4. Mimpi

26 4 0
                                    

08574691xxxx

Assalamualaikum nona pelit😏

Seketika senyum dibibirku mengembang begitu saja. Apa ini pesan dari davin. Batinku menerka nerka.
Tunggu, mana mungkin dia davin, dari mana juga dia mendapatkan nomorku. Tapi yang pernah memanggilnya pelit cuma davin.

🌷🌷🌷

Me:
Waalaikumsalam, apa ini davin?

Tak perlu menunggu waktu lama sudah terdapat notifikasi dari nomor tadi.

08574691xxxx
Wah nona, apa kau mulai tertarik denganku sampai-sampai kau mengenali bahwa ini aku.

Oh dia mulai besar kepala lagi. Kenapa ada orang yang memiliki kepercayaan diri seperti ini tuhan.

Me
Terserah kau saja lah

08574691xxxx
Apa kau sedang sedih?

Me
Tidak

08574691xxxx
Jujur lah, tak usah malau seperti itu

Me
Siapa yang malau?

08574691xxxx
Kau, kau berusaha menutupi kesedihanmu.

Aku membulatkan mata lebar membaca pesan dari davin. Sontak aku mengedarkan pandanganku kesegala penjuru kamar. Tak kutemukan orang atau sedikitpun barang yang mencurigakan. Lantas dari mana davin tau bila dia sedih.

Me
Apa kau semacam peramal?

08574691xxxx
Yang benar saja nona pelit, kau masih percaya dengan yang seperti itu

Me
Lalu dari mana kamu tau aku sedih?

Tak kunjung ada jawaban dari davin aku melihat jam sudah menunjukan pukul 23:40 . Aku tak mengira waktu berjalan begitu cepat. Mungkin davin sudah tidur dijam seperti ini.

Aku mematikan hpku dan membaringkan tubuhku dikasur. Aku mencoba memejamkan mata berharap akan segera berada dalam alam mimpi. Namun ucapan khitbah dari fadil tadi masih terngiang dikepalaku.

'Ya Allah ampunilah hamba karena menolak begitu banyak lamaran'

Terhitung sudah delapan kali aku menolak dikhitbah dari teman-teman bang Amir atau bahkan dari anak sahabat ibu. Tapi mau bagai mana lagi aku sudah bernazar dan itu tidak boleh dilanggar. Semoga Allah memaafkan atas perbuatanku.

Karna tak kunjug dapat memejamkan mata aku memilih berwudhu. Setelah itu aku membaca Al-Qur'an. Baru mendapat beberapa bacaan tak terasa aku terlelap begitu saja.

Mimpi

"Ayah, apa nanti aku dapat memiliki teman hidup seperti ayah"

Ucap gadis kecil yang sedang membantu ayahnya menyirami tanaman bunga. Gadis berusia 10 tahun itu dengan glatennya menyiram setiap tanaman.

"Kenapa kau tanya seperti itu nak?"

Orang yang dipanggil ayah itu mensejajarkan tingginya denag sang gadis.

"Aku ingin memiliki teman hidup yang baik"

"Kamu masih kecil, dari mana tau perkataan seperti itu?"

"Kata ibu"

Tak berselang lama seorang perempuan datang membawakan dua cangkir teh. Gadis itu berlari kearahnya.

"Ibu, apa nanti aku bisa mempunyai teman hidup seperti ayah?"

"Tentu saja"

ucap wanita yang dipanggi ibu itu sembari menangkup pipi gadis itu.

"Nak kalau kamu ingin mempunyai teman hidup yang baik kamu harus memperbaiki imanmu"

"Seperti apa, apa seperti sholat tepat waktu dan membaca Al- Qur'an"

Tanya gadis mungil itu dengan kepolosannya.

"Itu salah satunya sayang"

usapan lembut dikepala gadis itu dari sang ibu memunculkan senyum yang lebar.

"Berjanjilah pada ayah dan ibu bahwa kamu akan memperbaiki keimananmu"

Ayahnya mengulurkan jari kelingking pada putrinya

"Janji"

ucap gadis itu menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking sang ayah.

Namun tiba-tiba gadis itu memegangi kepalanya dan merasakan pusing begitu hebat. Dia merintih kesakitan membuat kedua orangtuanya panik.

Gadis itu terus mencengkram kepalanya sendiri sembari berteriak sakit pada ayah adan ibunya. Lama-lama semua memburam dan menyisakan suara-suara memanggil dirinya.

Maryam pov

Aku terbangun dengan keringat mengucur deras dipelipisku. Nafasku tersengal-sengal saling memburu. Aku memejamkan mata sekejap dan mengatur nafas. Setelah kurasa sudah teratur aku beranjak dari ranjang.

Waktu menunjukan pukul 03:00 aku meletakkan Al-Qur'an yang sebelum tidur tadi ia baca. Kepalanya sedikit sakit akibat mimpi tadi.

Aku berjalan sempoyongan kelantai bawah menuju kamar ibu. Aku mengetuk pintu berharap ibu sudah bangun. Tak perlu menunggu lama ibu keluar dengan menggunakan mukena. Ibu sedang akan melaksanakan sholat tahajud rupanya.

Ibu mempersilahkan masuk danmendudukanku dikasur. Kami salaing berpelukan. Tentu ibu sudah tau maksud kedatanganku ke kamrnya. Ibu sedikit terisak sedangkan aku menagis sejadi jadinya dipelukan ibu.

"Tak apa menanguslah sayang, sampai kamu merasa tenang"

Aku mengeratkan pelukanku pada ibu. Membenamkan wajahku dan terus menangis hingga aku merasa tenag.

"Sudah lebih baik?"

Aku hanya mengangguk anggukkan kepala.

"Ambil wudhu kita sholat tahajud bersama ya"

Aku beranjak dari kamar ibu untuk mengambil mukena. Kemudian sholat tahajud.

"Bu, terimakasih ya"

"Sama-sama sayang"

Kamipun salaing berpelukan. Semoga mimpi itu tak akan terulang kembali. Aku sudah sanagt lelah dengan semua ini. Cobaanmu begitu berat ya Allah. Kuharap dapat kutemui pelangi setelah badai ini.









Cobaan tak lebih hanya suatu rintangan dalam permainan. Hanya dia yang bersungguh-sungguhlah yang akan mendapat ahir yang memuaskan.

Nantikan terus kelanjutannya😊

Mahar Seribu TulipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang