Prolog

309 162 118
                                    

Aku menatap kepulan asap di atas cangkirku yang berisi coklat panas. Lalu kembali mengarah ke jendela. Menatap tetes demi tetes hujan yang tiba-tiba mengguyur kota sore ini padahal siang tadi sangat terik. Beberapa pelanggan sudah menikmati pesanan yang kesekian.

Ingin beranjak, tapi cuaca di luar sangat kurang bagus untuk diterobos begitu saja.

Begitu juga aku yang sudah menghabiskan gelas kedua untuk coklat panasku sore ini. Menikmati pemandangan kota dari jendela cafe yang membawaku bernostalgia pada cuplikan-cuplikan memori yang telah lalu.

Kurasa hujan memang selalu seperti itu, bukan? Selalu punya ruang bagi yang masih terjebak di masa lalu.

Aku? Entahlah. 'Terjebak' mungkin bukan kata yang tepat untukku. Kuakui bahwa diriku tak bisa lepas sepenuhnya dari masa lalu. Namun, aku tidak terjebak. Aku hanya tak ingin beranjak. Kurasa separuhku masih menetap di sana dan sama sekali tak ingin kemana-mana.

Mataku menerawang. Kembali pada masa itu.

Jangan lupa vote and comment, ya. Thank's...

Mendung Di Balik Awan (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang