi baju-baju ku akhirnya aku menemukan tempat duduk panjang dengan satu orang laki-laki disana. Ku edarkan pandanganku kesegala penjuru tak nampak satu pun kursi kosong lagi. Setelah terdiam sejenak berfikir jika stasiun ini ramai dan tak apa jika aku duduk ditempat itu.Tanpa menyapa dan tanpa basa-basi aku duduk diujung bangku dan mengeluarkan handphone ku. Setelahnya aku menelfon ibu, Abang dan juga via mengabari ke mereka jikalau aku sudah sampai dengan selamat. Obrolan melalui handphone ini cukup lama hingga ahirnya terintupsi oleh suara laki-laki di sebelahku.
"Hai, apa kamu Maryam??"
Aku yang merasa terpanggil langsung menoleh pada laki-laki itu, stelan kaos dan celana Levis juga tas kecil yang melingkar di pinggangnya membuatku terheran-heran. Mengapa dikota baru yang ku tuju ada orang yang mengenaliku sedangkan aku belum pernah memijakkan kaki disini.
"Kamu siapa? Apa kita kenal?"
Ucapku sembari memaskukkan handphone kedalam tas dan hendak pergi karena merasa tidak nyaman.
"Hei kau tidak tau aku? Duduk saja aku juga nggak akan ngapa-ngapain kamu"
Aku yang merasa sebal karena secara tidak langsung dia bilang kalo aku kege'eran langsung melangkahkan kaki pergi tanpa ingin tau siapa dia. Tanpa kusadari dia malah mengikutiku, aku yang kepalang sebal semakin mempercepat langkah ini,
"He santai dong mbk, yakin tau daerah sini?"
"Bukan urusanmu" ucapku tanpa menoleh sedikitpun
"Ya udah kalo lu pilih jalan kaki" ucap laki-laki itu
"Terus masalah emang?" Tanyaku sembari menoleh kepadanya.
"Oke gue bilangin Tante lu biar nggak ditampung sekalian, biar Kelayapan dijalanan lu"
Aku seketika menghentikan langkahku, sepertinya aku menyadari sesuatu. Jika tadi tanteku bilang tidak bisa jemput dan akan menyuruh orang, lebih tepatnya temannya mungkin.
"Kenapa nggak lanjut jalannya, bukannya tadi keburu-buru?" Tanya laki-laki itu sembari bersandar ditiang.
Aku hanya diam sembari menunduk seraya melihatnya beberapa kali. Aku yang bingung harus gimana memilih mencengkram kuat-kuat genggaman koperku.
"Makanya jadi cewe tu jangan grasak-grusuk"
"Maaf" lirih ku
Izzam POV
"Lu gila apa ret nyuruh gue nyusul ponakan lu, lah kita kenal mah enggak"
"Aduh zam, lu kan tau gue lagi sibuk banyak pesenan, nanti gue kasi liat fotonya lu tinggal jemput disetasiun"
Mareta adalah tantenya Maryam, seorang disainer juga pemilik butik yang terkenal disitu. Sedangkan izzam adalah teman sekaligus suplayer bahan-bahan kebutuhan dibutik Loncinea milik mareta.
"Nih foto keponakan gue, cantik dia" ucap reta semabri menodongkan handphone nya
"Kapan nih gue jemput?"
Sembari melihat arloji yang melingkar ditangannya reta menarik-narik jaket izzam.
"Sekarang hei sekarang, lima belas menit lagi keretanya sampe ini"

KAMU SEDANG MEMBACA
Mahar Seribu Tulip
Fiksi RemajaTak selamanya jodoh yang menjemput kita terlebih dahulu. Adakalanya maut tengah menanti disatu waktu tanpa kita ketahui. Rencana manusia memang begitu indah namun rencana Allah yang berkuasa diatasnya 🌷🌷 #Ly_daniaa