Tidak pernah mereka bayangkan dengan apa yang terjadi sekarang. Mereka tidak percaya dengan apa yang mereka lihat sehingga membuat sebagian dari mereka malah melamun dan hanya menatap kosong dimana Clara teman sekelas mereka memakan Rista sahabatnya sendiri tepat di depan mereka.Rara cs yang masih sadar disana ketimbang teman-temannya yang lain mereka memilih mundur ke belakang seraya mengambil apa saja yang bisa membuat perlindungan untuk diri mereka sendiri.
Ketua kelas dan guru itu berniat untuk melepaskan Rista yang sudah tidak berdaya dengan tubuh mengenaskan nya. Tapi keduanya pun malah menjadi targetnya, saat Clara mendengar pergerakan disekitarnya.
Kelas itu menjadi semakin riuh dan kacau setelah Clara menggigit ketua kelas yang tidak lama setelah itu dia pun menjadi seperti Clara, agresif dan menyerang teman-temannya yang lain.
Jirayut yang melihat itu sudah tidak berpikir apapun dia sudah menangis dengan tangan gemetar memegang sapu yang di condongkan ke depan.
"Ssstth.. berhenti menangis jira, ini semakin kacau. Kita harus pergi sekarang sebelum kita menjadi seperti mereka" ucap Rara tenang tapi tidak dengan jantungnya yang berdegup kencang. Keringat sudah mengalir dari dahinya.
Rara menoleh menatap satu persatu sahabatnya setelah dia melihat teman kelasnya di depan yang sudah kacau.
"Kalian siap" seolah tahu maksud sahabat mereka, Caca Nia dan Jirayut pun mengangguk serentak dengan genggaman yang semakin kuat pada benda yang akan menjadi perlindungan mereka.
.
.
Gedung A (koridor)
Putri, Zara Siva dan Kulja mereka baru saja keluar dari kelas setelah Zara membuat keributan dengan teman kelasnya yang membuat ke empat gadis itu akhirnya di keluarkan dari kelas.
"Huhhh.. jangan sampai kak faul tahu aku gak masuk kelas, apalagi karna hukuman.. Aaaarghh.. kamu sii kita semua kan yang kena" cemberut Putri sambil menghentakkan kakinya.
"Guru PPL itu aja yang gak adil. Kalian lihat bukan, bahkan teman-teman kelas kita yang lain pun tahu kita tidak salah tapi guru PPL genit itu malah berpihak sebelah dan malah menghukum kita yang jelas-jelas bukan kita yang membuat keributan. Huh.. awas aja kalo dia minta bantuan aku gak akan pernah mau membantu dia. Baru PPL aja kelakuannya udah kek animal" kesal Zara dengan wajah yang masih menahan amarahnya.
"Heh! Mulutmu" tegur Siva.
"Apa? Emang iya kan! Aku gak pernah dibentak bahkan didorong secara kasar sama keluarga ku, tapi lihat guru PPL gila itu dengan seenaknya dia bentak aku, dorong aku, hanya karna cowok keganjenan itu. Emang cocok sih mereka berdua, yang satu centil satu lagi kegatalan" pekik Zara dengan tangan mengepal.
"Udah-udah jangan ribut please. Bisa-bisa kita semakin bertambah hukumannya" ujar Kulja seraya mengusap bahu Zara agar dia bisa tenang.
"Mending kita kantin yuk ngapain juga kita berdiri disini" ucap Siva yang di angguki oleh Kulja.
"Tidak tidak tidak. Ini masih jam pelajaran, dan lagi kita disuruh tunggu disini bukan malah keluyuran" tolak Putri.
"Put, yang ada kita bakal capek dan pegal kalo harus berdiri disini terus. Benar kata siva mending kita ke kantin, kita bisa santai santai disana dan tentu, kita bisa makan sepuasnya" ucap Zara yang sudah tidak kesal lagi.
"Maaf guys tapi aku gamau kita semakin bermasalah. Please kita hanya tunggu tiga puluh menit! Setelah itu kita akan kembali masuk"
"Hahhhhh gini ni kalo ada satu anak teladan diantara kita" gumam Zara tapi masih bisa didengar oleh Kulja yang memang berdiri disampingnya.