Sapaan yang dilakukan oleh para keluarga bangsawan kepada keluarga kerajaan sudah selesai, sekarang waktunya pesta menuju ke acara inti. Karena inilah pesta digelar.
"Para pahlawan perang memasuki ruangan!!!" teriak lantang seseorang yang lagi-lagi menginterupsi kegiatan semua orang di aula.
Sontak dari pintu masuk yang terbuka lebar, masuklah beberapa orang secara serempak dengan langkah kaki yang menggema karena menghentak secara bersamaan layaknya seorang prajurit. Ralat, memang prajurit.
Pada barisan depan terdapat beberapa pahlawan perang dengan status bangsawan, dibelakangnya pahlawan perang yang bukan seorang bangsawan mengikuti. Semua mata mengarah pada mereka.
Jika ditotalkan jumlah mereka semua sekitar 10 orang, 3 bangsawan terdepan yang disana merupakan para tokoh penting yang turut berperan besar dalam berjalannya alur cerita.
Diantaranya adalah Derrick Hans Zhourich yang memiliki kekuatan fisik yang sangat kuat, tentu saja ia akan mendapat gelar pahlawan karena telah berkontribusi banyak dalam perang kemarin.
Kemudian ada Theo Xavier Aillard, si ahli sihir yang juga memegang peranan tak kalah penting, dengan kekuatan sihirnya dia bisa memimpin pasukan serta mengalahkan pasukan musuh dengan mudah, apalagi jika pihak lawan tidak memiliki kekuatan sihir, karena sihir sebenarnya adalah kekuatan langka yang tidak semua orang bisa kuasai.
Terakhir ada Lucas Napoleon Bathori, dia adalah sang ahli strategi. Tentu saja peperangan tidak akan menang tanpa strategi yang dibuatnya. Meskipun ketiga orang itu memegang peranan yang besar dalam peperangan itu, namun jika kekuatan mereka disatukan untuk dibandingi dengan Louis, maka mereka masih akan kalah.
Sedangkan sisanya di belakang mereka adalah seorang rakyat jelata namun tak biasa, karena diantara mereka adalah seorang komandan kesatria yang memimipin pasukan sehingga layak mendapat penghargaan dari sang Raja langsung.
"Salam kepada cahaya Alvyorynt, Yang Mulia Raja Margrave, Yang Mulia Putra Mahkota Louis, dan Yang Mulia Pangeran Claude. Semoga Yang Mulia Sekalian mendapat berkah sang Dewi Malam."
Salam serempak yang mereka lakukan membuat suaranya menjadi menggema karena suasana yang sepi.
Aku merinding mendengarnya, namun aku memilih untuk tidak terlalu memerhatikan bagian inti acara itu. Yah, mungkin bagi mereka acara itu sangat penting hingga semua mata tertuju kesana. Namun aku malah senang karena perhatian semua orang padaku kini telah teralihkan.
Semuanya memerhatikan dengan baik bagaimana jalannya proses pemberian penghargaan yang akan diberikan secara langsung kepada para pahlawan langsung dari tangan sang Raja sendiri.
Aku hanya acuh tak acuh. Disaat semua perhatian orang tersita, aku yang kebetulan memang berada di bagian paling belakang berjalan mengendap-ngendap, hendak keluar dari ruang aula istana menuju lorong demi mencari udara segar, untung saja sebelumnya juga aku sudah berpisah dengan Baron dan Baroness.
Huft, hari ini aku sudah terlalu banyak bertemu manusia, dan itu cukup membuatku pusing. Nampaknya tidak ada yang menyadari kepergianku, karena aku pergi disaat yang bersamaan dengan Raja yang memberi sepatah dua patah kata pada para pahlawan.
Aku berbelok ke lorong yang lebih jauh dan sepi dengan tujuan agar aku bisa bernapas lebih leluasa dan terlepas sesaat dari keramaian orang-orang.
"Hikss..."
"Awhh.."
Setelah melewati beberapa belokan di lorong, sayup-sayup aku mendengar adanya sebuah suara seorang perempuan yang tengah meringis kesakitan.
Aku melembatkan langkahku, beberapa meter di depanku adalah persimpangan 3, aku curiga suara itu berasal dari sana.
"Beraninya kau!"
KAMU SEDANG MEMBACA
So I'm a Bug, So What?
FantasyGenre : Fantasy-romance, Magic, Isekai, Adventure Yvonne Orianthie Van Eckart, seorang author manhwa yang harus menerima kenyataan pahit, aneh, serta absurd bahwa dirinya telah 'terdampar' ke dunia manhwa ciptaannya sendiri yang statusnya pun masih...