2 | Suasana Yang Begitu Cair

1.2K 98 19
                                    

Yvanna menatap ke arah Kakak tertuanya dengan tatapan aneh.

"Kak Tio kenapa? Kok sepertinya senang sekali kalau Silvia mau menginap?" tanyanya.

"Enggak apa-apa, Dek. Kakak cuma tanya saja. Lagi pula siapa Kakak yang tidak senang kalau akan ada sahabat baik Adiknya menginap di rumah? Kamu harus merasa lega kalau Kakak-kakakmu menerima kehadiran sahabatmu dengan baik. Bukannya malah curiga seperti itu," jawab Tio.

"Aku enggak curiga. Aku hanya bertanya biasa kok barusan," balas Yvanna.

Aris dan Jojo kini ikut menatap ke arah Tio, begitu pula dengan Damar, Nania, Zian, dan Ben. Silvia sendiri langsung tertawa saat wajah Tio akhirnya memerah karena salah tingkah.

"Wah ... Kak Tio ini hampir sama seperti Yvanna rupanya. Tidak pernah berbohong dan tidak akan pernah bisa berbohong," nilai Silvia.

"Itu sifat turun temurun. Mana mungkin Kak Tio enggak punya sifat seperti itu kalau aku sendiri punya," ujar Yvanna.

Aris pun menepuk-nepuk bahu Tio dengan tegas.

"Lain kali jujur saja kalau memang Kak Tio sesenang itu mendengar Silvia mau menginap. Wajah Kak Tio sudah menggambarkan segalanya sejak tadi," ujar Aris.

Nania dan Damar kini tampak puas sekali menertawai Tio. Tika, Manda, dan Lili mendekat ke arah meja mereka tak lama kemudian.

"Masya Allah, Silvia!!! Kapan kamu datang??? Aku kangen banget loh sama kamu!!!" Tika tak bisa menyembunyikan antusiasnya dan langsung memeluk Silvia dengan erat.

"Iya nih, Kak Silvia jahat karena enggak pernah lagi main ke rumah kami," rajuk Lili.

"Betul! Aku mau marah sama Kak Silvia karena sudah bertahun-tahun tidak menghubungi kami!" tegas Manda. "Kalau Kakak ada masalah sama Kak Yvanna, setidaknya bermasalah saja sama orangnya, jangan kami juga sampai harus kena imbasnya dong."

Yvanna pun melotot seketika dan memaksa menelan daging sapi yang belum sempat dikunyahnya pada saat itu.

"Apa kamu bilang? Aku punya masalah sama Silvia? Dapat teori dari mana kamu, sehingga bisa berpikiran begitu terhadap kami berdua?" omel Yvanna.

"Memangnya hubungan kalian baik-baik saja, ya? Tapi kok enggak pernah kontak sama sekali selama beberapa tahun belakangan?" tanya Manda.

"Memangnya aku harus selalu bilang sama kamu kalau kami masih saling berkontak setiap saat? 'Kan aku yang bersahabat sama Silvia, kok jadi aku yang harus selalu laporan sama kamu?" balas Yvanna.

"Eh, sudah ... sudah ...! Kalian berdua itu selalu saja bertengkar kalau sudah berdekatan seperti ini," lerai Silvia agar Yvanna tidak lagi mengomel pada Manda.

"Dia yang duluan, Sil," rajuk Yvanna.

"Ya kamu harus mengalah dong, Yv. Kamu 'kan lebih tua daripada Manda. Sudah ah, cepat makan makananmu. Aku pergi dulu sama Kak Tika, Manda, dan Lili," titah Silvia.

Yvanna pun mematuhi hal itu tanpa membantah. Aris dan Jojo pun menertawainya diam-diam, karena sejak dulu Yvanna selalu saja kalah jika sudah ditegur oleh Silvia.

"Kamu itu lucu. Selalu tegas dan galak sama orang lain, tapi kalau sama Silvia malah tidak bisa berkutik," ujar Jojo.

"Itu karena aku menghormati dia selayaknya Kakakku sendiri, Jo. Silvia itu lebih tua dari aku beberapa bulan, makanya aku tidak akan berkutik kalau dia yang memberi teguran. Lagi pula, kamu tahu sendiri bagaimana hidupnya Silvia selama ini. Makanya aku tidak mau dia merasa tidak dihormati olehku, seperti bagaimana kebanyakan orang memperlakukannya sejak dia masih kecil," jelas Yvanna.

Jojo pun terdiam. Ia benar-benar melupakan fakta tersebut sehingga begitu terbuka menyindir Yvanna dengan sikapnya terhadap Silvia.

"Orang lain boleh memperlakukan dia semena-mena dan sesuka hati mereka. Tapi kita bertiga tidak boleh melakukan hal yang sama. Silvia selalu memberikan yang terbaik untuk kita bertiga, jadi kita juga harus memberikan yang terbaik untuk dia. Bukan dalam hal materi, karena Silvia bisa menghasilkan materi dengan sendirinya. Dia punya bakat. Lalu apa yang harus kita berikan padanya jika bukan materi? Jawabannya adalah sikap yang baik. Bersikaplah yang baik dan jangan pernah lupa akan hal tersebut. Karena setiap barang di muka bumi ini bisa dibeli dengan materi, tapi sikap yang baik tidak bisa dibeli dengan materi. Paham?" tanya Yvanna.

Jojo dan Aris pun mengangguk dengan kompak setelah mendengar apa yang Yvanna pesankan. Hal itu membuat Damar langsung melipat kedua tangannya di depan dada seraya tersenyum.

"Kamu kalau jadi Guru, pasti tidak akan ada anak murid yang berani untuk nakal di sekolah," ujar Damar.

"Sayangnya Yvanna tidak suka berada di dalam kelas berlama-lama," tanggap Tio. "Andai dia mau menjadi Guru dan menetap lama-lama di dalam kelas, maka sekolah dan asrama yang dibangun oleh Ayahku akan diwariskan kepadanya, bukan kepadaku."

"Aku tidak mau diwariskan apa pun yang sudah jelas harus menjadi milik Kakak. Kakak yang harus ada di posisi itu, karena Kakak amat mencintai pekerjaan Kakak selama ini," balas Yvanna yang tidak mau Tio berceloteh lebih panjang di depan Damar, Nania, Zian, dan Ben.

"Kenapa? Karena kurang menantang ya, Dek?" tebak Zian.

Yvanna pun langsung mengulum senyumnya ketika mendengar tebakan Zian.

"Kak Zian hebat loh dalam menebak jalan pikiran orang lain. Persis seperti Kak Tika. Enggak mau usaha lebih keras lagi, gitu?" tawar Yvanna.

Tio pun langsung meletakkan sendok serta garpunya ke atas piring, kedua matanya melotot ke arah Yvanna. Yvanna benar-benar lupa kalau saat itu Tio jelas masih merajuk padanya soal mimpi tentang pernikahan Reza dan Naya. Hal itu membuat Yvanna segera mengambil ancang-ancang untuk melarikan diri.

"Apa kamu bilang, Dek?" tanya Tio, merasa sedikit geram.

"Tio ... sabar Tio. Kalau sudah waktunya kamu ketemu jodoh ya akan langsung ketemu, kok," bujuk Nania agar Yvanna tidak terkena marah.

"Tapi dia malah mengusulkan Zian untuk berusaha lebih keras mendekati Tika, Nia! Aku kapan? Kapan aku akan didorong olehnya untuk menemukan jodohku?" rajut Tio.

Yvanna pun meringis ketika mendengar hal tersebut. Jojo dan Aris beringsut mendekat ke arah Yvanna.

"Kamu tunggu apa lagi? Cepat lari!" bisik Aris.

Yvanna pun segera bangkit dari kursinya dan benar-benar pergi meninggalkan meja meski tidak berlari. Tio menatapnya dan hendak mengejar, namun Damar segera menahannya.

"Yvanna!!! Jangan lari kamu!!!" cetus Tio.

Ben kini tertawa lepas saat melihat bagaimana sikap Yvanna yang sesungguhnya ketika ada di rumah sendiri. Wanita itu tetap menjaga adab dan sikap, namun jauh lebih terbuka terhadap Kakak-kakak serta Adik-adiknya. Begitu pula dengan sifat anak-anak Keluarga Harmoko yang lain. Mereka saling terbuka satu sama lain, sehingga tidak ada yang namanya kesenjangan ataupun kecanggungan dalam hubungan persaudaraan yang mereka bangun. Zian menatap ke arah Ben yang saat itu masih menatap sosok Yvanna meski sudah menjauh.

"Kenapa kamu lihat Yvanna terus? Apa kamu sudah jatuh cinta padanya?" bisik Zian, agar tak ada yang mendengar selain Ben.

* * *

TUMBAL KELUARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang