5. Rumah lelang Cathéllreev

2.3K 316 4
                                    

Sejauh ini, karena sinar matahari di siang hari yang menyengat, aku cukup merasa lelah sama karena telah berjalan keluar dari hutan hingga sampai di suatu desa.

Desa yang kutemui ini sepertinya sangat terpencil serta kemungkinan populasinya terbilang sedikit. Itu jelas terlihat dari jauhnya jarak antar rumah satu ke rumah lainnya.

Hufft.. Aku bingung harus mulai dari mana, meski sebenarnya hidup di desa murah dan jauh lebih tentram daripada di kota, tetap saja aku harus punya uang untuk memulai sesuatu. Aku menghela napas. Ternyata benar, hidup di dunia mana pun yang dibutuhkan hanya uang dan uang.

Aku teringat pada sebuah apel ungu yang sebelumnya sudah kutaruh di salah satu kantong bajuku, aku pun mengambilnya. Yah, harus kuakui memang ini lah satu-satunya yang berpeluang besar untuk menjadi sumber cuanku. Itu pun kalau nggak di maling orang.

Akibat pemikiran itu aku pun segera memasukkan kembali apel itu dalam kantung bajuku yang besar. Kalau dipikir-pikir lagi aku kesal kenapa hanya sempat membawa satu apel, ini semua gara-ara Louis! Gara-gara aku takut dengannya aku malah melupakan apel-apelku yang tersisa.

Oh! Haruskah aku pegi ke pusat kota dan menjual apel ini di rumah pelelangan dan kembali ke desa untuk membangun sebuah panti asuhan di sana seperti yang dilakukan Angeline?

Hmmm, tidak tidak. Kalau aku punya uang sebanyak itu sih mending aku foya-foya untuk diri sendiri, ekekek. Fisi foya, misi foya, fisi misi, foya-foya.g

Baiklah, sepertinya aku memang akan menjual satu-satunya apel yang kupunya ini ke rumah pelelangan, tapi tentunya aku tidak akan sudi menghabiskan uangku untuk membangun sebuah rumah panti asuhan di desa. Entahlah, aku hanya tidak rela. Eh tapi bukan itu aja sih, aku ‘kan bisa beralasan kenapa tidak melakukan itu, yaitu agar tidak berubahnya alur cerita, aku benar, ‘kan?

Soal pergi ke rumah pelelangan, aku tidak khawatir sama sekali pada berubahnya alur cerita asalkan tidak bertemu dengan para tokoh cerita di sana. Karena saat Angeline di rumah pelelangan itu pun, masih belum ada satu pun tokoh pria yang tertarik padanya. Jadi seharusnya ini akan aman bagiku.

Daripada itu, justru yang kukhawatirkan adalah soal penampilanku! Bagaimana pun, baju yang hanya ada di zaman modern ini pastinya belum ada di era ini. Tentunya itu akan membuat orang-orang yang kutemui keheranan dengan model pakaian yang kukenakan ini.

Duh, apa yang harus kulakukan dengan penampilanku ya? Ck, lagi-lagi sepertinya aku membutuhkan bantuan seseorang untuk bisa mendapatkan pakaian gadis biasa. Entah itu dengan cara meminjam atau membeli. Oke, kita hapus opsi kedua karena aku belum punya uang untuk itu.

Saat sedang sibuk berpikir tentang bagaimana caranya, tiba-tiba saja aku dikejutkan dengan kedatangan seorang gadis manis yang sepertinya merupakan salah satu penduduk desa ini, ia terlihat tengah membawa keranjang berisi penuh buah berry, aku tidak menyadarinya sampai dia berada di dekatku.

‘Sejak kapan dia berada disana?’ Gadis itu mentapku keheranan, dari wajahnya terlihat jelas kalau ia menahan rasa penasarannya padaku.

“Ada sesuatu yang ingin kau tanyakan?” Kataku memberanikan diri untuk memulai perbincangan dengannya.

Dia tak langsung menjawabku, entah apa yang sedang dipikirkannya. “Kau.. siapa?” Ucapnya pada akhirnya.

“Oh, aku? Perkenalkan namaku Yvonne. Dan siapa kamu?” Aku berusaha ramah dengannya. Oh, ayolah! Kurasa aku sangat beruntung bertemu dengannya, karena bisa saja dia menjadi penolongku yang tengah kebingungan ini.

“Eum.. Aku Cyntia”

“Baiklah Cyntia, salam kenal ya” Aku tersenyum seraya mengulurkan tanganku berniat bersalaman dengannya dan dengan senang hati langsung dibalas olehnya.

So I'm a Bug, So What?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang