Kesabaran adalah ketika hati sudah tidak merasa marah terhadap apa yang telah ditakdirkan dan mulut tidak mengeluh.
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah
..
.
.
.Pernah dengar istilah Knowing every particular object? Atau yang sering kita singkat dengan KEPO-rasa penasaran yang ada dalam diri manusia terhadap banyak hal atau berkaitan dengan orang lain. Istilah ini sebenarnya sah-sah saja. Hanya karena sering dikaitkan dengan hal-hal yang berbau negatif, kata ini sering disangka akan menjurus pada hal-hal yang buruk. Padahal tidak semua rasa penasaran seperti itu, kan? Ada penasaran yang menjurus kepada kebaikan. Contohnya saja adalah ingin tahu terhadap suatu ilmu baru.
Sekarang, rasa kepo itu sedang menerjangku dari semalam. Aku nyaris merasa gelisah semalaman sejak membaca pesan dari Salma. Kira-kira apa yang akan dia katakan? Kalimatnya seolah mengatakan bahwa sesuatu yang dia sebut itu berkaitan denganku.
Masalahnya, Salma sama sekali belum menampakkan wujudnya sejak tadi. Pesanku bahkan sama sekali belum dia baca. Masih centang satu yang menunjukkan bahwa dia sama sekali belum mengaktifkan data selulernya. Ah, tahu akan begini kenapa dia harus mengirimiku pesan seperti itu. Tahu, kan, rasanya penasaran yang sudah di level puncak pake banget tapi sama sekali bingung harus mencari tahu dimana. Lebih-lebih yang membuat penasaran juga tidak memberi petunjuk.
Aku merasakan getaran ponsel di tasku. Tanganku meraih benda pipih berwarna putih itu dan mendapatkan nama Salma tertulis di sana.
"Assalamu'alaikum," ucapku begitu menempelkan ponsel di telingaku.
"Wa'alaikumussalaam Warahmatullaah," jawab Salma di seberang sana.
"Tanggung banget jawabnya. Kamu gak mau do'ain biar aku diberkahi, ya?" Tuduhku.
Mengucapkan salam merupakan suatu perbuatan yang dianjurkan oleh Rasulullah. Sedangkan menjawabnya merupakan suatu kewajiban. Bahkan dalam hadits disebutkan bahwa kita harus menjawabnya dengan salam yang lebih panjang dari apa yang diucapkan kepada kita. MaasyaaAllaah! Lihatlah bagaimana Islam mengatur manusia bahkan untuk urusan kecil yang terkesan sepele sekali di masa kini.
Ketika kita mengucapkan salam kepada orang lain, maka sejatinya kita sedang mendoakan kebaikan untuknya. Dan ketika kita menjawab salam, maka kita juga mendoakan orang tersebut dengan doa yang lebih panjang karena dia telah mendahulukan untuk mendoakan kita.
"Buru-buru, nih, Ra. Aku lagi ada janji sama kak Inayah di luar kampus. Sorry, baru sempat ngabarin. Sekalian mau bilang, besok aja kita ketemunya biar aku cerita. Kalau sekarang gak bisa. Maaf banget, ya." Salma berucap dengan penuh penyesalan.
Aku berdecak, "kalau kamu lupa, ya, Sal, besok hari minggu. Kenapa, sih, nggak ngomong lewat telepon aja," Protesku. Aku tidak suka berada dalam posisi di mana aku harus menanggung rasa penasaran berlama-lama.
"Nggak enak ngomong lewat telepon. Kita ngomong di tempat buku aja seperti biasa. Sekalian gantiin hari ini. Maaf banget aku nggak bisa bareng ke toko buku sekarang. Kayakanya urusan aku bakalan sampai sore." Satu kalimat panjang darinya membuatku menghela napas berat. Sehari lagi aku harus menahan rasa penasaranku.
Belum sempat menanggapi ucapannya, Salma langsung buru-buru pamit dengan beralasan bahwa orang yang ditunggunya-kak Inayah sudah tiba. Aku hanya bisa mengiyakan dan sempat menitipkan salam untuk kak Inayah sebelum akhirnya panggilan berakhir.
Aku berharap kak Inayah dapat mengenalku. Meskipun sangat amat tidak mungkin mengingat orang yang dikenalnya bukan hanya aku. Dan pertemuan kami sudah cukup lama dan terbilang sangat sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendung Di Balik Awan (Revisi)
RomanceCeritaku seperti langit. Penuh misteri. Terkadang kupikir indah, tenyata salah. Dengan tiba-tiba hujan datang tanpa mendung. Dan hari akan berjalan penuh hujan, dan tanpa matahari. Mungkin kisahku seperti kebanyakan kisah romansa yang klise. Namun...