28 | Arti Kulit Yang Menghitam

1K 89 6
                                    

Haris kini tampak sudah tak bisa lagi menahan kemarahannya. Waktunya benar-benar tidak banyak dan ia harus mengalahkan Yvanna lebih dulu sebelum bisa mengambil Ibunya di rumah wanita itu. Ia sudah mencoba ke sana sendiri, tapi ternyata Yvanna sudah memasang perlindungan yang begitu kuat untuk menghalangi Erna dari bahaya besar. Jalan satu-satunya yang harus Haris lakukan sekarang adalah mengalahkan Yvanna dan kalau perlu langsung membunuhnya.

"Hebat. Kamu ternyata bisa menebaknya dengan tepat," jawab Haris, terang-terangan. "Kamu ternyata sehebat itu selama ini. Dulu aku pikir kamu adalah pembohong yang ulung, ketika bercerita pada Silvia bahwa kamu memiliki kelebihan yang berhubungan dengan hal-hal gaib. Tapi ternyata aku salah. Aku benar-benar tidak mengira kalau kamu memiliki kekuatan sebesar itu hingga bisa membuat Ibuku aman di dalam rumahmu. Tapi jangan salah, Yvanna, kekuatanmu itu pastinya tidak akan sebanding dengan kekuatan yang aku dapatkan setelah bertahun-tahun menjalani ritual tumbal keluarga. Pesugihan tukar guling yang aku jalani bukan hanya memberikan keuntungan dalam bentuk kekayaan, melainkan juga memberiku keuntungan dalam ilmu hitam."

Yvanna pun tersenyum. Ia segera memberi tanda pada Juma untuk membawa masuk Imas, Warni, dan Silvia ke dalam rumah. Rahmat dan Narmi segera membuka pintu agar mereka bisa masuk, lalu menguncinya lagi setelah itu. Haris tahu kalau Yvanna tampaknya sudah sangat siap jika harus bertarung dengannya, maka dari itu Yvanna segera menyuruh yang lainnya masuk ke dalam rumah. Tika, Manda, dan Lili sudah selesai menuang semua air yang sudah didoakan oleh Yvanna ke atas tanah. Tempat Haris dan Yvanna berada saat ini kini telah terbatasi oleh kekuatan yang takkan disadari oleh pria itu.

Haris mundur satu langkah untuk memulai ajian yang dikuasainya. Ia ingin segera menyerang Yvanna dan membuatnya mati di tempat tanpa sempat melawan. Namun entah mengapa, Yvanna yang tahu bahwa Haris sedang memulai ajiannya hanya berdiam diri dan tetap tersenyum tenang pada posisinya berdiri saat itu.

BLAMMM!!!

Haris telah melepaskan ajiannya ke arah Yvanna, dan Yvanna terlihat menangkisnya dengan santai menggunakan salah satu tangannya. Hal itu terus menerus terjadi, hingga akhirnya Haris merasa sedang diolok-olok oleh Yvanna.

"Kurang ajar!!! Beraninya kamu mengolok-olok kekuatanku!!!" murka Haris, mulai tak terkendali.

"Bukan mengolok-olok, salah kalau kamu berpikir bahwa aku sedang mengolok-olok dirimu. Kamu saja yang tidak teliti selama mempelajari ajian winasa. Dalam kitab ilmu hitam yang asli, ajian winasa bisa dipelajari oleh siapa saja dan menjadi tidak akan bisa tertandingi oleh lawan, asalkan tahu apa saja yang disebutkan menjadi pantangan bagi yang mempelajari ajian winasa tersebut. Kamu pasti hanya mempelajarinya tanpa membaca apa pantangannya. Apa benar tebakanku?" tanya Yvanna seraya tertawa pelan.

Haris pun teringat dengan kitab ilmu hitam yang selama ini dipelajarinya. Ia memang selalu hanya langsung saja mempelajari intinya tanpa mau repot-repot membaca keterangan-keterangan selanjutnya dalam setiap ajian yang ia inginkan.

"Pengguna ajian winasa tidak boleh bertemu dengan pemilik kekuatan sejati. Kamu memiliki kekuatan hanya karena kamu melakukan pesugihan, sementara aku memiliki kekuatan karena memang sudah ditakdirkan demikian. Sekarang, saatnya bagi kamu mengakhiri semua ritual penumbalan yang kamu jalani. Kamu sudah tidak punya kesempatan untuk mencari tumbal pengganti, karena tidak ada satu pun di antara keluargamu yang tersisa, yang memiliki hari lahir sama dengan hari lahir Ibumu. Kamu hanya bisa menumbalkan keluarga, yang hari lahirnya sudah kamu ajukan sejak awal pada Iblis yang kamu sekutukan. Aku tidak bisa menolongmu, kamu sudah memilih jalanmu sendiri dan hidupmu akan berakhir pada titik ini," ujar Yvanna.

"TIDAK!!! AKU AKAN BERUSAHA MENGALAHKANMU AGAR BISA MENDAPATKAN IBUKU KEMBALI!!! AKU TIDAK MAU BERAKHIR SAMPAI DI SINI!!!" teriak Haris, yang kemudian kembali menyerang Yvanna dengan brutal.

Yvanna kembali menangkis serangannya, lalu melepaskan ajian uncang raga untuk menghempaskan Haris dari posisinya ke arah rumah kedua orangtua Silvia. Semua orang yang ada di dalam rumah terpana saat menyaksikan bagaimana yang terjadi ketika Yvanna membalas Haris dalam satu kali serangan. Rumah orangtua Silvia tampak bergetar dan mulai roboh menimpa tubuh Haris yang kini sudah tak lagi berdaya. Iblis yang dipersekutukan oleh pria itu pun segera mengambil jiwanya untuk mengakhiri ritual penumbalan yang takkan bisa lagi dipenuhi oleh Haris. Haris tewas di tempat tanpa bisa melakukan apa pun lagi. Silvia sudah tahu kalau akhirnya memang akan menjadi seperti itu. Yvanna sudah mengisyaratkan kepadanya sejak kemarin dan hari ini ia harus mengikhlaskan kepergian Haris yang sangat tragis.

Polisi mengevakuasi jasad Haris dari reruntuhan bangunan rumah kedua orangtua Silvia. Rumah itu kini benar-benar rata dengan tanah, sesuai dengan apa yang Yvanna sarankan pada Silvia beberapa jam yang lalu. Kedua wanita itu duduk bersama di halaman rumah Imas dan sama sekali tidak diganggu oleh yang lainnya.

"Apakah ini artinya semua hal buruk itu telah berakhir, Yv?" tanya Silvia.

"Mm ... semua sudah berakhir, Sil. Tidak akan ada lagi yang memburu Bibi Erna ataupun kamu. Tidak akan ada lagi yang mengganggu Bi Imas, Mang Juma, Bi Warni, Mang Rahmat, dan Bi Narmi. Semuanya sudah berakhir," jawab Yvanna.

Silvia diam selama beberapa saat ketika melihat jasad Kakaknya diangkat ke dalam ambulans.

"Seluruh kulitnya menghitam, Yv," ujar Silvia.

"Kulit yang menghitam itu menandakan bahwa sebanyak itulah kejahatan yang telah dilakukannya demi bersekutu dengan Iblis. Dia akan segera dikebumikan, dan mari kita biarkan bumi yang mengurusnya setelah ini. Biarkan Malaikat Munkar dan Nakir menanyainya, dia akan menjalani itu sebentar lagi," balas Yvanna.

Sebuah mobil tampak datang ke arah rumah yang tengah mereka diami saat itu. Yvanna, Tika, Manda, dan juga Lili tahu betul mengenai siapa pemilik mobil tersebut. Kedua mata Silvia terbelalak ketika melihat sosok Tio turun dari mobil itu dan tersenyum ke arahnya. Ia pun menoleh seketika ke arah Yvanna dan berharap mendapat penjelasan.

"Jangan lihat aku. Bukan aku yang lagi jatuh cinta sama kamu hingga rela meninggalkan pekerjaan demi menyusul keberadaanmu. Tanya saja langsung sama orangnya jika butuh penjelasan," saran Yvanna sambil melirik ke arah Tio yang kini tengah membantu Erna untuk turun dari mobilnya.

Imas, Juma, dan Warni segera menghambur ke arah Erna yang kini tengah duduk di kursi roda, mereka menangis bersama sekaligus menyesali segalanya yang sudah terjadi. Erna masih belum benar-benar pulih, maka dari itu Tio berinisiatif membawakannya kursi roda agar bisa keluar dari rumah. Tio beranjak mendekat ke arah Silvia, Yvanna pun segera memberikan ruang bagi kedua insan tersebut untuk berbicara, sementara Tika, Manda, dan Lili ia minta untuk tidak mengganggu.

"Hai," sapa Tio dengan lembut.

"Hai juga, Kak," balas Silvia, agak canggung.

"Mm ... bagaimana baiknya aku memulai pembicaraan denganmu, ya? Mm ... begini ... sebenarnya aku datang ke sini dengan tujuan ...."

"Aduh lama! Langsung saja tanya, mau nikah sama aku atau enggak?" teriak Tika yang memang tidak suka melihat adegan penuh keromantisan.

"ASTAGHFIRULLAH!!!" keluh Yvanna, Manda, dan Lili dengan kompak.

* * *

TUMBAL KELUARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang