BaB 23

10 0 0
                                    

Kesepian, semua orang pasti selalu merasakan kesepian.

Hancur sebagian orang mungkin hari ini sedang merasakan hancur karena sebuah peristiwa yang membuat terluka.

Semilir angin pagi menerbangkan rambut Fiona dengan kencang. Sekali lagi Fiona pergi kesuatu tempat untuk mengadu segala keluh kesah dalam hidupnya.

Berjalan dengan langkah yang lemas dan tidak semangat. Hancur dan tidak berbuat apapun itu yang Fiona rasakan.

"Selamat pagi menuju siang," kata Fiona lirih." Aku iri banget sama hidup kamu, kamu pasti sangat senang karena udah tenang disana, andai saja kita masih bersama mungkin hidup aku tidak akan menderita."

Fiona memeluk sebuah gundukan tanah yang bersih karena selalu dijaganya setiap hari.

"Zero," isak Fiona lirih." Aku kangen kamu," Fiona memeluk sebuah gundukan tanah itu dengan sendu.

Menangis dan bercerita banyak hal membuat Fiona menjadi lebih tenang. Zero adalah kekasih sekaligus sahabat Fiona yang selalu menemaninya dengan tawa bahagia.

"Aku jadi ingat dengan ucapan kamu yang selalu menguatkan ketika aku sedang kacau."

Fiona mengingat waktu kebersamaan nya dengan Zero yang begitu banyak kebahagiaan dan kenyamanan yang tidak bisa tergantikan.


Flasback


Tertawa bahagia dan sesekali mereka saling menggoda yang membuat senyuman indah terbit dari bibir yang begitu manis.

"Fio, kamu harus berjanji jangan pernah menangis lagi, aku sedih banget kalau melihat wajah kamu yang mengeluarkan air mata," ucapan seorang peria yang begitu lembut membuat Fiona merasa senang.

"Aku berjanji tidak akan menangis, tapi kamu juga harus berjanji jangan pernah meninggalkan aku sendiri," balas Fiona dengan senyuman yang merekah.

Tubuh yang begitu indah dan nyaman membuat Fiona bersandar dengan senang. Harum wangi yang begitu menenangkan membuat Fiona merasa hidupnya sempurna.

Hari ini Fiona merasa sangat hancur dan kecewa karena orangtunya tidak menghadiri acara sekolah. Acara yang begitu istimewa untuk semua siswa, tetapi karena orangtua Fiona tidak datang membuat Fiona dibully oleh sebagian orang dan tatapan yang iba membuat Fiona sedih.

Tetapi seorang lelaki yang selalu menemani hari-harinya membuat Fiona kembali tenang.

"Fio, aku mau ngasih kamu kejutan, kamu pasti suka," ucap Zero dengan senyuman yang manis.

"Aku gak butuh sebuah kejutan Ero, aku hanya butuh kamu," peluk Fiona dengan erat.

"Aku juga butuh kamu Fio, tapi untuk sekarang aku ingin memberikan sebuah kejutan yang tidak akan pernah kamu lupakan," ucap Zero.

Zero dengan senyuman yang indah menggandeng tangan Fiona dengan erat.

"Surpise," ucap Zero dengan senyuman yang merekah.

Fiona dengan mata yang berbinar dan air mata mengalir karena merasa terharu. Sebuah tempat yang begitu romantis dan sejuk menjadi tempat Zero membuat rencana.

"Ini kamu yang menyiapkan, Ero?" ucap Fiona dengan bahagia.

"Iya Fio sayang, aku ingin kamu merasakan kebahagiaan dan melupakan kesedihan. Fio, kamu jangan menangis ketika aku pergi," ucap Zero sendu.

"Apa maksud dengan pergi Ero?" tanya Fiona dengan lirih.

"Tidak ada apa-apa, tapi yang harus kamu tahu aku akan selalu berada didekat kamu kapanpun itu," ucap Zero lembut.

Sunyi, itu keadaan yang mereka rasakan. Fiona merasa perasaanya tidak enak, seakan-akan Ero nya akan pergi dengan jauh.

"Kamu jangan khwatir Fio, aku akan selalu ada dan tidak akan meninggalkan kamu," Zero mengusap punggung Fiona dengan lembut.

Suara ombak yang saling bersahutan membuat mereka berdua menikmati dengan keromantisan yang begitu kentara.

"Aku sayang kamu," ucap Fiona lirih.

"Aku lebih menyayangi kamu, Fio, aku berharap setelah ini hidup kamu bahagia," ucap Zero.

Zero memeluk tubuh Fiona dengan erat. Begitu lama Fiona menikmati pelukan yang begitu hangat.

"Ero, kamu peluknya lama banget, aku jadi susah bernapas nih," rengek Fiona manja. Fiona tidak mendengar suara Zero, Fiona hanya tersenyum dan melepaskan pelukan Zero. Tetapi setelah Fiona melepaskan pelukan Zero, Zero jatuh di depan mata Fiona.

"Ero kamu kenapa, kamu jangan bercanda!" teriak Fiona marah.

Fiona merasa terpukul karena orang yang dicintai dan selalu ada disisinya meninggalkan Fiona seorang diri disebuah pantai yang begitu indah. Sinar bulan dan bintang menerangi tangisan Fiona yang lirih.

Flasback off

Fiona mengenang momen kebersamaan nya dengan Zero, orang yang selalu ada disaat Fiona merasa hancur dan kecewa.

"Lagi-lagi aku ditinggal orang-orang tanpa pamitan, Tuhan hukum aku begitu berat, mungkin aku adalah perempuan kuat," bisik Fiona dengan lirih." Benar apa yang om Abras ucapkan ini takdir aku dan harus menerima dengan sabar," lanjut Fiona.

Fiona berjalan dengan wajah yang sembab. Fiona harus pulang karena ibunya menunggu dengan perasaan sedih.

Ketika diperjalanan Fiona melihat seperti ada seseorang yang mengikutinya. Fiona berlari dengan cepat karena takut. Orang yang mengikuti Fiona terus berlari dan tiba-tiba Fiona merasa kesadarannya hilang lalu semuanya terasa gelap.


GAMOPHOBIA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang