Rencana yang seharusnya Yvanna menelepon Ben jam tiga akhirnya benar-benar berubah. Ben sendiri yang menelepon Yvanna setelah mendengar bahwa wanita itu mengundang Jojo dan Aris ke rumahnya untuk mengikuti pengajian. Hal itu akhirnya membuat telepon itu tak berhenti dan berlanjut pada sesi curhat yang sudah direncanakan oleh Ben. Ben sendiri melakukan itu karena dirinya tidak ingin mengganggu acara pengajian yang akan Yvanna adakan. Ia tak mau membebani Yvanna dengan janjinya yang harus ditepati.
Usai menerima telepon dan mendengarkan curahan hati Ben, Yvanna pun keluar dari kamarnya untuk mempersiapkan keperluan sebelum pengajian dimulai. Mak Siti tampak sudah selesai memasak makanan yang akan disajikan untuk semua orang. Jam kini telah menunjukkan pukul setengah empat sore, yang mana sebentar lagi adzan ashar akan terdengar. Ia segera membuka lemari milik orangtuanya yang ada di ruang tengah untuk mengambil satu tumpuk Al-Qur'an. Tika terlihat sudah mempersiapkan mukena dan sajadah yang akan mereka pakai untuk shalat ashar berjamaah.
"Mandilah cepat, Yvanna. Hanya kamu yang belum mandi," titah Tika.
"Iya, Kak. Aku mandi dulu," balas Yvanna.
Wanita itu bergegas meraih handuknya dan pergi ke kamar mandi. Air hangat sudah tersedia di bathtub, karena tampaknya Mak Siti tahu kalau Yvanna juga akan mandi seperti yang lainnya. Yvanna tidak berlama-lama di kamar mandi. Ia menyelesaikan mandinya secepat mungkin sekaligus berwudhu. Ia tak ingin ketinggalan shalat berjamaah, karena Tika jelas takkan mau menunggunya jika terlalu lama. Setelah selesai mandi, Yvanna segera berpakaian dan langsung mengenakan mukenanya. Adzan ashar akhirnya berkumandang dan Tika memberi tanda pada yang lainnya untuk segera bersiap-siap. Silvia memakaikan mukena untuk Ibunya agar bisa ikut shalat ashar berjamaah.
Usai shalat ashar, mereka berdzikir bersama sebelum pengajian yang sudah direncanakan akan dimulai. Jojo dan Aris tampaknya sudah datang, mereka dipersilahkan masuk dan diantar langsung oleh Mak Siti ke kamar tamu. Kedua pria itu memakai baju koko dan celana hitam berbahan kain. Yvanna mempersilahkan mereka masuk dan meminta mereka duduk di sofa yang ada di kamar tamu tersebut.
"Nanti urutannya, kita akan mulai dari surat Al-Fatihah tiga kali, surat Yaasiin tiga kali, lalu surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas juga masing-masing tiga kali," ujar Yvanna memberi penjelasan mengenai urutan surat yang akan mereka baca.
"Baiklah, kami akan ikuti urutan yang kamu katakan barusan," tanggap Aris.
Setelah Yvanna memberi tanda pada Tika bahwa Aris dan Jojo sudah siap, maka Tika pun segera mengakhiri dzikir bersama sore itu dan melanjutkannya dengan doa sebelum pengajian dimulai.
"Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahilladzi an'amanaa bini'matil iimaan wal islaam. Wanusholii wanusalimu 'alaa khoril anam sayyidinaa muhammadin wa'alaa alihi wasohbihi ajma'iina imaa."
Pengajian itu pun dimulai dengan sangat khusyuk. Bahkan Erna sendiri pun yang sedang berusaha dilindungi juga ikut mengaji bersama mereka. Semua yang dibaca sore itu sesuai dengan urutan yang telah Yvanna sampaikan. Di ruang tamu--tanpa Yvanna tahu--ternyata ada Zian dan Ben yang tadi mengantar Jojo serta Aris ke rumah itu. Mak Siti menyajikan minuman untuk mereka beserta cemilan, agar bisa menunggu dengan tenang sampai pengajiannya berakhir. Mereka berdua mendengarkan pengajian itu dari arah ruang tamu dan merasa begitu hangat seakan tengah diselimuti oleh sesuatu yang membuat nyaman.
"Nak Zian dan Nak Ben kalau mau makan silakan ke dalam, ya. Oh iya, jangan lihat keluar jendela kalau pengajiannya belum selesai. Fokus saja pada mendengar pengajiannya dan juga pada minuman atau cemilan yang sudah disajikan," pesan Mak Siti sebelum kembali ke dapur.
"Memangnya kenapa, Bu? Kenapa kami tidak boleh melihat keluar jendela selama pengajian berlangsung?" tanya Zian, menghentikan langkah Mak Siti.
Mak Siti pun tersenyum.
"Karena saat ini Nak Yvanna sedang berusaha mengeluarkan makhluk yang mengincar Ibunya Nak Silvia. Ibunya Nak Silvia itu sedang diincar untuk dijadikan tumbal oleh keluarganya sendiri, makanya yang boleh ada di dalam sana itu hanyalah orang-orang yang saat ini sudah dianggap keluarga sendiri oleh Nak Yvanna, termasuk Nak Aris dan Nak Jojo," jawab Mak Siti.
"Ah ... jadi kami berdua ini tidak dianggap keluarga oleh Yvanna ternyata," celetuk Ben.
Mak Siti pun tertawa pelan.
"Bukan begitu maksudnya, Nak Ben. Kenapa Nak Silvia, Nak Aris dan Nak Jojo itu bisa dibilang sudah seperti anggota keluarga sendiri, karena memang hanya mereka yang sudah tahu mengenai apa yang Nak Yvanna miliki sejak masih remaja. Mereka yang paling mengerti dan mereka yang tidak pernah bertanya-tanya namun tetap yakin pada Nak Yvanna. Nak Yvanna itu tidak pernah membeda-bedakan orang lain, kok. Dia itu satu-satunya orang paling adil di dalam Keluarga Harmoko," jelas Mak Siti agar Ben atau Zian tidak salah paham.
"ARGGGHHHHH!!!"
Teriakan melengking dari arah dalam kamar tamu pun terdengar sangat keras ketika mereka yang tengah mengaji baru akan mengulang surat Yaasiin untuk kedua kalinya. Itu jelas suara Erna yang tengah merasa kesakitan karena makhluk yang tengah merasukinya kini mulai merasa terusik.
"Kalian diam di sini saja ya, jangan ada yang ke sana. Apa pun yang terjadi, kalian tidak boleh ikut campur kecuali diminta," Mak Siti memperingatkan dengan tegas.
"I--iya, Bu. Insya Allah kami akan tetap ada di sini saja sampai mereka selesai," janji Zian.
Di dalam kamar, Yvanna kini tengah mencoba menahan tubuh Erna agar tidak terjatuh ke lantai. Pengajian itu tetap berlanjut diiringi oleh Yvanna yang tengah mengeluarkan kekuatannya untuk mengusir makhluk apa pun yang bersemayam di dalam tubuh Erna saat ini. Lantunan surat Yaasiin itu terus saja berlanjut dan membuat Erna merasa tubuhnya sangat kepanasan dan sakit.
"Berhenti!!! Sakit!!! Sakit sekali!!!" teriak Erna, memohon.
Tak ada yang memenuhi permohonan itu sama sekali. Mereka terus melanjutkannya agar makhluk itu segera bisa dikeluarkan dari tubuh Erna.
HOOEEEKKK!!!
Erna pun muntah darah seketika dan muntahannya membanjiri lantai. Aris dan Jojo tidak terpengaruh sama sekali. Mereka terus saja melanjutkan pengajian seperti yang sudah berjalan sejak awal.
"Aku tidak mau keluar!!! Aku tidak akan meninggalkan tubuh wanita ini sampai dia berhasil kubawa!!!" suara Erna kini berubah menjadi suara makhluk itu.
"Tinggalkan! Atau kamu akan kubuat menyesal karena telah berkeras tinggal di dalam tubuhnya!" perintah Yvanna.
"Dia sudah ditumbalkan! Dia adalah makananku selanjutnya! Itu tidak akan bisa dibatalkan kecuali yang menumbalkannya menggantikan dia!"
"Keluar! Atau akan kulenyapkan kamu dengan cara yang kasar!" sekali lagi Yvanna memerintahkan makhluk itu.
"Tidak bisa! Kecuali kamu bisa menemukan yang menumbalkan wanita ini!"
Lantunan surat Yaasiin kini memasuki tahapan ketiga. Tubuh Erna mulai kejang dan asap hitam pekat yang Yvanna lihat sejak awal masih tetap ada pada tempatnya.
"Mak Siti! Tolong ambilkan air pada wadah yang besar!" teriak Yvanna.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL KELUARGA
Horor[COMPLETED] Seri Cerita TUMBAL Bagian 2 Mengisahkan tentang perjalanan Yvanna yang selanjutnya, setelah selesai mengurus permasalahan Keluarga Adriatma. Kali ini sahabatnya yang lain--yang sudah lama tidak muncul di hadapannya--meminta bantuan atas...