BaB 15

11 1 0
                                    

Kebahagiaan tidak selamanya tentang uang ataupun kemewahan. Tetapi tentang merasa nyaman dan hidup tenang itu sudah dari cukup.

Hubungan renggang karena sebuah kesalah pahaman akan kembali membaik asal kedua pihak mau berdamai dan tidak egois.

Kehangatan yang dialami Fiona dan Soffi menjadi kebahagiaan tersendiri yang selama ini selalu mereka inginkan.

"Mama senang banget akhirnya kita bisa bersama, maaf yah Fiona, mama sebagai orangtua tidak bisa membuat kamu bahagia," ucap Soffi menunduk.

"Mama itu bicara apa? Aku bahagia hidup dengan mama. Mama gak usah bicara seperti itu. Aku senang banget mama sekarang udah berubah," ucap Fiona tersenyum bahagia.

"Mama sebagai orangtua seharusnya lebih perhatian sama kamu dan tidak melibatkan masalah mama, Fiona," lanjut Soffi dengan wajah menunduk.

Fiona memeluk Soffi sangat erat, nyaman dengan kedekatan mereka yang sempat renggang.

"Masalah mama, masalah aku juga. Aku udah lupakan masalah itu," balas Fiona dengan senyuman yang bahagia.

"Yaudah, Fiona mau makan apa?" tanya Soffi dengan lembut.

"Aku mau bakso dan teh manis dipinggir jalan, mah," saut Fiona tersenyum.

Soffi dan Fiona pergi memakai motor dengan sesekali tertawa. Tertawa dengan kekonyolan yang dilakukan secara garing. Tempat yang akan dituju mereka adalah sebuah penjual bakso yang terkenal enak dan murah.

Banyak orang yang berbondong-bondong membeli bakso yang menyebabkan Soffi dan Fiona mengantre.

"Banyak banget yang beli, Fiona," ucap Soffi cemberut.

"Mama yang sabar," Fiona tersenyum geli ketika melihat wajah Soffi yang cemberut karena lapar.

"Tapi mama lapar banget Fiona," rengekan Soffi seperti anak kecil membuat senyuman Fiona semakin renyah.

"Astaga mah, mama kenapa sekarang lucu banget," ucap Fiona dengan tersenyum.

Ketika mereka sedang berbincang asik, tiba-tiba tukang bakso datang dengan senyuman yang bahagia.

"Silahkan dinikmati cantik-cantik jodoh orang," ucapan Pedagang itu membuat Soffi dan Fiona tertawa.

"Aduh perut mama sakit banget Fiona, masnya lucu banget," ucap Soffi tersenyum.

"Pedagang bakso disini emang lucu banget, mah," saut Fiona.

Mereka makan dengan lahap, sesekali tertawa bahagia membicarakan hal receh yang menurut oranglain tidak lucu.

"Enak banget makan, tanpa mengajak aku."

Ucapan seseorang membuat Soffi dan Fiona tersentak kaget. Orang yang berdiri disamping Fiona hanya menampilkan cengiran yang membuat hati seseorang tidak tenang.

"Astaga, nak Arhan kamu disini juga? Ayo gabung bersama kami," ajak Soffi dengan lembut.

"Terima kasih tante, aku juga emang laper banget, jadi gak akan menolak, apalagi kalau ditraktir," ucap Arhan dengan tertawa.

"Kamu suka banget dengan traktiran Arhan," ucap Fiona malas.

"Semua orang juga suka traktiran. Iya gak, Tan?" tanya Arhan dengan tengil.

"Udah-udah, kalau kalian ngomong terus, kapan kita makannya," ucap Soffi heran.

Mereka bertiga makan dengan berbincang dan sesekali usil. Kehadiran Arhan membuat suasana menjadi cerah.

Setelah makan Soffi pergi karena ada pekerjaan mendadak yang harus dihadiri. Sedangkan Fiona masih setia ditempat pedagang dan Arhan duduk disampingnya.

Canggung, itu yang mereka rasakan. Tidak ada pembicaraan yang mereka lakukan. Tidak seramai ketika ada Soffi diantara keduanya. Soffi juga tidak marah karena Arhan membawa Fiona pergi.

"Gimana keadaan kamu?" tanya Arhan dengan lirih.

"Aku baik Arhan. Maaf, aku ninggalin kamu, aku tidak mau menjadi pengecut yang kabur dari masalah,"  balas Fiona.

"Aku yang salah Fio. Maaf karena mengajak kamu dengan luka yang aku rasakan," ucap Arhan dengan menunduk.

"Kamu tidak salah Arhan. Kita hanya remaja yang masih labil dan selalu memikirkan cara pelampiasan yang tidak masuk akal. Tapi dengan kejadian kemarin, kita tidak akan melakukan hal bodoh kembali," ucap Fiona dengan suara lirih.

"Kamu bener Fio."

Sedangkan ditempat lain Soffi sedang dilanda cemas karena bisnis yang dijalaninya mengalami hal buruk. Soffi tentu saja merasa cemas karena sekarang harus menghidupi Fiona anak semata wayangnya.

Soffi tidak mau Fiona mengalami kesulitan. Sudah cukup Soffi dan Toni membuat Fiona merasa terpuruk dan menderita. Sekarang waktunya Fiona bahagia.

"Selamat malam ibu Soffi," saut rekan bisnis dengan tersenyum sopan.

"Abras?" Soffi tersentak kaget.

"Sudah lama kita tidak bertemu, kamu apa kabar Soffi?" tanya Abras tersenyum.

"Aku baik. Gimana kabar kamu Abras? Sudah lama kita tidak bertemu," ucap Soffi pelan.

"Syukur deh kalau kamu baik, aku sedang kurang baik," ucap Abras tersenyum kosong.

"Seorang Abras mengalami hal buruk, mana mungkin," Soffi terkekeh tidak percaya.

"Aku juga manusia Soffi. Tapi aku tidak mau membahas hal pribadi, kamu berarti yang akan kerja sama dengan pabrik aku," saut Abras.

"Kamu bener Abras. Aku sudah mengajukan beberapa hal supaya kamu mau bekerja sama dengan perusahaan baru aku," ucap Soffi.

"Mulai sekarang kita parter bisnis," Abras tersenyum sopan.

"Terima kasih, Abras. Aku sangat bahagia sekali."

GAMOPHOBIA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang