23 | Memancing

892 88 3
                                    

Imas pun datang tak lama kemudian bersama Juma dan Rahmat yang baru saja dipanggil dari gudang beras. Mereka kini sama-sama duduk di ruang tamu rumah Imas. Narmi telah menyajikan teh untuk mereka semua dan seperti biasanya, Yvanna membantu Narmi membuat teh tersebut di dapur sambil membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an.

"Ada apa, Neng? Kenapa sampai kami harus berkumpul di sini?" tanya Juma, mewakili yang lainnya.

Wajah-wajah mereka tampak sangat khawatir. Yvanna pun segera mengeluarkan ponselnya dan menyerahkannya pada Silvia.

"Mang Juma, Mang Rahmat, Bi Imas, Bi Warni, dan Bi Narmi, keadaan Ibu sekarang alhamdulillah sudah mulai membaik. Ini ada pesan yang Ibu sampaikan dan harus dilihat oleh kalian semua," ujar Silvia, yang kemudian segera memutarkan video yang tadi pagi direkam olehnya.

Imas, Warni, Juma, Narmi, dan Rahmat pun segera berkumpul untuk mendengarkan isi video yang memperlihatkan wajah Erna yang kini sudah tampak jauh lebih cerah daripada kemarin.

"Assalamu'alaikum Kang Juma, Teh Imas, Teh Warni, Teh Narmi, dan Kang Rahmat. Keadaanku saat ini sudah benar-benar baik-baik saja setelah diurus oleh Yvanna, Tika, Manda, dan Lili. Aku tidak dibawa ke rumah sakit. Aku dibawa ke rumah mereka dan diobati di sini. Sakit ini terjadi bukan karena aku memiliki penyakit. Sakit ini sama persis seperti yang di alami oleh Almarhum dan Almarhumah anak-anak Teteh dan Akang semua. Yvanna tahu persis semuanya dan bisa melihat makhluk-makhluk yang menyebabkan seluruh keluarga kita terkena penyakit tidak jelas itu. Yvanna sudah melenyapkan dua makhluk yang dikirim untuk merasuki tubuhku kemarin, sampai aku muntah darah dan muntah tulang belulang. Dia bahkan juga mengusir satu makhluk kiriman lagi sebelum makhluk itu memiliki kesempatan untuk kembali merasukiku. Makhluk-makhluk itu berasal dari orang yang melakukan pesugihan tukar guling, orang itu melakukan ritual tumbal keluarga, yang artinya orang itu berasal dari dalam keluarga kita sendiri. Orang itu sengaja menumbalkan keluarga agar menjadikannya kaya raya. Jadi, selama Yvanna beserta Kakak dan Adik-adiknya di sana, biarkan mereka mengurus orang itu agar kita semua sama-sama tahu siapa pelaku sebenarnya dari semua musibah yang terjadi pada kita sekeluarga."

Imas pun langsung jatuh terduduk di lantai rumah itu sambil memegangi dadanya yang terasa sakit akibat shock. Yvanna dengan cepat meraihnya bersama Tika, lalu memberikannya teh hangat yang tadi Yvanna buat.

"Istighfar, Bibi. Istighfar," tuntun Tika.

"Astaghfirullah hal 'adzhim ... astaghfirullah hal 'adzhim. Siapa di antara keluarga kita yang setega itu sampai menumbalkan anggota keluarga sendiri? Siapa?" Imas menangis meraung pilu di dalam dekapan Tika.

Juma terlihat menjadi lemas dan mendadak kembali menangis dalam diamnya seperti kemarin. Yang lainnya juga ikut menangis sambil merangkul Silvia dengan perasaan sedih serta terluka.

"Kami belum tahu pasti mengenai siapa pelakunya, Bi Imas. Maka dari itu kami datang kembali ke sini untuk mencari tahu siapa pelakunya," jelas Tika.

"Bagaimana caranya kalian mau mencari tahu? Tolong bilang pada kami, biar kami juga ikut membantu. Kami benar-benar merasa tersiksa atas apa yang terjadi selama dua belas
tahun terakhir ini, Neng. Tolong, jika memang kalian bisa menemukan pelakunya biarkan kami juga ikut membantu," pinta Rahmat yang tampaknya amat sangat terluka.

"Tenang dulu, Mang Rahmat. Silakan minum dulu tehnya. Tenangkan pikiran Mamang, biar nanti aku jelaskan perlahan," ujar Yvanna dengan sangat tenang.

Melihat gelagat Yvanna, Manda pun mulai merasa curiga. Tampaknya ada sesuatu yang sudah Yvanna ketahui pada saat itu. Semua orang meminum teh yang Yvanna buat dan tak lama kemudian mereka pun tampak terlihat mulai tenang. Yvanna pun kembali menatap ke arah rumah milik kedua orangtua Silvia dari ambang pintu rumah Imas.

"Ada apa, Kak?" Manda memberanikan diri bertanya langsung pada Yvanna.

"Orang itu mengirimkan satu makhluk lagi ke rumah orangtua Silvia. Dia pikir, setelah aku melepaskan Bibi Erna dari kejarannya, aku akan langsung kembali membawa Bibi Erna pulang ke sana," jawab Yvanna.

"Kamu serius, Neng? Makhluk yang kamu sebutkan itu ada di sana sekarang?" tanya Warni.

"Iya, Bi Warni. Maka dari itu aku akan bersiap-siap untuk membuat makhluk itu pergi dari sana dan membawa berita pada orang yang menyuruhnya, bahwa aku menunggunya di sini. Sebenarnya hal itu sama saja dengan menantang si pelaku. Tapi sayangnya, tidak jalan lain yang lebih baik selain itu," jelas Yvanna.

"Dan menurut kamu dia akan datang setelah kamu menantangnya?" tanya Juma.

"Insya Allah dia pasti datang, Mang. Dia sudah tidak punya jalan keluar selain datang dengan tujuan untuk mengalahkan aku. Dia sudah kehabisan tumbal untuk makhluk-makhluk peliharaannya. Tapi satu hal yang paling penting, yang ingin aku ingatkan pada kalian semua. Bahwa siapa pun nanti yang akan datang setelah aku memberikan pesan melalui makhluk itu, kalian tidak boleh langsung meluapkan emosi kepadanya. Hal itu hanya akan membuat makhluk-makhluk peliharaannya menjadi semakin mudah untuk mengincar semua orang yang tersisa di dalam keluarga ini. Aku harap kalian semua paham dengan apa yang kuarahkan."

Mereka semua pun menganggukkan kepala dengan kompak. Yvanna pun memberi tanda pada Tika, Manda, dan Lili untuk segera mengikuti langkahnya menuju ke rumah orangtua Silvia. Silvia sendiri kini hanya boleh tetap berada di rumah Imas bersama yang lainnya. Silvia tidak boleh ikut karena akan berpotensi menjadi pengganti Erna yang sudah ditumbalkan, sebab Silvia adalah anak kandung Erna yang memiliki darah yang sama seperti Ibunya. Pintu rumah Imas ditutup rapat oleh Lili dan dirinya berjaga dari luar pintu rumah itu. Mereka yang ada di dalam hanya boleh melihat dari jendela dan itu pun harus jendela yang tertutup.

Yvanna kini tiba di halaman rumah kedua orangtua Silvia bersama Tika dan Manda. Hawa tidak enak langsung menyergap ke sekujur tubuh mereka saat akhirnya menginjakkan kaki lagi untuk yang kedua kalinya di sana. Yvanna melihat makhluk itu tengah menatap melalui jendela yang gordennya lupa ditutup sebelum mereka pergi kemarin. Hal itu membuat Yvanna memberi tanda pada Tika dan Manda untuk berdiri di ambang pagar saja. Yvanna membuka pintu rumah itu setelah tadi diberikan kuncinya oleh Silvia. Pintu itu dibukanya lebar-lebar, agar makhluk itu keluar dari dalamnya. Yvanna mengeluarkan salah satu pakaian milik Erna yang dibawanya untuk memancing makhluk itu mendekat ke arahnya.

"Hati-hati Yvanna!" seru Tika.

"Ya, aku hanya akan memancingnya  keluar dan akan langsung kukunci dia dengan ajian ikat wates," balas Yvanna, sangat tenang.

Makhluk itu benar-benar terpancing keluar dari dalam rumah akibat mencium aroma tubuh Erna yang menempel pada pakaian di tangan Yvanna. Yvanna benar-benar langsung menguncinya tanpa menunggu lama. Setelah makhluk itu terkunci, ia pun langsung memberikan pesan untuk orang yang menjadi tuan bagi makhluk itu.

"Datanglah, aku menunggumu di sini!" tegas Yvanna, kemudian melempar makhluk itu agar kembali pada yang memeliharanya.

* * *

TUMBAL KELUARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang