Yvanna dan Silvia benar-benar kembali ke tempat pesta resepsi pernikahan Reza dan Naya berlangsung. Tamu-tamu masih banyak yang datang silih berganti. Di pelaminan sendiri, para orangtua dan juga kedua mempelai pengantin terlihat masih menyambut tamu-tamu yang ingin memberikan mereka selamat. Kedua wanita itu kembali bergabung di meja sebelumnya dan pada saat yang sama Tio tampak baru kembali dari suatu tempat.
"Sudah selesai bicaranya?" tanya Jojo.
"Mm ... sudah selesai. Kalian tidak ada yang makan malam?" Yvanna bertanya balik.
"Kami menunggu kalian berdua. Biar kita bisa makan malam sama-sama," jawab Nania, mewakili yang lainnya.
Baru saja Tio akan memanggil salah satu pelayan yang sedang bertugas mengurus hidangan pesta, seorang pria mendekat ke arah meja itu dan berdiri tepat di samping kursi yang Yvanna tempati. Hal itu membuat semua orang terdiam, begitu pula dengan Yvanna sendiri.
"Selamat malam, Yvanna. Masih ingat siapa aku?" sapanya dengan karisma yang menawan.
Yvanna mengangguk tak acuh tanpa mengeluarkan suara.
"Mm ... apa kamu punya waktu? Aku ingin ngobrol berdua denganmu jika diizinkan," pinta pria tersebut.
Ben menundukkan kepalanya, Yvanna sadar akan hal itu dan sudah menduga kalau Ben mungkin sedang merasa tidak nyaman. Ia baru saja akan membuka mulutnya ketika Silvia mendahului dirinya tanpa aba-aba.
"Tidak diizinkan!" tegas Silvia.
Pria itu menatap ke arah Silvia dan tampak kaget dengan suaranya yang tegas. Ben pun langsung kembali mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Silvia serta pria itu.
"Dia sudah ada yang punya dan tidak diizinkan bicara dengan laki-laki lain. Itu peraturan yang tidak bisa dilanggar di dalam Keluarga Harmoko. Jika sudah paham, silakan pergi dan biarkan kami makan malam dengan tenang," lanjut Silvia, sama sekali tidak gentar ataupun segan pada pria itu.
Pria itu pun mengangguk-anggukkan kepalanya dengan wajah yang terlihat tidak enak. Dia segera pergi dari sana dan tak lagi terlihat oleh mereka semua. Silvia kembali duduk di kursinya dan menerima tepuk tangan heboh dari Yvanna, Aris, serta Jojo.
"Wah ... performa garangmu itu masih juga belum berubah, ya. Masih benar-benar sama seperti dulu," puji Aris.
"Ya, itu benar. Tapi kalau kamu terus menerus seperti itu, maka Yvanna tidak akan pernah menemukan jodohnya sampai dia tua," tambah Jojo.
Yvanna pun seketika tertawa pelan, sementara Silvia tersenyum sambil menyipitkan kedua matanya ke arah Aris dan Jojo.
"Kalau aku tidak begitu, Yvanna sudah cepat sold out dari zaman kita masih SMP. Menurut kalian, kenapa dia masih aman-aman saja pada posisinya sekarang dan bisa menikmati hidup dengan santai? Itu karena dia punya aku yang siap menggonggong pada setiap laki-laki genit yang mau mendekatinya," balas Silvia dengan santai.
"Betul sekali. Dan jujur saja aku tidak merasa keberatan kalau dia masih mau terus menggonggong di sampingku selama sepuluh tahun ke depan," tambah Yvanna sambil memeluk Silvia dari arah samping.
Tio, Nania, Zian, Damar, dan Ben tentu saja menganga usai mendengar apa yang Silvia dan Yvanna setujui dengan kompak. Mereka merasa tidak mengerti dengan cara berpikir kedua wanita itu yang diamini oleh Aris dan Jojo.
"Tapi ngomong-ngomong ... Yvanna sudah dimiliki oleh siapa, Dek? Perasaan Yvanna belum punya pacar atau calon Suami," Damar penasaran.
Silvia pun tertawa bersama Aris, Jojo, serta Yvanna sendiri.
"Sejak SMP Yvanna itu milik kami bertiga, Kak Damar. Jadi kalau mau mendekati Yvanna, ya harus izin dulu pada kami bertiga," jawab Silvia dengan enteng.
"Ya, benar sekali! Yvanna adalah milik kami bertiga. Jadi kalau ada laki-laki yang mencoba mendekatinya dan langsung mundur setelah Silvia mengatakan bahwa Yvanna sudah ada yang punya, maka tandanya laki-laki itu tidak benar-benar serius ingin menjalani hubungan dengan Yvanna," ujar Aris.
"Mana bisa kamu menilai begitu? Itu tidak masuk akal, Dek," sanggah Nania.
"Oh, itu masuk akal kok," bela Tio.
"Masuk akal dari mana, Tio?" tanya Nania.
"Apa yang mereka katakan itu masuk akal, Nia. Karena kalau laki-laki tadi benar-benar ingin serius terhadap Yvanna, seharusnya dia tidak langsung mundur dan justru harusnya segera menemui kedua orangtua kami untuk memperjelas apakah Yvanna benar-benar sudah ada yang punya atau masih sendiri. Jadi, itu adalah strategi yang tepat untuk melihat niatan seseorang sejak awal," jelas Tio yang mengerti kemana arah tujuan pikiran Silvia, Aris, dan Jojo.
"Wah ... Kak Tio memang nomor satu kalau sudah bicara menggunakan logika. Luar biasa, Kak. Luar biasa," puji Jojo.
Tio hanya tersenyum santai, lalu segera memanggil pelayan untuk menyajikan hidangan makan malam di meja yang mereka tempati. Ben merasa amat lega saat tahu kalau Yvanna takkan semudah itu didekati oleh pria lain jika ada Silvia di sampingnya. Ketika makanan sudah selesai disajikan, mereka pun segera sama-sama menikmati hidangan makan malam tersebut. Ben menatap ke arah ikan gurami yang ada di dekat Jojo, namun ia merasa segan untuk meraihnya karena saat itu posisinya terlalu jauh. Silvia tahu akan hal itu dan segera menyikut lengan Yvanna dan memberinya tanda agar membantu Ben mengambilkan ikan gurami tersebut. Yvanna segera meraih piring ikan gurami yang dilihat oleh Ben dan menyodorkan piring itu ke arah pria tersebut.
"Ini ikan guraminya, Kak," ujar Yvanna.
"Oh, i--iya. Te--terima kasih," ucap Ben agak terbata-bata.
Yvanna tetap terlihat biasa saja, meskipun ia tahu kalau Ben menjadi agak gugup saat menerima piring tersebut. Ben melihat sekilas ke arah Silvia dan mendapati kalau wanita itu tersenyum menggoda ke arah Yvanna. Pada saat itulah ia sadar kalau Silvia sengaja menyadarkan Yvanna untuk memberikan piring berisi ikan gurami tersebut. Diam-diam Silvia sengaja ingin membuat Yvanna mendekat pada Ben, meski tidak terlalu kentara.
"Ben, cepat makan. Kenapa kamu malah melamun?" tegur Nania.
Ben pun tersadar seketika, lalu segera menyentuh makanannya. Silvia kembali menyenggol lengan Yvanna hingga wanita itu menoleh lagi ke arahnya.
"Ambilkan Kak Ben minum sana. Masa hanya Kak Ben yang tidak akan minum setelah makan," titah Silvia.
"Oh ... iya tunggu," tanggap Yvanna seraya bangkit dari kursinya.
"Eh, jangan. Biar nanti aku ...."
"Sudah, biar Yvanna yang ambilkan minumnya Kak," potong Silvia dengan cepat sambil menyuruh Ben duduk saja di tempatnya.
Tio kini juga menyadari kalau hal itu adalah sebuah kesengajaan. Padahal tadi Silvia jelas tahu kalau pelayan mungkin lupa membawa satu gelas air lagi ke meja yang mereka tempati. Namun Silvia memilih untuk tidak mengingatkan pada saat itu juga, melainkan sengaja agar Yvanna yang akan mengambilkan Ben air minum. Setelah Yvanna kembali dan menyerahkan air minum untuk Ben, ia pun segera kembali ke kursi yang ditempatinya tadi dan melanjutkan makan.
"Kamu nanti tidur sama aku ya, Sil. Jangan tidur di kamar tamu," ujar Yvanna.
"Silvia mau menginap?" tanya Tio terlihat begitu senang.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL KELUARGA
Horor[COMPLETED] Seri Cerita TUMBAL Bagian 2 Mengisahkan tentang perjalanan Yvanna yang selanjutnya, setelah selesai mengurus permasalahan Keluarga Adriatma. Kali ini sahabatnya yang lain--yang sudah lama tidak muncul di hadapannya--meminta bantuan atas...