Hari-hari yang Fiona lalui terasa melelahkan. Apalagi hari ini Fiona mendapatkan tugas dari bosnya untuk menguntit Arhan. Fiona seperti maling yang mengintai semua aktifitas Arhan.
"Cape banget," keluh Fiona.
Fiona dengan hati-hati mendekati sebuah kursi taman dan menguping semua pembicaraan Arhan.
Entah kenapa Fiona merasa Arhan berbicara dengan dirinya dan mengetahui kehadiran Fiona. Fiona dengan cepat menggelangkan kepalanya tidak yakin, mana mungkin Arhan mengenali penampilannya karena Fiona memakai baju serba hitam.
Karena Fiona tidak mendengar dengan jelas, terpaksa Fiona mencoba mendekat ke kursi Arhan lebih dekat. Fiona yang terlalu pokus melihat Arhan, menjadi tidak sadar bahwa seseorang yang diikuti ternyata berdiri didepannya dengan tajam.
"Kenapa Lo ikutin gue?" tanya Arhan dengan tatapan yang datar.
Fiona tentu saja merasa kaget dengan cepat langsung mendongak kearah Arhan," Kamu kenapa geer banget sih, aku lagi makan di sini," saut Fiona dengan gugup.
"Halah jangan alasan! Gue tahu dari tadi Lo ngikutin gue," kata Arhan dengan senyuman yang tengil."
"Terserah kamu aja deh," saut Fiona dengan ketus.
"Ciee sekarang udah suka sama gue, siapa aja yang dekat sama gue bakal langsung jatuh cinta," ucap Arhan percaya diri.
Mereka sedang melihat banyak orang yang berlalu lalang melakukan berbagai aktivitas. Arhan mendekati seorang pengamen dan meminjam gitarnya, tidak lupa dengan memberikan beberapa lembar uang.
"Dek, Kaka boleh pinjam gitarnya?" tanya Arhan dengan tersenyum sopan.
"Boleh, kak," saut bocah itu dengan tersenyum tulus, tanpa takut bahwa Arhan penjahat.
Arhan mendekati Fiona yang berwajah bingung karena Arhan merampas sebuah gitar dari seorang anak kecil. Padahal Arhan sudah menyewanya.
"Arhan kamu jahat banget sih, ngambil punya orang, kasihan anak kecilnya," saut Fiona dengan kesal. Arhan hanya memandang sekilas dan akan memainkan gitar sewaannya kembali.
Fiona yang merasa diabaikan hanya cemberut.
Arhan menyanyikan sebuah lagu dari Rizki Pebian dengan suara yang merdu. Fiona tidak pernah menyangka dengan suara Arhan yang sangat merdu dan enak didengar.
Fiona sedari kecil sangat menyukai gitar dan ingin belajar. Tetapi karena orangtuanya melarang, jadi Fiona hanya menikmati ketika seseorang memainkan gitar. Apalagi permainan Arhan yang sangat keren membuat Fiona sangat menikmatinya.
Banyak orang yang berkumpul untuk menyaksikan penampilan Arhan. Banyak tepuk tangan yang menghiasi taman yang sedang banyak pengunjung itu.
Setelah Arhan selesai nyanyi banyak perempuan yang mendekati Arhan dan meminta berphoto. Arhan tentu saja menyambut dengan senang hati karena berhasil membuat Fiona tersenyum dengan manis.
"Arhan, boleh aku belajar gitar?" Fiona bertanya dengan ragu.
"Kalau mau belajar yah tinggal belajar, kenapa izin sama gue, gue masih belum jadi suami Lo!"
"Ihh bukan gitu maksud aku, aku mau belajarnya sama kamu. Eh kamu jangan salah paham dulu, nanti kalau aku udah gajian pasti langsung dibayar," Fiona menunduk dengan malu. Wajahnya sangat merah karena sedari tadi Arhan meliriknya dengan tersenyum.
"Baik, mulai besok Lo harus ikuti semua arahan gue, karena mulai besok gue itu guru Lo!" lanjut Arhan." Besok juga Lo harus membawakan nasi beserta lauk pauknya, catat setiap hari!" setelah mengucapkan itu Arhan memutuskan pergi dengan senyuman yang merekah.
Entah apa yang dipikirkan Fiona, tapi itu salah satu rencana supaya selalu berada didekat Arhan karena sebuah misi dari atasannya.
Fiona sudah siap dengan pakaian pabrik dan akan segera bekerja. Hari ini Fiona membawa bekal untuk guru menyebalkannya. Demi bisa bertahan di pabrik, Fiona rela harus melakukan apa saja.
"Untung waktu latihan Jam 7 malam, jadi aku bisa istirahat sebentar," gumam Fiona.
Fiona berjalan dengan senyuman yang merekah, untuk pertama kalinya merasa sangat senang bekerja karena menjadi karyawan tetap, meskipun ada sebuah syarat yang harus dilakukan. Tapi Fiona akan menerima dengan ikhlas.
Pak Abres tersenyum melihat calon menantunya yang sangat semangat, Pak Abras sangat yakin pilihan Arhan tidak salah. Fiona sangat baik itu yang Abras ketahui.
"Selamat pagi, pak," sapa Fiona dengan sopan.
"Selamat pagi, kamu semangat banget hari ini," saut Pak Abras dengan terkekeh pelan.
"Pasti dong, saya harus semangat," Fiona tersenyum menanggapi ucapan bos baiknya itu.
"Kalau begitu silahkan lanjut bekerja, saya ada urusan. Jangan lupa makan nanti kamu sakit," ucap Abras dengan perhatian.
"Iya, pak. Terima kasih," jawab Fiona dengan tersenyum.
Fiona kembali melanjutkan langkah dengan senyuman yang menghiasi wajah lugunya. Fiona seketika mengingat belum mengantarkan makanan ketempat yang sudah ditentukan guru anehnya.
"Lama banget sih!" Arhan berbicara dengan ketus. Tadi ketika akan ke balkon, Arhan mendengar papanya mengucapkan sesuatu yang perhatian, Arhan merasa cemburu dan tidak terima.
"Maaf, jalanan sangat macet, aku tidak bisa berbuat apa-apa karena menumpangi angkutan umum," ucap Fiona dengan menunduk.
"Yaudah gak usah ambil pusing, besok gue yang akan menjemput," saut Arhan dengan ekspresi serius.
"Eh?" Fiona melirik dengan bingung.
"Gak usah protes, ini gratis tidak bayar, gak usah khwatir," Arhan terkekeh menyebalkan.
"Kamu pikir aku wajah-wajah suka gratisan, mohon maaf aku masih mampu untuk bayar angkutan umum," ucap Fiona dengan kesal.
Arhan membuka makanannya dengan cepat. Ingin tahu apa yang akan dimasak oleh calon istrinya. Seketika senyuman Arhan perlahan memudar karena makanan dan rasanya terasa aneh.
Telur ceplok yang gosong dan nasi goreng yang terlalu banyak minyak.
Fiona melirik Arhan dengan ekspresi bingung. Karena merasa ada yang aneh dengan cepat langsung merebut makanan Arhan.
Fiona memakan dengan banyak, seketika ekspresi Fiona mendadak pucat pasi karena makanan yang dimasaknya sangat asin dan pedas.
Arhan yang akan kembali makan dengan cepat Fiona larang," Gak usah dimakan, maaf aku gak bisa masak ternyata," saut Fiona merasa malu.
"Cup cup calon istri gue gak usah khwatir, nanti ketika kita menikah biar gue yang masak," Arhan menepuk kepala Fiona dengan lembut.
Fiona yang diperlakukan seperti itu tidak merasa senang malah menepis tangan Arhan dengan kasar. Fiona melirik jam yang sudah menunjukan pukul 7 dengan cepat meninggalkan Arhan yang sedang makan masakan Fiona yang sangat aneh.
Setelah kepergian Fiona, senyuman Arhan merekah dengan membayangkan rencana pernikahan. "Tidak masalah rasanya aneh, yang penting cinta gue sama dia gak aneh," ucap Arhan terkekeh.
Fiona berusaha sepokus mungkin dalam bekerja. Fiona merasa sangat malu sebagai seorang perempuan karena tidak bisa memasak.
"Kenapa aku memikirkan mengenai makanan sih, lagian aku pasti tahu makannya akan dibuang sama Arhan," gumam Fiona.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMOPHOBIA (End)
RomanceFiona yang takut dengan pernikahan dan laki-laki dipertemukan dengan sosok laki-laki gila yang penuh obsesi untuk memilikinya. Apa yang akan terjadi dengan hidup Fiona yang bermula tenang menjadi berantakan karena hadirnya Arhan Adraja. "kalau Lo ga...