32. Hutan terlarang

656 115 2
                                    

Third person's POV

"Kau yakin akan hal ini, Eugene?"

Pria dengan warna rambut blue turquoise yang dipanggil Eugene itu berdecak sebal, "Ck, diamlah! Aku bosan mendengar celotehan tak bergunamu" wajar saja jika Eugene merasa bosan dengan pertanyaan yang didengarnya itu, karena bukan sekali dua kali kalimat itu terucap, melainkan telah puluhan kali ia menderngarnya hingga membuatnya jengkel.

Memilih tak menghiraukan ucapan Eugene, pria itu pun kembali berkata, "Bukankah dia sangat cantik?"

"Ya, karena itu lah aku menginginkannya." Balas Eugene dengan smirk yang tercipta di wajahnya.

"Dilihat dari wajahnya yang cantik dan terawat, bagaimana kalau ternyata dia adalah seorang bangsawan dari kerajaan lain yang sedang melarikan diri? Bisa saja 'kan? Akan jadi masalah besar jika itu benar" celoteh pria itu panjang yang malah terdengar menyebalkan di telinga Eugene.

Padahal mood Eugene sedang sangat bagus saat ini karena telah berhasil menangkap mangsa yang telah diincarnya itu, tapi ia merasa mood bagusnya itu jadi rusak karena omongan dari lawan bicaranya.

Iris jingga itu menatap sang lawan bicara jengkel, "Anthonio De Proteus, aku tahu apa yang aku lakukan." Eugene berkata dengan penuh penekanan disetiap katanya. Jika saja yang menjadi lawan bicaranya itu bukanlah orang penting baginya, pastilah dia sudah menghajarnya habis-habisan untuk meluapkan emosinya karena Eugene memanglah tipe orang yang temperamental (mudah terbawa emosi sesaat).

Pria yang baru saja disebut nama lengkapnya itu hanya diam dengan wajah datarnya, "Terserah kau saja Tuan muda Victoria, saya hanya mengingatkan" ujar pria bernama Anthonio itu dengan enteng.

Ia jelas tahu orang yang sudah lama menjadi temannya sekaligus tuannya itu suka bertindak implusif dan terkesan gegabah tanpa mau repot-repot memikirkan resiko jangka panjang atas perbuatannya yang akan berdampak buruk terhadap dirinya sendiri karena yang dipikirkannya hanyalah masa kini yang sedang dilaluinya, tidak peduli akan masa lalu dan depan.

Namun jika suatu kemungkinan terburuk terjadi seperti yang saat ini sudah tergambar di kepalanya, Anthonio rasa ia hanya perlu membereskan semuanya dibalik layar bahkan tanpa sepengetahuan Eugene guna melindungi tuannya itu, seperti biasa.


So I'm a Bug, So What?


Yvonne's POV

"Eungh ..." Aku merintih kesakitan saat sadar dan merasa sakit di area pergelangan lenganku yang diikiat kebelakang, kedua pergelangan kakiku juga bernasib sama. Dapat kurasakan pula ikatan tali yang terasa sangat kecang sampai aku merasa perih dibuatnya.

Aku tidak tahu dimana aku berada, tapi yang jelas aku berada di sebuah ruangan gelap dengan minim pencahayan, hanya ada obor di satu sisi dinding, ruangan tempatku disekap ini tidak begitu luas. Ugh, terlepas dari itu, bangun-bangun aku langsung merasakan sakit pada area bawah bahu sebelah kiriku, yang mana tempat itu merupakan bagian tubuh dimana aku mendapatkan tusukan karena panah yang ternyata area itu sudah dibalut dengan perban yang terikat kuat. Oh, baik sekali mereka tidak mengincar titik vitalku, mereka bahkan mengobatinya. Aneh.

Sesaat kemudian aku membelalakan mataku kaget saat baru menyadari adanya seorang pria yang kini sedang duduk dengan santainya di kursi single-nya, jarak antar kami juga tidak terlalu jauh sebenarnya. Yang membuatku kaget itu sebenarnya bukan karena keberadaannya, melainkan identitasnya! Ya, aku tahu siapa bajingan satu ini.

Dia adalah seorang kararakter sampingan yang memegang status sebagai villain, meski bukan villain utama, tapi tetap saja keberadaannya adalah ancaman bagiku. Eugene Dieev Victoria namanya, dia tak lain adalah anak dari bangsawan Count, Albert Lavien Victoria.

So I'm a Bug, So What?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang