7. Tak Terduga

24 4 0
                                    

🌷🌷🌷

Aku tertawa saat melihat ekspresi davin yang terlihat seperti tawanan yang bersalah.

"Maryam" lirih davin sambil memandangku.

.........

Sontak aku langsung menghentikan tawa dan memasang muka datar.

"Knapa?"

"Kalau tertawa kamu terlihat lucu. Tapi..."

Davin menjeda ucapanya dan terlihat sedikit bingung mau mengucapkan kalimat selanjutnya.

"Tapi kenapa kamu sering memasang muka datar tanpa ekspreai"

Sebenarnya aku bingung ingin menjawab bagai mana, tapi mungkin pertanyaan davin seperti mewakili pertanyaan orang-orang yang pernah bertemu dengannya.

"Menurutmu knapa aku seperti itu?"

"Man aku tau nona, bukankah saya tadi bertanya padamu"

"Hem sama, akupun tidak tau"

Keheningan tiba tiba datang dan menimbulkan kecanggungan antara mereka berdua.

"Terimakasih davin atas tumpangannya"

"Sama- sama nona maryam"

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Setelah maryam turun mobil davin melaju mobilnya dengan kencang. Maryam memasuki toko dengan sedikit bingung.

'Memang ekspresiku sedatar itu samapai seseorang menanyakannya'

Aku tak memikirkannya lagi dan segera masuk kedalam toko kue. Setelah meilih-milih beberapa kue yang disukai bang amir aku membayar kekasir dan bergegas pergi kekantor bang amir.

Aku memasuki lobby kantor bang amir dengan sambutan karyawan yang tengah berlalu lalang disana. Aku hanya menganggukkan kepalaku saat orang-orang itu menyapa dengan begitu sopan. Aku sedikit berlari saat terlihat lift akan tertutup, terlihat seseorang menahan pintu lift agar tidak tertutup saat aku meneriakinya . Tak kusangka ternyata dia adalah kak fadil, saat mengetahui hal itu sontak aku berhenti didepan pintu. Kami sempat saling melihat satu sama lain dan kemudian sama sama mengalihkan pandangan.

"Mbk jadi masuk gag sih?"

Tegur seorang pegawai dibelakangku. Aku buru-buru masuk dan memilih berdiri dipaling pojok. Kak fadil menekan angka 9 yang artinya lantai paling atas. Sebelumnya didalam lift ada tiga orang, hingga pegawai tadi memilih berhenti dan kelur dilantai 3.
Aku hanya diam sembari menundukkan kepala, aku sangat malu dengan sikapku terhadap kak fadil semalam. Dan sialnya sekarang aku hanya berdua didalam lift. Suasananya begitu sepi seperti tak ada kehidupan diantara mereka.

Aku terkaget ketika lift tiba-tba berhenti dan mengeluarkan bunyi yang keras. Sontak aku langsung berjalan ketengah lift sembari menutup kedua telingaku. Tak kusangka tubuhku menyentuh bahu kak fadil. Aku memejamkan mata dan berkomat-kamit mencoba menenagakan diri sampai bunyi hang begitu keras tadi berhenti.

"Tenang maryam, jangan terlalu panik ya"

Aku hanya mengangguk saat kak fadil memintaku agar tidak panik.

"Memang beberapa hari ini lift sering macet, aku akan menelfon bagian keamanan agar segera menghubungi pihak yang memperbaiki"

Aku hanya diam sembari menundukkan pandangan. Ini sangat memalukan mengapa harus terjebak dilift dengan orang yang kutolak pinangannya secara tidak beradap.
Tak lama lampu nyala mati hingga beberapa kali sampai benar benar mati total. Aku yang terkejut tak sengaja memegang lengan kak fadil. Demi apapun aku melupakan rasa malu karena benar-benar takut.

...........

Aku sangat terkejut saat tiba-tiba maryam memegang lenganku. Ingin sebenarnya aku menepis tangan yang bukan mahramku, namun mendengar maryam terisak aku menjadi iba.

"Jangan menangis maryam, sebentar lagi perbaikan akan selesai"

Sejak awal bertemu adik sahabatku ini aku sudah jatuh hati padanya. Meskipun aku belum tau dia akn suka atau tidak. Kejadian itu memang sudah lama hampir tiga tahun lalu disaat aku mulai bekerja diperusahaan temanku ini. Dari situ aku diam-diam menyebut namanya disepertiga malamku. Aku memang pasrah pada sang pencipta sembari berusaha dengan doa doa ku. Hingga temanku itu mengatakan bahwa adiknya belum ada yang memiliki dan berharap adiknya akan segera dipinang.

Dari situ aku memberanikan diri untuk melamar gadis ini. Namun sayangnya dia tidak sedikitpun ingin membuka hatinya padaku.

Gadis ini benar benar memegang teguh janjinya pada dirinya sendiri. Betapa tegarnya gadis ini dengan semua cobaan yang diberikan tuhan padanya. Sayangnya janjinya itu perlahan membuatnya menjadi gadia yang pendiam dan tertutup. Jarang aku melihatnya ceria dan tersenyum.

'Ya Allah bantu hamba meluluhkan hati umatmu satu ini'

Maryam masih memegang erat lenganku dengan membaca sholawat sangat lirih dengan mata yang tertutup.

"Buka lah matamu maryam, liftnya sudah bisa"

Dia mengerjapkan matanya mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru arah. Pandangannya jatuh pada lengan yang sedari tadi dia pegang. Dia tampak membulatkan mata dan buru buru melepas pegangannya.

"Maaf kak"

"Iya"

Jawabku singkat dan bergegas keluar lift saat sudah sampai lantai yang kutuju. Sebenarnya aku menjawab singkat bukan karena marah atau apa, aku hanya tidak bisa menahan tawa saat melihat ekspresi terkejutnya. Daripada nanti aku tidak dapat mengendalikan pandangan aku lebih baik aku segera pergi.

..........

"Astagfirulah maryam"

Aku terus mengulangi kata kata itu setelah kepergian kak fadil. Pasti orang sesaleh dia merasa ternodai dengan sikapnya tadi. Buktinya dia menjawab permintak maafanku dengan singkat.























🌷🌷🌷🌷
Selamat membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak.
Terimakasih🤗

Mahar Seribu TulipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang