15 | Proses Yang Tidak Terduga

908 91 2
                                    

"Iya Nak, tunggu sebentar!" sahut Mak Siti dengan cepat.

Mak Siti pun segera mengambil botol paling besar untuk diisi dengan air. Ia membawakan botol itu dengan cepat ke kamar tamu dan menyerahkannya pada Yvanna. Silvia kini terlihat sedang menangis sambil mendekap tubuh Ibunya, namun sebisa mungkin apa yang sedang dibacanya saat itu ia upayakan agar tidak terputus.

"Panggilkan Mang Kasim, Mak. Silvia mungkin tidak akan bertahan lebih lama karena terusik dengan keadaan Ibunya. Nanti Mak Siti juga ikut gantikan aku," pinta Yvanna.

"Mang Kasim sedang pergi, Nak. Mak juga sedang tidak bisa karena sedang berhalangan. Bagaimana jika Mak panggilkan dua orang lagi yang ada di ruang tamu?" tawar Mak Siti.

Yvanna mengerenyitkan keningnya selama beberapa saat.

"Itu, yang antar Nak Jojo dan Nak Aris," jelas Mak Siti yang tahu kalau Yvanna sedikit kebingungan.

"Ya sudah, terserah Mak Siti saja. Intinya tolong cepat panggilkan dan beri mereka Al-Qur'an," tanggap Yvanna yang sudah malas mau memikirkan banyak hal.

Mak Siti pun bergegas berlari ke ruang tamu untuk menemui Zian dan Ben kembali. Zian dan Ben kini menatap ke arah Mak Siti yang tampak memucat.

"Kalian jijik tidak kalau lihat darah?" tanya Mak Siti yang harus mengantisipasi hal-hal tidak terduga.

"Tidak sama sekali, Bu," jawab Zian.

"Ini, ambil Al-Qur'annya lalu pergi wudhu lebih dulu. Setelah itu kalian ikut sama Mak ke dalam. Kalian berdua harus menggantikan Nak Yvanna dan Nak Silvia untuk melanjutkan pengajiannya agar tidak terputus," jelas Mak Siti.

Kedua pria itu pun segera bangkit dari sofa untuk pergi berwudhu. Setelah itu mereka mengikuti langkah Mak Siti menuju kamar tamu. Lantai kamar tamu itu benar-benar sudah dipenuhi dengan darah yang tampak hampir berwarna hitam. Jojo dan Aris segera menggeser duduk mereka untuk memberikan ruang bagi Zian dan Ben agar bisa menggantikan Yvanna dan Silvia. Aris menunjukkan bacaan mereka saat itu dan Zian serta Ben pun segera melanjutkan bagian Yvanna dan Silvia yang terputus. Yvanna terlihat sedang membacakan air yang dipegangnya, sementara Silvia kini berusaha menahan tubuh Erna yang kejangnya semakin kuat.

"Ibu ... bertahan, Bu. Ibu kuat, Bu. Jangan menyerah pada jin itu, Bu," mohon Silvia di tengah tangisannya.

Yvanna telah selesai membacakan airnya dan kini tengah melakukan ajian pengalih raga. Manda adalah yang terdekat dari Yvanna saat itu, sehingga dengan cepat Manda meraih botol berisi air yang dipegang oleh Kakaknya tersebut untuk segera diberikan kepada Erna. Yvanna pun memberi tanda pada Manda untuk naik ke tempat tidur setelah ajian pengalih raga yang dikeluarkannya telah siap. Yvanna menoleh ke arah sofa dan baru tahu kalau yang menggantikan dirinya serta Silvia adalah Ben dan Zian.

"Kalian jangan ada yang menatap cermin di sudut sana. Tetap tatap saja Al-Qur'an yang kalian pegang apa pun yang terjadi," titah Yvanna.

Mereka tak menjawab dan hanya memberikan tanda anggukan yang menandakan bahwa mereka paham dengan hal itu. Yvanna pun kembali menatap ke arah Silvia dan Manda.

"Sil, kamu tahan sekuat tenaga tubuh Ibumu. Jangan sampai lepas, apa pun yang terjadi," ujar Yvanna.

"Iya, akan kupegang sekuat mungkin," balas Silvia dengan suara gemetar.

"Manda, paksa buka mulut Bibi Erna dan minumkan airnya," tambah Yvanna.

Manda yang masih meneruskan bacaan Al-Qurannya hanya mengangguk tanpa menjawab. Mulut Erna kini telah dibuka dengan paksa oleh Manda dan air yang tadi sudah dibacakan oleh Yvanna mulai dituangkan ke dalamnya.

"PFFUUUHHHHH!!!"

Erna menyemburkan air itu saat baru saja masuk sedikit ke dalam kerongkongannya. Makhluk yang mendiami tubuh Erna kini mulai memaksa ingin menyerang dari dalam. Namun sayangnya saat itu, bukan Erna yang merasakan sakitnya melainkan Yvanna. Yvanna melawan balik serangan itu dengan kekuatannya. Membuat makhluk itu benar-benar merasa kewalahan dan tak mampu lagi bertahan lebih lama. Air terus masuk ke dalam tubuh Erna dan Yvanna terus menyerangnya tanpa henti melalui dirinya sendiri. Ben menyaksikan hal itu secara nyata untuk pertama kalinya, begitu pula dengan Zian. Mereka berdua tampak tak bisa berpikiran macam-macam saat itu dan hanya mengikuti saja semua prosesnya meskipun mengerikan.

Ketika surat Yaasiin sudah hampir selesai dibacakan untuk yang ketiga kalinya, akhirnya makhluk itu menyerah karena tidak lagi sanggup untuk bertahan pada tubuh Erna. Asap hitam pekat yang tadi hanya bisa dilihat oleh Yvanna seorang kini mulai keluar dari kedua pundak Erna dalam jumlah yang begitu banyak. Semua mata dapat melihatnya dengan sangat jelas, namun mereka mengacuhkannya dan tetap menatap Al-Quran seperti yang Yvanna perintahkan tadi. Saat makhluk itu keluar sepenuhnya dari tubuh Erna, kejang yang Erna alami pun segara berhenti, namun diikuti kembali dengan muntahnya wanita paruh baya itu ke lantai. Kali ini bukan darah yang keluar dari mulutnya, melainkan tulang belulang berukuran kecil.

Makhluk itu pun akhirnya menunjukkan wujudnya di sudut kamar tamu, sehingga sosoknya benar-benar terpantul pada cermin yang ada di dekat sofa. Yvanna dengan sigap mengeluarkan ajian pemusnah dan menyerang makhluk itu sebelum wujudnya terkumpul dengan sempurna.

"Bismillahirrahmanirrahim!!!" ucap Yvanna dengan lantang seiring dirinya melepaskan kekuatan ke arah makhluk tersebut.

BLAMMM!!!

Makhluk itu seketika lenyap dan hanya menyisakan jejak hangus pada dinding, seperti makhluk sebelumnya yang Yvanna singkirkan di rumah kedua orangtua Silvia siang tadi. Bacaan Al-Quran berlanjut pada surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas. Erna pun telah kembali sadar meskipun tubuhnya masih lemas tak bertenaga usai melewati berbagai hal yang tidak disadarinya. Manda masih memberinya minum dengan air yang tadi, setelah Erna tak lagi muntah. Silvia memeluk erat tubuh Ibunya dan membiarkan Erna benar-benar merebah di pangkuannya.

"Shadaqallahul 'adzhim!!!"

Pengajian itu pun berakhir serempak tepat pada pukul lima sore lewat dua puluh tujuh menit. Yvanna langsung menyuruh keempat pria yang mengikuti pengajian itu agar segera keluar dari kamar itu. Mereka tidak boleh melihat muntahan yang ada di lantai karena ditakutkan kalau mereka takkan kuat jika sampai melihatnya terlalu lama. Yvanna keluar tak lama kemudian setelah membuka mukenanya yang sedikit terkena cipratan darah. Ia menemui Jojo, Aris, Zian, dan Ben di ruang tamu.

"Terima kasih atas bantuannya. Apa yang terjadi tadi adalah hal tidak terduga sama sekali olehku, sehingga banyak sekali terlihat kurangnya persiapanku untuk mengusir makhluk itu. Tadinya aku hanya berpikir untuk memberi perlindungan pada Bibi Erna agar malam ini tak ada yang bisa mengganggunya, tapi nyatanya makhluk itu justru bereaksi ketika pengajian yang kita lakukan sudah berjalan," jelas Yvanna atas keadaan darurat yang tadi terjadi.

"Tidak apa-apa. Kami ikhlas membantu dalam keadaan apa pun, karena kamu juga pernah membantu kami tepat dalam keadaan yang begitu sulit," balas Zian, penuh pengertian.

Yvanna pun diam sejenak dan menoleh ke arah Mak Siti yang tampaknya akan segera membersihkan lantai kamar tamu.

"Sebentar lagi waktu shalat maghrib akan tiba. Kalian shalat saja dulu di sini dan ikut makan malam bersama kami. Naiklah ke atas dan shalat di sana," saran Yvanna.

"Mm ... kami akan langsung naik ke atas agar bisa shalat berjamaah di sana," Jojo menyetujui saran itu.

* * *

TUMBAL KELUARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang