Set set set
Tsuk!
Aku melesatkan tiga anak panah sekaligus menggunakan busur pemberian Derrick yang kini telah menjadi barang kesayanganku, aku memposisikan kemiringan busur sekitar 90 derajat dan ketiga anak panah tersebut pun tepat mengenai tengah sasaran dengan sempurna, yaitu di bagian bulatan kecil berwarna merah yang terletak di tengah-tengah lingkaran sasaran.
Sorak sorai pun ramai terdengar dari orang-orang di sekeliling bazar kecil ini yang sedari tadi menyaksikanku melesatkan panah tepat sasaran. Jangan heran ya, di dunia asalku aku ini memang seorang atlet panah jika kalian lupa.
Ketiga anak panah yang kulesatkan barusan bukanlah yang pertama kalinya kulakukan malam ini. Terhitung sudah tiga kali aku melakukan hal serupa setelah sebelumnya diremehkan oleh sang pemilik bazar yang tidak percaya pada kemampuanku. Setelah aku memanah tepat pada sasarannya dalam sekali percobaan, pria tua yang tidak percaya itu memintaku mengulanginya yang langsung kuturuti dengan senang hati hingga sampailah aku di percobaan ketiga.
"Kau tidak bisa mengelak lagi, pak tua!" aku berkata dengan lantangnya dengan rasa bangga. Aku yakin sekali pria paruh baya itu tidak memiliki alasan lagi yang membuatnya menahan-nahan hadiah yang akan menjadi hak 'ku.
"Gadis itu benar, ayo berikan hadiahnya!"
"Ya, ayo berikan! Gadis itu pantas mendapatkannya." Sorak sorai dari orang-orang yang menyaksikan pun terdengar memihak padaku. Bagus, kalian memihak yang benar!
"Baiklah-baiklah... Sesuai ketentuan, nona muda ini bebas memilih hadiah apa pun yang nona inginkan"
"Yeay!" aku spontan melompat kegirangan, bayangkan saja hanya dengan satu koin emas aku dapat memilih banyak barang yang terpajang disana. Itu pun aku masih mendapat kembaliannya.
"Karena aku sudah menang tiga kali, jadi aku pilih tiga hadiah. Aku mau yang itu, yang itu, dan itu satu yang terakhir" ucapku seraya menunjuk barang-barang yang terpajang dengan begitu semangat.
Tanpa menjawab, pria paruh baya itu langsung mengambil ketiga benda yang kuinginkan dengan wajah pias, bagaimana tidak? Ketiga benda itu adalah barang yang terbilang cukup mahal dan memang menjadi tiga hadiah utama yang memang sengaja ia pajang untuk menarik perhatian orang-orang.
Ketiga benda yang dimaksud adalah boneka sapi yang imut dengan ukuran lumayan besar, pakaian hunter wanita, dan juga beberapa anak panah dalam jumlah tak sedikit yang memang sudah sepaket.
Dua benda yang kusebutkan terakhir sengaja kupilih karena memang aku membutuhkannya, sementara untuk benda pertama itu hanya untuk memuaskan hasrat perempuanku, siapa juga yang nggak tertarik pas liat boneka sebesar dan gemesin itu, aku yakin boneka itu pasti sangat lembut dan menenangkan jika kubawa tidur.
Huhuuu aku jadi bersyukur karena meski latar waktu ini terjadi di abad pertengahan, tetapi boneka yang seperti di jaman modern ini sudah ada. Dan ketiga benda tersebut bisa kudapatkan dengan mudah, bukankah aku sangat beruntung?
Wajah pias masih terpampang jelas ketika pria paruh baya itu menyerahkan barang-barang yang kutunjuk tersebut padaku, berbanding terbalik dengan wajahku yang saat ini tengah berseri-seri. Jujur aku sih tidak peduli, aku 'kan hanya mengambil apa yang menjadi hak 'ku, tidak salah, 'kan?
"Kurasa sudah waktunya pulang, Yvonne"
Author POV
Sring Sringg sringgg
Masih di malam yang sama di barak pelatihan kesatria istana kerajaan Alvyorynt, terdengar suara pedang beradu yang berasal dari dua orang dengan status sosial yang berbeda. Yang satunya merupakan seorang Putra Mahkota kerajaan itu sendiri dan satu lainnya tidak lain adalah seorang panglima kerajaan yang skil berpedangnya tidak perlu diragukan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
So I'm a Bug, So What?
FantasyGenre : Fantasy-romance, Magic, Isekai, Adventure Yvonne Orianthie Van Eckart, seorang author manhwa yang harus menerima kenyataan pahit, aneh, serta absurd bahwa dirinya telah 'terdampar' ke dunia manhwa ciptaannya sendiri yang statusnya pun masih...