13. Sahabat seSurga

20 2 0
                                    

"Maryam"

Via yang sedari tadi menunggu dengan harap-harap cemas akhirnya bisa menemui sahabatnya itu.

"Kenapa Vi?"

Bukannya menjawab pertanyaan Maryam, via malah mengubah ekspresinya dengan drastis, yang semula tampak cemas kini menjadi jutek dengan pelototan malat yang mengerikan.

Dan detik selanjutnya satu jitakan berhasil mendarat dijidat mulus Maryam. Sontak empunya jidat langsung mengandung kesakitan.

"Gila lu ya yam, gue khawatir tau dasar sahabat ga ada akhlah"

"Lu kira dengan lu ngilang dan ngak angkat telfon dari gue, gue ngak khawatir gitu. Luni temen macam ap ..."

Belum sempat via menyelesaikan bicaranya ibu Maryam keluar dengan membawa nampan berisi minuman dan makanan. Alhasil via yang tadi berapi-api diam seketika tanpa suara sedikitpun.

"Minum dulu Vi, biar nanti marahin maryamnya punya tenaga" tuturnya yang kemudian pergi dari hadapan Maryam dan via.

Bukannya melanjutkan obrolan mereka malah sama-sama tertegun dengan ucapan ibu Maryam tadi. Yang sontak membawa mereka pada tawa Yang lepas.

Setelah berbicara banyak mengenai via yang ditinggal Bu bos yang ngak punya akhlak itu selama dua Minggu, percakapan mereka kembali hening karena pertanyaan via yang menjustis bahwa Maryam suka dengan Davin.

Namun dari pihak Maryam sendiri pun tak kunjung memberikan jawaban dan terkesan menghindari pertanyaan itu dengan menanyakan perihal toko bunga.

Maryam POV

"Ah iya yam, kenapa gitu lu percaya kalo gue yang megang toko bunga lu, lu ga bakal rugi. Siapa tau coba gue nanti korupsi perihal keuangan. Lu kan ngak bakal tau"

Cerocos via saat pertanyaannya mengenai Davin teralihkan dengan pertanyaan keuangan ditoku bunga. Dalam hati Maryam bersyukur, temannya yang satu ini mudah dialihkan perhatiannya. Setidaknya ia tak harus membahas mengenai laki-laki itu.

"Aku ngak liat vi, tapi Allah tau segalanya. Maryam percaya kok kalo via orangnya baik dan ngak mungkin ngejatuin temen sendiri"

"Ah sok iya banget lu, ya udah doain via yang canti jelita trulala ini selalu amanah yang sahabat ku"

"Iya via sayang nya aku"

Mereka berdua pun berpelukan dengan erat. Bahwa mereka ada sahabat sehidup seSurga yang akan selalu menjaga satu sama lain.

"Ya Rabb, aku memang bukanlah manusia tabah, bukan juga manusia paham agama. Namun izinkan hamba selalu dapat mengingatkan kebaikan, menebar ajaranmu yang tak pernah merugikan orang lain"

Setelah berpelukan yang begitu lama Maryam melepasnya dengan menghembuskan nafas berat. Kemudian menatap lama sahabatnya itu. Sebenarnya dia berat hati akan mengucapkan perpisahan ini, namun bagaimana pun pula sahabatnya harus tau keputusannya ini.

"Vi ..."

"Kenapa sih lu yam??"

Tanya via dengan tatapan curiga kepada Maryam.

"Aku mau nenangin diri"

"Ya bagus dong yam, berarti habis nenangin diri kita bisa kerja bareng lagi dan nan .."

Belum sempat via melanjutkan bicaranya Maryam memanggilnya denggan suara lembut dan kecil.

"Aku mau nenangin diri ngak dirumah Vi, jauh"

Tak ada reaksi dari sahabat didepannya itu, yang ada hanya diam diantara mereka.

"Jauh dari keramaian, jauh dari hiruk pikuk perkotaan, jauh dari orang-orang yang aku cintai"

"Lu gila"

Hanya jawaban itu yang keluar dari mulut via.

"Kamu dukung aku ya Vi, kamu mau sahabatmu ini tetap ceria nan bahagiakan?"

Via disebrang kursi hanya mengangguk kecil tanpa daya.

"Keputusan ini bisa membuatku kembali menjadi Maryam yang dulu, yang akan menjalankan janji yang pernah Maryam ucapkan dulu"

Tak kunjung ada jawaban dari via, Maryam berkali-kali menghembuskan nafas panjang. Dan kemudian menggenggam tangan sahabatnya itu lebih keras.

"Via mau kan kalo sahabat via ini akan menjadi lebih baik? Kita kan pernah berjanji kalau nanti kita bakal selalu bersama sehidup seSurga"

Bukannya menjawab via malah menangis sembari memeluk Maryam dengan erat. Dengan sesenggukan via berusaha berucap namun tak mamapu. Sampai beberapa waktu mereka berdua saling menenangkan diri.

"Tapi lu janji ya yam harus inget gue terus"

"Lalu lu gag inget gue bakal cari lu pakek pelacak terus kalo udah ketemu bakal gua jitak dahi lu"

Maryam hanya tersenyum kecil sembari menitikkan air mata. Kemudian sahabat itu berpelukan kembali.

"Janji Vi, Maryam gag akan lupain kamu"

Hingga hari menjelang malam mereka berua masih bersama, bercerita menghabiskan sisa waktu sebelum Maryam berpindah tempat. Menceritakan bagaimana mereka berkenalan dulu, awal kenal tingkah lugu Maryam sampai via yang ceriwis ngak ada tanding menceritakan semuannya.

"Hmmmm"

Satu kali hembusan nafas panjang dari via yang udah cerita banyak.

"Jangan lupain gue ya yam"

"Gua pamit pulang dulu, lu hati-hati dimanapun tempat yang akan kamu tinggali. Jangan lupa kabari titik"

"Iya Vi, Maryam ngak akan lupain dan salau kabari via"

Setelah via berpamitan, Maryam kembali kekamar melanjutkan beberes barang-barang yang akan dibawa besok.

"Semoga ini keputusan yang tepat buatmu ya nak"

Ucap ibu sembari meletakkan tubuhnya dibahu Maryam.

"Bismilah, Maryam udah yakin"







Alhamdulillah ada waktu buat up. Jangan lupa tinggalkan⭐
Terimakasih

Mahar Seribu TulipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang