🌷🌷🌷🌷
Tak kusangka muka sendu dari maryam akan hadir kembali setelah beberapa bulan terahir ini dia tampak tersenyum bahagia. Tak kusangka juga davin bisa-bisanya membohongi maryam. Bukan membohongi sih, hanya mengecewakan dia.
Terahir kali davin mencoba menghubungi maryam, namun bos cantik itu sepertinya merasakan keretakan hati yang begitu dasyat. Aku sebagai teman sekaligus sahabatnya hanya bisa mendoakan semoga dia tidak akan mengalami trauma dalam mengenal laki-laki.
Aku berjalan mendekati maryam yang tengah duduk sembari memandangi tulip putih milik almarhum ayahnya. Sepertinya semangat kerja yang biasa maryam lakukan kini telah lenyap dan berahir pada muka sendu.
"Kamu lagi sakit apa yam kok pucet?"
Bukan menjawab maryam hanya bergidik dengan kepala disandarkan pada meja.
"Mending lu pulang dah dari pada nanti pelanggan kita liatlu yang lesu nan lung lay ini jadi pada kabur"
Beberapa saat belum ada respon dari maryam.
"Yam pelanggan kita tu datrng kesini buat beli bunga yang seger, wangi, biar keliatan ceria. Namh elu malah layu kaya gitu"
"Aku mau pulang aja deh vi, nanti kalo kamu udah capek tutup aja kedainya. Kasian juga nanti pelanggannya."
Ucapa maryam singkat dan langsung meraih tas kemudian keluar kedai.
Aku hanya bergidik melihat tingkah maryam itu. Kadang menjadi muslimah yang begitu tegar kadang kala juga menjadi gadis misterius dengan segala kegundahan hatinya.
Maryam pov
Dari sore tadi aku hanya duduk termenung diatas kasur. Memegang buku biru dengan sebuah pena berwarna putih. Entah sudah berapa lembar kertas yang aku coret dan sudah berapa kali air mataku jatuh membasahi lembarannya.
Tuhan .. .
Jika memang sendiriku yang kau minta, kuatkan aku yang mudah rapuh ini. Jika memang pula sendiriku adalah jawaban atas doaku, tegarkan lah aku yang mudah jatuh. Aku memang tak berharap bersanding dengannya, tapi Tuhan sakit rasa hati ini melihat dia tak bersama ku.
Tuhan .. .
Beri hati ku kekuatan, beri wajahku senyuman dan beri pandanganku tundukan. Aku tak ingin egois dengan menginginkan dia disisiku, tapi aku akan ikhlas bila dia bahagia dengan caramu.
Kediri, 14 Februari 2021
"Adek ?"
Aku buru-buru mengusap tangisku dan merapihkan kerudungku.
"Kenapa bang?"
Sesaat memang ada keheningan diantara kita.
"Emm, dicari via"
Ucap bang Amir dan berlalu pergi meninggalkan kamarku. Tak lama kemudian via datang dan langsung menghamburkan pelukannya. Disaat begini aku tak tau harus menyalahkan siapa. Rasa sakit dalam mengenal laki-laki membuatku merasa bersalah karena telah melanggar janji yang ku buat sendiri. Mungkin ini juga teguran dari Tuhan karena telah ingkar dengan janji yang ku buat sendiri, dan terang terangan mengatas namakan Allah.
Apa kalian ingin tau janji yang seperti apa, sampai-sampai semua mempermasalahkan janji itu dan berfikir aku telah menzolimi diriku sendiri.
Flashback on
Lima tahun silam aku duduk di bangku SMA. Saat itu aku menjalani hari-hari seperti biasanya. Sebagai siswa kelas 3 aku sangat disibukkan dengan jadwal-jadwal tambahan diluar jadwal KBM. Satu bulan sebelum Ujian Nasional diadakan aku begitu bersemangat untuk belajar dan mengharapkan nilai yang bagus.
Hari demi hari aku lewati dengan pola hidup yang tidak sehat, makan telat, tidur larut, dan memaksakan diri untuk terus-menerus belajar. Sampai tiba waktu ujian semua masih berjalan lancar dan terlewati dengan baik. Tapi saat beberapa hari menjelang pengumuman aku jatuh sakit karena masalah gangguan pada otak yang menyebabkan aku koma.
Hampir satu bulan lebih aku terbaring tak berdaya dirumasakit, hingga akhirnya aku pilih kembali. Awalnya biasa saja, semua tampak tak berbeda. Hingga waktu pemulihan yang memakan waktu tiga Minggu aku tak pernah melihat ayah. Yang menemaniku dirumasakit hanya ibu dan bang Amir. Setiap kali aku bertanya pada mereka dimana ayah, mereka selalu mencari alasan. Entah ayah sedang bekerja atau pernah mereka bicara jika ayah tak tega melihat putri kecilnya terbaring dirumasakit. Aku yakin-yakin saja dengan apa yang mereka ucap. Namun lama-kelamaan aku sudah sangat muak dan begitu merindukan ayah.
Memasuki Minggu ke empat aku diperbolehkan pulang, tapi harus mengenakan kursi roda untuk menguatkan jantung. Aku baru tau jika ternyata aku memiliki sakit jantung juga. Sampai aku sempat berfikir bahwa aku manusia penyakitan. Hhhh. Perjalanan menuju kerumah hanya ada keheningan diantara aku, ibu dan bang Amir. Mereka tidak ada yang bersuara setelah aku merengek ingin bertemu ayah secepatnya. Hingga mobil yang aku tumpangi berhenti disebuah pemakaman umum dekat komplek perumahan kami. Awalnya aku berfikir jika kita akan ziarah makam nenek dan kakek terlebih dahulu, mengingat itu Minggu ke empat dibukan Januari dan bertepatan meninggalnya beliau berdua.
Kursi rodaku didorong oleh ibu menuju persemayaman terakhir yang masih penuh dengan bunga segar. Aku menangis sejadinya saat melihat tulisan dibagi nisan yang dengan jelas tertera nama ayah disana. Aku memaksa turun dari kursi roda dan memeluk gundukan tanah itu. Disitu ibu bercerita dengan tangis pula, bahwa Sanya ayah telah pergi selamanya sejak tiga Minggu yang lalu. Tepat dimana aku terbangun dari koma. Ibu bercerita disaat aku koma aku sempat mengalami lemah jantung yang mengakibatkan fungsi jantung tidak begitu baik. Ayah sangat kahawatir dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencarikan pendonor. Tapi hasilnya nihil, kondisi ayah menurun dan mengakibatkan sakit. Hingga akhirnya ayah memutuskan mendonorkan jantungnya sendiri untuk ku dikarenakan pada saat itu ayah juga sedang melawan penyakitnya yaitu magh kronis. Dan entah bagai mana kelanjutannya ibu tak sanggup menceritakannya dan memilih mendekap tubuhku kuat-kuat.
"Jangan kamu sesali nak, itu bentuk cinta ayah padamu"
Aku terus menangis sejadi-jadinya.
"Jaga titipan ayah dan berjanjilah untuk menjaga dirimu juga"
Ucap ibu begitu pilu dengan terus memelukku.
"Aku tidak akan mencinta siapapun, aku tidak ingin mereka seperti ayah"
Hanya tangisan yang saling bersautan menghiasi sore itu. Begitu kelam dan menyayat hati.
Flashback off
Kita lanjut ceritanya ya, maaf kalo ceritanya banyak typo.
Terimakasih jangan lupa beri bintang✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahar Seribu Tulip
Teen FictionTak selamanya jodoh yang menjemput kita terlebih dahulu. Adakalanya maut tengah menanti disatu waktu tanpa kita ketahui. Rencana manusia memang begitu indah namun rencana Allah yang berkuasa diatasnya 🌷🌷 #Ly_daniaa