6. Toko Bunga

26 4 0
                                    

🌷🌷🌷

Tanpa disadari aku dan maryam berjalan beriringan menuju toko bunga. Disana sudah ada stevia yang tengah merapikan bunga-bunga dihalam toko.

"Loh datengnya kok barengan?" Kejutnya yang tak menduga kedatangan kami.

Aku duduk dikursi depan dan membalas pertanyaan stevia dengan senyuman. Sedangkan maryam, dia langsung masuk kedalam toko dan merangakai bunga yang beberapa hari ini biasa kupesan.

Stevia tampak bingung dengan terus memandangi antara aku dan maryam. Dimengangkat sedikit kepalanya mengisyaratkan bahwa dia sedang bertanya. Lagi-lagi aku hanya memberikan senyum singkat dan mengalihkan pandanganku pada bunga-bunga. Tak merasa mendapat jawaban stevia memilih pergi dan menyirami bunga.

Setelah menunggu beberapa menit maryam keluar dengan membawa bucket mawar ditangannya dan menghampiri stevia.

"Vi aku mau kerumasakit, kamu jaga toko sendiri gag papa kan"

"Lo sakit lagi yam?"

Tampak raut muka stevia sedikit panik, padahal maryam hanya bilang mau kerumasakit.

"Enggak kok vi, aku mau jenguk seseorang"

"Oke baiklah"

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Balas salam stevia saat maryam bergegas pergi.

Aku mengikuti langkah maryam dan mempersilahkannya memasuki mobil. Sepanjang jalan tidak ada pembicaraan diantara aku dan maryam. Namun aku dapat melihat raut muka maryam sedikit gelisah.

............

Saat sampai parkiran rumah sakit jantungku tiba-tiba berdegup dengan keras. Aku mencoba menetralkan deru nafasku saat memasuki loby rumah sakit besar itu. Aku berjalan mengikuti davin hingga berhenti disebuah ruangan dengan pintu besi berwarna silver.

Tubuhku sedikit mengejang saat melihat tubuh lemah yang tengah berbaring diranjang dengan bantuan alat pernapasan serta peralatan kedokteran yang terpasang dibeberapa titik badannya. Aku hanya berdiri mematung memandang gadis itu, aku yakin dia begitu tersiksa dengan alat-alat yang mengerubungi badannya.

"Kemarilah"

Ucapan davin sukses membuyarkan lamuananku. Aku berjalan pelan mendekati ranjang gadis itu. Air mataku tak terasa menitik sedikit aku tau betul rasanya menjadi gadis itu, tak sadarkan selama berbulan bulan dan tubuh terpasang banyak alat bantu.

Gerakan tangan davin mengambil alih bucket mawar yang ada ditanganku kemudian memindahkan bunga yang ada divas dengan bunga baru yang tadi aku  bawa. Davin mencoba tetap tersenyum meski aku yakin dia tengah menahan tangianya pula.

"Hai nona kecil, ada orang baik yang datang menjengukmu. Dia pandai merangkai bunga sama sepertimu"

Aku mengerti sekarang mengapa setiap hari davin membeli satu bucket bunga mawar. Dia mencoba mendatangakn hal yang adiknya sukai berharap adiknya akan merasakannya dan segera sadar.

"Apa kau mau bicara sesuatu dengannya?"

Aku meraih jemari gadis didepanku. Tubuhnya tampak kurus dan sedikit pucat membuatku gemetaran setengah mati. Meskipun dengan suara bergetar aku tetap berusaha memberikan kalimat semangat pada gadis ini.

"Hai...   " aku menjeda kalimatku sebentar

"Anaya" jawab davin

"Hai anaya, kau pasti kuat menghadapi ini semua. Jangan khawatir disekelilingmu masih banyak orang yang menyayangimu terutama kkak mu. Kau harus segera sadar agar dapat bersyukur betapa beruntungnya kamu memiliki kkak yang setia menjaga mu"

Setelah mengucapkan kalimat itu hanya keheningan yang mendominasi ruangan serba putih itu. Sesekali monitor mengeluarkan bunyi tanda detak jantung.

"Ahh aku sebentar lagi ada miting, mari kita pergi"

Aku menganggukkan kepala saat davin mengajak pulang. Saat aku melangkahkan kaki dipintu davin terdengar terisak. Aku memalingkan wajah melihat davin yang tengah memeluk adiknya.

'Apa bang amir dulu juga seperti itu?'

Tanyaku pada diriku sendiri saat mengingat keadaanku dulu. Kami berjalan pulang melewati lorong rumah sakit dengan saling diam sampai aku membuka pembicaraan

"Apa semua kkak laki-laki akan seperti itu pada adik perempuannya?"

"Apa maksudmu?" Tanya davin bingung

"Apa kkak laki-laki akan sangat tersiksa bila adik perempuannya sakit?"

"Kenapa kau begitu polos nona? Tentu saja seorang kkak laki-laki akan melakukan apapun demi adik perempuan yang disayanginya"

Aku jadi merasa bersalah dengan bang amir. Dia hanya mengusahakan kebahagiaanku namun aku malah membuatnya sedih.

Setelah dari rumah sakit davin hendak mengantarku ketoko bunga, namun aku meminta kepada davin untuk mengantarku ketoko kue dekat kantor bang amir.

"Benar disini nona?"

Aku hanya menganggukkan kepalaku saat mobil davin berhenti dipelataran toko kue langganan keluarga kami.

"Hemm, aku seperti supir taxi yang sedang mengantar penumpang yang sangat pendiam"

"Maaf, terimakasih tuan davin"

"Sama sama nona maryam yang baik hati tidak sombong dan rajin menabung"

Ucap davin sembari tertawa begitu kencang. Aku melipat tanganku didepan sembari melihat davin dengan tatapan tajam. Pria itu seketika berhenti tertawa dan memasang muka melas. Satu detik kemudian

"Hhahhaha"

Aku tertawa saat melihat ekspresi davin yang terlihat seperti tawanan yang bersalah.

"Maryam" lirih davin sambil memandangku.
















🌷🌷🌷🌷

Masih lanjut ya guyss. Jangan lupa
tinggalkan suara.
Terimakasih

Mahar Seribu TulipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang