BaB 17

8 0 0
                                    

Manusia itu saling menebak sesuatu yang belum pernah terjadi. Saling melihat orang lain betapa bahagia dan diri sendiri sangat menderita. Padahal apa yang kita lihat belum tentu apa yang mereka rasakan.

Langit begitu mendung dan hujan mengguyur kota Jakarta. Semua orang enggan untuk melakukan aktifitas karena lebih enak untuk tidur. Tapi sebagian orang melakukan aktifitas dengan terpaksa karena tuntutan ekonomi.

Fiona dan Soffi berangkat ke toko roti memakai jas karena hujan yang begitu deras. Ingin berlibur sejenak tetapi tuntutan yang tidak bisa untuk dihidar.

"Fiona, padahal lebih baik kamu di rumah saja, biar mama yang bekerja," ucap Soffi lirih.

"Mama itu bicara apa? Aku suka dengan kegiatan sekarang, aku senang banget ikut sama mama," balas Fiona tersenyum.

"Terima kasih sayang," ucap Soffi lirih.

Suasana masih sepi padahal waktu sudah menunjukan jam 08.30. Mungkin karena hujan yang mengguyur pagi hari, sehingga penduduk lebih memilih beristirahat di rumah.

"Sepi banget mah," ucap Fiona tersenyum hambar.

"Namanya juga dagang Fiona, kadang ramai banget, eh besoknya sepi," ucap Soffi tersenyum lembut.

"Tapi Fiona maunya ramai terus mah," saut Fiona tersenyum.

"Kamu ini, lucu banget sih sayang," Soffi mencubit pipi Fiona gemas.

"Iya dong anak mama Soffi," ucap Fiona tersenyum.

"Paket!" teriakan dari luar toko menghentikan aksi Soffi dan Fiona berbincang seru.

"Sepertinya ada paket, biar Fiona aja yang ambil mah," ucap Fiona berdiri.

Fiona tersenyum kearah tukang paket dan menerima paket yang berukuran besar.

"Terima kasih mas," ucap Fiona.

Fiona kembali masuk dan membawa paket yang terasa berat.

"Mama pesan paket besar banget," ucap Fiona.

"Lah? Mama gak pernah pesan paket sayang," Soffi berbicara heran.

"Kalau ini bukan paket mama, terus ini paket siapa?" Fiona bertanya lebih bingung.

"Tapi ini ada nama mama dan Fiona, yaudah kita buka saja sayang," ucap Soffi tersenyum hangat.

Mereka membuka dengan hati yang khwatir. Karena diantara keduanya tidak pernah memesan paket. Tapi karena rasa penasarannya membuat kedua ibu dan anak itu membuka dengan hati berdebar.

Sebuah kotak yang berisi sebuah photo Soffi dan Fiona yang sedang tertawa bahagia, photo menyeramkan dan sebuah surat.

Tentu saja Soffi dan Fiona tertawa bahagia, karena kedua orang itu tidak pernah takut dengan suasana menyeramkan. Merasa lucu karena ada orang iseng yang ingin menakut-nakuti mereka berdua.

Fiona membaca sebuah surat yang terlihat tua tetapi masih bisa dibaca oleh mata.

Hujan begitu dingin, sedingin hidup ku yang berantakan. Kalian tertawa bahagia, sedangkan hidupku menderita. Takdir begitu kejam, kenapa hanya kalian yang merasa bahagia. Sebuah mayat akan membuat hidup kalian hancur, kalian akan merasakan apa yang aku rasakan. Menderita dan tidak ada seorang pun yang berada disamping kita.

Hidup itu banyak kejutan, jangan terlalu meremehkan sebuah petunjuk, nanti kalian berdua menyesal. Hujan selalu membawa kenangan dan aku akan pastikan kalian akan membenci hujan karena kenangan yang kelam.

Tersenyumlah cantik, mungkin besok kamu akan menderita. Besok akan ada kejutan yang membuat kalian bahagia.

Love

Kalau kalian berpikir Fiona dan Soffi akan takut, kalian salah besar, karena mereka berdua hanya saling pandang dan tertawa dengan isi surat iseng itu.

"Orang iseng mana yang mengirim kita surat dan gambar menyeramkan, Fiona?" tanya Soffi masih tersenyum geli.

"Aku juga tidak tahu mah, yaudah lah biarin aja, kita juga tidak takut. Kalau seandainya harus mati yaudah lah," balas Fiona acuh.

Seseorang yang berada dibalik pohon mengerang marah, karena rencananya ternyata tidak berhasil.

"Ternyata kalian berdua memiliki sifat melankolis, baiklah kita akan bermain lebih seru lagi. Besok kalian akan mendapatkan hadiah yang menarik!" tawa jahat seseorang sangat bahagia. Menanti hari esok untuk membuat hidup Soffi dan Fiona bahagia dibalut duka.

Suasana sudah siang tetapi pelanggan belum juga datang, Soffi dan Fiona hanya bisa bersabar dan bersabar. Menanti yang belum pasti harus mempunyai kesabaran ekstra.

"Kalau Fiona bosan, lebih baik pulang. Biar mama saja yang menjaga toko," ucap Soffi tersenyum manis.

"Mama itu bicara apa, Fiona lebih senang kalau berada didekat mama. Kita akan berjuang bersama," ucap Fiona.

"Yaudah terserah Fiona, tetapi kalau udah merasa bosan, lebih baik Fiona pulang."

"Siap kapten," ucap Fiona. tersenyum bahagia.

Fiona menunggu dengan perasaan bosan dan sesekali melihat handphone yang masih sepi, tumben Arhan tidak menghubunginya.

Sebuah pesan masuk dari nomor tidak di kenal lagi-lagi membuat Fiona kesal.

[ Siapkan mental kamu cantik, besok air mata akan segera tumpah ]

"Dasar aneh, dia pikir aku takut apa. Kalau udah takdirnya mati yah bakal mati, aku tidak takut. Dia pikir aku perempuan yang gampang ketakutan dan melakukan hal aneh," gumam Fiona kesal.


GAMOPHOBIA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang