18 | Ajian Palang Geni

940 91 12
                                    

Yvanna membaca pesan dari Ben berulang-ulang. Pria itu tidak menanggapi permintaan maafnya, namun justru memberikan jawaban soal alasan mengapa Yvanna memberinya nama heaven. Sejak tadi, Yvanna ingin sekali membalas pesan itu. Namun ia terus saja merasa ragu.

BRAKKK!!!

Semua orang seketika menatap ke arah atap rumah yang terdengar seperti baru saja kejatuhan sesuatu. Bahkan Silvia yang sedang tidur lelap pun ikut terbangun akibat kaget mendengar suara itu. Erna tidak terusik, hanya sedikit mengubah posisi tidurnya saja lalu kembali terlelap. Yvanna pun segera menyimpan ponselnya ke dalam saku sweater dan berjalan menuju ke arah luar kamar tamu.

"Apa itu, Yv?" tanya Silvia.

"Tetaplah diam di situ, aku akan mencari tahu lebih dulu," jawab Yvanna.

Dokter Lili pun segera bangkit dari sofa dan berupaya menjaga Erna bersama Silvia. Manda dan Tika menatap ke arah Yvanna yang saat itu sudah mengeluarkan kekuatannya untuk memberi perlindungan tambahan pada seluruh area rumah itu. Mak Siti dan Mang Kasim juga tampaknya mendengar suara itu, sehingga mereka ikut terbangun seraya menatap ke arah atap rumah.

"Apa itu, Nak? Seperti ada yang jatuh," tanya Mang Kasim.

"Kami juga masih mencari tahu, Mang Kasim. Sabar ya, memang akan sering-sering ada yang aneh-aneh begitu kalau kami sedang bekerja," jawab Manda.

"Oh ... kirain rumah ini kejatuhan apa gitu sampai suaranya nyaring sekali. Sudah biasa Mamang mendengar begitu saat dulu Ibu Laras masih muda dan masih sering membantu orang," ujar Mang Kasim.

Manda dan Tika pun hanya bisa tersenyum ngeri usai mendengar apa yang Mang Kasim katakan. Ternyata hidup Mang Kasim dan Mak Siti memang sudah diwarnai dengan hal-hal aneh sejak awal mengabdi pada Keluarga Harmoko. Hal itu membuat mereka kembali menatap Yvanna dan berharap mendapatkan jawaban.

"Astaghfirullah! Itu ... ada kaki yang melayang!" tunjuk Tika ke arah jendela depan.

Yvanna tetap diam di tempatnya dan hanya terus berkonsentrasi untuk menangkis apa pun yang ingin memasuki wilayah rumah itu.

"Kaki apa itu? Seperti bukan kaki manusia. Jin itu menjelma jadi apa kira-kira?" tanya Manda.

"Itu bukan kaki!" seru Lili dari arah dalam kamar. "Itu air liur genderuwo!"

"Kamu lihat dari mana, Li?" tanya Manda.

"Dari jendela, Kak. Genderuwonya besar sekali, tingginya melebihi pohon kelapa," jawab Lili.

Silvia juga bisa melihat genderuwo itu dengan sangat jelas. Genderuwo itu sepertinya sengaja menampakkan diri di hadapan mereka semua karena ingin menebarkan rasa ketakutan. Karena hanya dengan adanya rasa takut, maka dia akan lebih mudah masuk ke rumah itu dengan tujuan kembali merasuki tubuh Erna sesuai perintah tuannya. Namun sayang, di antara mereka semua sama sekali tidak ada yang memiliki rasa takut, sehingga sangat sulit bagi genderuwo itu untuk merasuk ke tubuh Erna seperti yang dilakukan dua makhluk sebelumnya.

"Bagaimana, Yvanna? Apakah makhluk itu bisa kamu usir seperti biasanya?" tanya Tika.

"Masih kuusahakan, Kak. Aku sedang mencoba menggunakan ajian palang geni, untuk membuat semua makhluk-makhluk suruhan si pelaku ritual itu tidak akan bisa menemukan lagi di mana Bibi Erna berada. Hal itu adalah satu-satunya cara yang bisa kulakukan untuk membuat Bibi Erna aman sampai kita bisa menemukan pelaku utamanya besok," jawab Yvanna.

"Kalau begitu berkonsentrasi saja, biar kami yang mengawasi makhluk itu," ujar Manda.

BRAKKK!!!

Lagi-lagi atap rumah itu terdengar seperti kejatuhan sesuatu. Membuat semua orang mulai resah karena takut Erna terbangun.

"Jaga Bibi Erna agar tidak terbangun! Kalau sampai Bibi Erna terbangun dan rasa takutnya kembali, maka akan sangat mudah bagi makhluk itu untuk merasuki tubuh Bibi Erna kembali," perintah Yvanna.

Lili dan Silvia pun segera kembali mendekat pada Erna dan berusaha menutupi telinga wanita paruh baya tersebut dengan sangat lembut menggunakan selimut. Manda dan Tika sama-sama memantau makhluk itu melalui jendela depan, sementara Yvanna kini tengah mengusahakan ajian palang geni agar benar-benar sempurna untuk menghalau keberadaan Erna dari incaran makhluk-makhluk kiriman tersebut. Sambil terus membacakan ayat-ayat suci Al-Quran, Yvanna mulai mengeluarkan ajian palang geni yang sudah ia sempurnakan. Kekuatan itu ia sebarkan di seluruh area rumah hingga akhirnya memagari semua bagian tanpa tersisa.

Genderuwo yang tadi dilihat oleh Dokter Lili dan Silvia kini terlihat seakan sedang mencari-cari sumber makanan yang tadi sudah dia baui keberadaanya. Bau dari sumber makanan yang tak lain adalah Erna, sudah tidak bisa lagi ia temukan usai ajian palang geni menutup seluruh bagian tempat yang dituju oleh Yvanna. Makhluk itu segera pergi dari sana dan seketika menghilang tanpa jejak tak lama kemudian. Yvanna pun kini berjalan dengan tenang ke arah jendela depan sambil mencoba mencari sumber gangguan lainnya yang mungkin saja masih tertinggal. Namun semua tampaknya sudah benar-benar aman sekarang.

"Jadi, meskipun besok kita akan tinggalkan Bibi Erna di sini bersama Mak Siti dan Mang Kasim, sudah tidak akan terjadi apa-apa lagi padanya 'kan?" tanya Tika.

"Mm ... Bibi Erna sudah aman sekarang. Selanjutnya tinggal giliran kita yang harus segera menemukan pelaku sebenarnya. Ritual tumbal keluarga itu harus segera dihentikan jika ingin menyelamatkan Bibi Erna dan Silvia," jawab Yvanna.

"Dan apakah Kakak sudah tahu harus melakukan apa untuk memancing pelakunya agar keluar dari persembunyiannya?" tanya Manda.

"Tidak ada yang perlu dipancing. Dengan gagalnya makhluk tadi menemukan Bibi Erna, maka pelakunya sudah terpancing dengan sendirinya. Ajian palang geni yang kupakai telah membuat dia merasa diejek olehku. Saat ini si pelaku tidak tahu pasti di mana letak keberadaan Bibi Erna, dan makhluk itu hanya akan tahu keberadaannya dari harum tubuh Bibi Erna yang masih bebas. Tapi setelah aku memasang ajian palang geni untuk melindungi Bibi Erna, maka makhluk itu akan benar-benar terkecoh serta takkan pernah bisa menemukan di mana keberadaan Bibi Erna. Hal terakhir yang harus kulakukan untuk membuat si pelaku kalah dan ritualnya berakhir adalah dengan membuat dirinya menjadi pengganti Bibi Erna. Sudah takdirnya bahwa dia harus dihentikan dengan cara yang dia gunakan untuk membunuh semua yang ditumbalkannya. Aku tidak bisa membatalkan itu," jelas Yvanna.

Tika dan Manda pun diam selama beberapa saat.

"Apa yang kau tanam, itulah yang akan kau tuai. Peribahasa tersebut memang selalu berlaku pada orang-orang yang sudah menjalani hidup di jalan yang salah," ujar Manda.

"Tapi peribahasa tersebut juga bisa dijadikan acuan bagi yang baru akan menjalani kehidupan, agar hidupnya tidak terjerumus ke jalan yang salah," tambah Tika.

Ponsel Yvanna kembali berdering dan hal itu membuat Tika dan Manda segera mengalihkan tatapannya ke arah Yvanna dengan cepat.

"Jangan bilang kalau itu dari Mas Surga. Kok sepertinya dia tidak tahu waktu sekali ya ketika menghubungimu," Tika merasa curiga.

"Tolong jangan sampai apa yang Kak Tika katakan adalah benar," harap Manda.

Yvanna pun memperlihatkan ponselnya pada Tika dan Manda.

"Ini dari Reza. Kalau Mas Surga sudah bobo sejak tadi," balas Yvanna, sengaja menggoda Tika dan Manda.

* * *

TUMBAL KELUARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang