Semua takdir manusia Tuhan yang menentukan. Kita hanya mampu berencana. Kesedihan dan kesenangan adalah siklus manusia yang sudah biasa. Ingin berbahagia tetapi kalau belum takdirnya tidak akan terjadi.
Fiona bangun dalam keadaan tangan dan kaki di rantai. Fiona bertanya-tanya apa yang terjadi dengan dirinya. Seketika Fiona tersentak kaget karena baru menyadari bahwa dirinya ada yang menculik.
Fiona melihat ruangan yang begitu romantis dan sangat mewah. Tapi senyaman apapun ruangan yang ditempati Fiona, Fiona merasa tidak nyaman.
"Di mana aku," gumam Fiona lirih.
Fiona tentu saja merasa sangat cemas karena pintu ruangan terbuka dengan pelan. 2 orang perempuan yang masih muda mendekati Fiona dan memberikan makanan yang banyak.
"Jangan takut nona, kami tidak jahat, kami hanya ingin mengantarkan makanan," pelayan itu seolah mengetahui ketakutan yang dialami Fiona.
"Siapa kalian dan kenapa aku ada disini?" tanya Fiona dengan takut. Sering mendengar berbagai berita yang menjual seorang wanita ketempat yang ilegal.
"Nona tidak perlu takut karena tuan sangat baik," pelayan itu tersenyum manis.
"Siapa tuan kalian, kenapa aku diikat begini!" teriak Fiona marah.
"Hei jangan pernah berteriak didepan wajah kami!" sentak pelayan yang berambut pirang.
"Zya, kamu jangan teriak nanti tuan marah," pelayan yang berwajah muda berbicara dengan lembut.
"Tidak akan, kalau kamu tidak memberi tahu, Cerry!" lanjut Zya dengan tatapan tajam.
Zya sangat kesal karena melihat tatapan Fiona yang tidak sopan. Tamparan yang keras mengenai wajah putih Fiona. Fiona dan Cerry merasa sangat kaget. Apalagi Fiona merasa pipinya sangat perih.
"Dengar, kamu jangan merasa istimewa disini, kamu hanya seorang sampah bagi tuan muda!" sentak Zya kesal. Zya pergi dengan menghentikan kakinya karena marah.
Setelah kepergian Zya, Cerry mendekat dan mengobati pipi Fiona yang merah akibat tamparan Zya. Sesekali Fiona meringis karena rasa perih. Apalagi tamparan Zya begitu sangat keras.
"Maafkan teman saya, nona. Perkenalkan nama saya Cerry Asdara. Saya akan menjadi pelayan Nona selama nona berada di rumah ini," ucap Cerry dengan sopan.
"Tinggal disini? apa maksud kamu, aku mau pulang. Kasihan mama pasti sendiri dan Arhan pasti udah merasa bosan," Fiona menangis dengan keras.
"Maaf nona, saya hanya ingin membuka kunci rantai nona. Saya ingatkan nona jangan pernah mencoba kabur kalau tidak mau dalam bahaya," ucap Cerry serius.
Cerry memberikan sebuah baju yang sangat mewah dan peralatan mandi.
"Apakah nona mau saya mandikan atau mandi sendiri?" tanya Cerry dengan senyuman yang merekah.
"Sendiri," jawab Fiona ketus karena kesal dengan Cerry dan orang yang berani menculik dirinya.
"Baik, kalau begitu saya akan menunggu di luar. Nanti kalau nona sudah selesai, saya akan kesini lagi untuk mengantarkan makanan," Cerry pergi dengan senyuman yang tidak bisa Fiona mengerti.
Fiona menghela napasnya sangat berat. Seketika senyuman Fiona terbit di saat mempunyai ide untuk melarikan diri.
"Aku tidak percaya dengan perempuan itu. Lagian ini di rumah dan aku sangat yakin tidak akan terjadi apapun," gumam Fiona.
Fiona meninggalkan perlengkapan baju dengan cepat dan membuka pintu secara pelan. Berhasil, karena ternyata pintu tidak terkunci. Fiona tersenyum karena pelayan tadi sangat ceroboh lalu memudahkan Fiona melarikan diri dari tempat yang sangat asing. Fiona sesekali melirik ke kanan dan kiri karena takut pelayan itu menyadari bahwa Fiona melarikan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMOPHOBIA (End)
RomanceFiona yang takut dengan pernikahan dan laki-laki dipertemukan dengan sosok laki-laki gila yang penuh obsesi untuk memilikinya. Apa yang akan terjadi dengan hidup Fiona yang bermula tenang menjadi berantakan karena hadirnya Arhan Adraja. "kalau Lo ga...