BaB 9

9 0 0
                                    

Prustasi, itu yang dirasakan Arhan saat ini. Hampir 2 minggu Fiona tanpa kabar dan seakan menghilang ditelan bumi. Beberapa kali Arhan mencari Fiona, tetapi tidak pernah ada hasil yang memuaskan.

"Fio, Lo kemana sih?" Gumam Arhan dengan sedih.

Hampir semua sosial media yang berhubungan dengan Fiona tidak luput dari pencarian Arhan. Arhan datang kerumah dalam keadaan lesu.

"Arhan apa kamu sudah menemukan Fiona?" tanya Abras.

Arhan memandang papa nya dengan lesu. Arhan hanya menggeleng dan pergi kekamar dengan cepat.

Abras merasa sangat kasihan dengan sang anak. Abras menghubungi seseorang yang sangat tahu mengenai banyak hal.

[ Saya tidak mau tahu kamu harus mencari perempuan itu! ]

Tekan Abras dengan dingin. Setelah menghubungi orang itu Abras langsung mematikannya dengan segera.

"Semoga kamu bahagia selalu Arhan," gumam Abras.

Arhan berbaring dengan tatapan kosong dan terasa hampa, tidak ada Fiona nya yang selalu dijaili dengan bahagia. Seakan hati Arhan ikut bersama Fiona yang pergi tanpa pamit.

"Kalau sampai ketemu, gue akan langsung nikahin Lo Fio!" tekan Arhan dengan pandangan yang menajam.

Sedangkan ditempat lain Fiona sedang menikmati pemandangan yang masih asri dengan suara burung yang berkicau.

Fiona mendekati seorang ibu-ibu yang sedang menanam padi dengan tertawa bahagia. Fiona mencoba membantu meskipun sangat susah.

"Bukan seperti itu neng," nasihat ibu Dena itu dengan sopan.

Fiona tentu saja sangat malu karena seumur-umur belum pernah menanam padi. Tapi dengan sabar ibu Dena mengajari Fiona. Fiona tertawa bahagia dengan candaan beberapa ibu-ibu yang sedang bercerita banyak hal, sehingga beban yang ada dikepalanya sedikit berkurang.

Fiona pulang dengan senyuman yang merekah, Fiona tidak merasa khwatir dengan kepergiannya karena tidak akan ada yang peduli.

Signal didaerah yang Fiona tempati sangat jelek sehingga handphonenya sangat sepi. Penduduk yang berada di desa Fiona sangat baik dan tidak suka mencampuri urusan oranglain.

Fiona melirik sebuah photo yang terpampang bahagia, tapi itu dulu, sekarang semuanya sudah berubah entah kenapa.

Senyuman tipis menghiasi wajah yang berwarna merah karena terik matahari," dulu kita pernah bahagia mah, pah. Aku berdoa semoga kebahagiaan itu kembali ada, aku kangen dengan kenangan kita. Semoga kalian baik-baik saja."

"Kamu harus mencari Fiona!"

"Anak itu hanya sekedar cari muka saja, kamu jangan khwatir. anak itu pasti akan kembali kerumah ini, Soffi!" ucap Toni dengan tegas. Kesal dengan sang anak yang membantah keinginannya dan membuat rekan kerja nya membatalkan kesepakatannya.

"Semoga saja Fiona kembali dalam keadaan sehat, saya tidak akan pernah memaafkan kamu, kalau Fiona celaka!" tekan Soffi dengan tajam.

"Sejak kapan kamu perhatian dengan Fiona?" tanya Toni dengan ekspresi mengejak.

"Sudahlah Toni, kamu jangan selalu membahas hal yang sudah  terjadi. Ini semua tidak akan pernah terjadi kalau kamu tidak bermain dengan dia!" ucap Sofii dengan tajam.

Kamar tempat mereka berbincang sangat sepi dengan pemikiran masing-masing. Mereka berdua sama-sama egois tidak ada yang mau mengakui kesalahan.

"Mas Toni ayo kita makan keluar!" teriakan manja membuat Soffi kembali marah dan menatap sang suami tajam. Penghianatan yang dilakukan Toni membuat Soffi marah dengan sekitarnya. Tidak ada kelembutan dan kasih sayang yang menghiasi rumah. Kedamaian yang mereka bangun secara cepat hancur karena orang ketiga. Dan pada akhirnya sang anak yang menjadi korban.

Fiona sangat menikmati hari-harinya dengan senyuman. Didesa ini hidupnya terasa damai. Jauh dari kata berisik kendaraan dan gosip orang-orang yang merasa bener.

Fiona mencoba membuka handphonenya dengan perasaan khwatir. Banyak panggilan dari Arhan yang membuat Fiona tersenyum. Ternyata masih ada orang yang peduli dengan dirinya. Signal sangat bagus karena Fiona sedang pergi kepasar untuk membeli keperluan hidupnya.

"Ibu, saya beli daging, lauk dan sayur," ucap Fiona.

"Baik neng tunggu sebentar."

Setelah membeli berbagai keperluan sehari-hari, Fiona mengelilingi pasar yang tidak terlalu besar dengan senyuman yang merekah. Suara khas pasar membuat Fiona merasa senang. Sederhana, tetapi begitu nyata dan bahagia.

Fiona memutuskan pergi karena terlalu lama melihat berbagai aksesoris di pasar dan takut ada seseorang yang mengenali penampilannya.

"Semuanya sudah beres, aku harus segera pulang dan langsung memasak," gumam Fiona.

Fiona melewati beberapa tetangga yang sedang melakukan aktifitas. Salah satunya bapak-bapak memberikan Fiona singkong dengan senyuman yang lembut. Tentu saja Fiona merasa senang karena kebaikan warga kampung Asri yang terkenal baik hati dan tidak sombong.

Sedangkan ditempat lain, Arhan merasa tidurnya membawa berkah karena ketika bangun tidur semuanya terasa senang. Arhan merasa seolah Tuhan menjawab semua kegalauannya karena pesan yang dikirim untuk Fiona sudah dibaca meskipun tidak ada balasan. Tetapi itu sudah membuat Arhan senang.

Arhan langsung mandi dan akan mencari Fiona kembali. Semoga saja Fiona nya segera cepat ketemu dan mereka akan hidup bahagia.

GAMOPHOBIA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang